Di sebuah daerah C, bekas gedung tak berpenghuni.
Di tempat inilah, salah satu lokasi untuk melenyapkan seseorang. Dan tempat tersebut, dimiliki oleh seorang pria rupawan.
" Berikan b******n tua ini tinju kalian, lakukan dengan baik!" Terdengar suara pria, gagah namun terkesan sangat dingin. Tengah memerintah pengawal alias tukang pukul nya. Untuk menghajar sosok pria tua. Terlihat masih tampan walau terdapat kerutan di beberapa sudut wajahnya.
Bughhh........ bughhh....
" Arrrggghh.....uhukkkk.....uhukkk"
" Heii...kamu, yang semangat mukulnya!" Titah pria itu lagi, sambil duduk di kursi santai. terlihat senyum miring terbit di bibirnya.
Tega - tega pria berparas tampan rupawan itu. Menyuruh ana buahnya untuk memberikan pukulan lebih keras. Padahal pukulan tadi sudah membuat pria tua tersebut. Batuk darah, bibi kening dan matanya bengkak akibat hantaman para bodyguard.
Entah apa kesalahan yang telah dilakukan oleh pria tua itu. Sehingga pantas mendapatkan perlakuan kejam begini.
" Uhukkk.....uhukkk...... Sialan kamu Ervan. Aku telah salah menilai kamu, ternyata aku telah berdosa kepada putriku. Telah menyebarkan menikah dengan pria iblis sepertimu." Nada suaranya terdengar lirih dan lemah. meski tubuhnya cukup kekar, namun di usinya yang tak lagi muda. Pukulan yang dilayangkan padanya sungguh sangat sakit. " Maafkan papa nak, papa telah menikahkan kamu dengan pria busuk ini. Maafkan papa..... maafkan papa Julia!" Batin pria tua tersebut.
" Harus dengan cara apa aku membuktikan padamu. Kalau aku sama sekali tidak terlibat. Atas kematian ayahmu, Ervan? Kamu sepertinya telah berhasil diperdaya oleh pamanmu. Dialah yang terganggu jawab atas kemakamganmu."
" Diammm......Aku bilang diam b******n! Kamu penjahat ini, masih berani mengkambing hitamkan pamanku untuk kejahatanmu? Dasar manusia hina, kamu dan seluruh keluargamu adalah manusia hina. Kalian semua pantas mati." Bentak pria bernama Ervan, menatap marah dan jijik. ke arah pria tua yang tergelak lemah di lantai.
" Memang itulah kenyataannya, aku Adamson Lopez. Seumur hidupku tak pernah melakukan hal yang bertentangan. Tak pernah sekalipun aku mengusik atau bahkan membunuh. Orang yang tidak bersalah padaku.
Aku dan ayahmu Dave Matthews Johnson, adalah sahabat lama. kami berdua sama - sama merintis usaha kami masing-masing. Juga saling support satu sama lain. Hubungan kami berdua sudah seperti saudara kandung."
" Diam kamu b******n tua, kamu mengerti tidak?!"
" Tidak dengarkan aku dulu, aku mengakui bahwasanya ayahmu lebih hebat. Juga lebih berbakat dariku dalam semua bidang. Bahkan dengan cepat, ayahmu mampu melebarkan sayapnya ke berbagai belahan dunia.
Mungkin kamu semakin percaya akan bisikan pamanmu. yang menuduh ku sebagai pembunuh ayahmu, dengan alasan iri.
Alasan itu cukup masuk akal dan dapat diterima. Tapi, apakah aku selama ini terlihat begitu serakah di matamu? Adakah bisnis yang digeluti kotor, adakah? Aku orang yang tahu berpuas diri dan sadar dengan limit kemampuanku. Tak mungkin aku ingin terbang ke langit jika tidak mampu.
Meski tak sekaya ayahmu dan tidak setenar ayahmu. Namun, dari jerih payahku sendiri. Aku mampu mampu memberikan diriku beserta anak istriku yang terbaik. Dari hasil keringat ku sendiri.
aku......."
Doorrr.....Doorrr
" Arrrggghh!!!!"
Merasa muak mendengar ocehan Adamson, ayah mertuanya. Menembak tepat di kedua kakinya. Darah seketika membasahi celana pria tua malang itu.
" Kenapa diam? Bukankah kamu suka mengoceh tak jelas, b******n? Apapun yang kamu katakan, tak akan berpengaruh bagiku. Aku tentu saja lebih percaya pamanku daripada kamu. Kamu bukan siapa-siapaku, paham. sedangkan pria yang kamu salahkan itu adalah adik dari ayahku.
Darah itu lebih kental dari darah. Lalu apakah pamanku akan tega menghabisi kakaknya sendiri. Hanya demi mendapatkan hartanya?"
" Terserah kamu saja, asal dikemudian hari kamu siap menanggung kesalahan hari ini. Kalau kamu ingin membunuhku dengan cara paling kejam sekali pun, silahkan! Aku ikhlas meninggalkan dunia ini di tanganmu. Meski aku tidak bersalah sama sekali.
Tapi satu permintaanku padamu, tolong biarkan Julia pergi. Jangan sakiti dia lagi, kumohon padamu. Julia anak baik dan tak tahu apa- apa. Sebenarnya Julia bukan keturunanku. Aku dan istriku mengambilnya dari panti asuhan. Ku mohon, biarkan Julia pergi." Dengan bersusah payah Adam bersujud dihadapan Ervan. Kepalanya sampai menyentuh lantai yang kotor dan penuh debu.
Jujur Ervan terkejut mendengar informasi mengejutkan ini. Ternyata dugaannya selama ini benar. Julia tak memiliki hubungan darah dengan Adamson. " Memangnya aku peduli gitu? Dia bukan apa - apa bagiku dan kamu tak punya kualifikasi untuk mengajukan permohonan padaku.
Kamu sebaiknya kamu menikmati saat - saat terakhirmu. Karena bukan hanya dirimu yang akan menuju alam baka hari ini. Tentu saja akan ada Manda istri tersayangmu. plus putri kesayanganmu Julia tentunya, hahahah " Ujar Ervan, tatapan matanya telah dikuasai oleh dendam.
" Uhukkk.....uhukkk....Jangan sentuh anak istriku, kumohon!" Sujud Adamson, hingga keningnya berdarah. Sungguh tak sanggup lelaki itu menerima. Kalau istrinya yang tak tahu apa - apa terlibat juga. Apalagi Julia, yang tak punya salah.
Ervan menatap pria tua itu sejenak. Sudah dua tahun ini, bibirnya menyebut pria itu sebagai papa mertua. Ervan tak peduli dan tetap melangkah keluar dari tempat itu. Walau masih terdengar panggilan Adamson. Dengan suara yang tersebar amat pilu.
" Silahkan tuan." Ujar sang sopir sigap membukakan mobil. Saat melihat kedatangan tuannya.
" Hemmm....."
Hanya begitu respon lelaki tampan itu. Dan si supir tampak sudah terbiasa dan juga tak berani berbuat lebih.
Brummmm.....brummm...
" Jalankan dengan cepat mobilnya, kita segera ke ruma!" Titah Ervan dingin.
" Baik tuan." Respon si supir patuh, suaranya sedikit bergetar.
Si sopir yang kelihatan lebih tua beberapa tahun dari Ervan. Nampak tertekan, dia baru menyadari sesuatu. Tatapan majikannya tampak lebih dingin dan bengis.
Tituttt..... tituttt....
Ponsel Ervan tiba - tiba berbunyi dan bergetar. Dengan sigap, Ervan mengambilnya dari saku.
" Ada apa?" Tanya Ervan.
" Gawat tuan, gawat! Kediaman secara mendadak di serang tuan. Banyak bodyguard elit anda yang terluka." Di seberang sana terdengar suara seorang lelaki. Nada suaranya tercekat karena takut. Tuannya pasti akan marah besar.
" b*****t!!! Bagaimana bisa kediamanku di serang begini? Apa saja kerja kalian hah, katanya bodyguard elit. Menjaga keamanan kediaman saja tidak becus. Lalu berapa orang mereka dan bagaimana kondisi Julia?" Entah mengapa, bibirnya menanyakan kondisi Julia. Mendengar kediamannya di serang, hal pertama yang terpikir olehnya adalah nama Julia. Bukan keadaan mansionnya, atau harta berharganya.
Dug....Duggg....
" Ada apa denganku, kenapa secara tak sengaja, pikiranku langsung tertuju kepada wanita itu? Dia kan bukan siapa - siapa bagiku. Perempuan itu hanyalah alatku yang Kini sudah tidak berguna. Dan kini sudah sepatutnya disingkirkan bukan?" Batinnya
*
*
*
Brummm....Brummm.... Shrettrrt...
Doorrr.....Dorrrr.....
Terjadilah aksi kejar-kejaran di jalan raya. Serta genjatan senjata dari dua belah pihak. Manda yang merupakan ibu dari Julia semakin khawatir. Sudah banyak anak buahnya yang tumbang dan jumlah orang dipihaknya berkurang.
Namun, perempuan paruh baya tersebut enggan untuk menyerah. Menyelamatkan Julia ada hal terpenting baginya saat ini.
Di tengah ketegangan dan kegeiisan. Masalah kembali muncul di kubu Julia. Dimana mobil yang mereka tumpangi mengalami ban bocor. Padahal jarak ke jalan besar masih jauh. Akan sangat berbahaya jika mereka berhasil tertangkap. Karena lokasi yang dipenuhi hutan rimbun.Masih merupakan wilayah kekuasaannya Ervan, menantu sialannya.
Tak mau ambil resiko, Manda segera membawa Julia masuk ke hutan. Seenggaknya berada di sana, mereka masih berpeluang sembunyi. Dan suasana juga sangatlah mendukung. Di langit tak ada bulan yang menyinari bumi.
Hutan adalah pilihan Paling tepat sekarang. Jadi, Manda bersama dua orang bodyguard yang satu mobil dengan mereka. Segera berlari ke dalam hutan.
Namun sayangnya, nasib ibu dan anak itu tak beruntung. Bukan keselamatan yang mereka temui, malah jurang yang dalam. Apalagi saat hendak pergi ke arah lain. Pasukan Ervan telah menemukan mereka.
" Menyerahlah nyonya, kamu dan ibumu tidak akan bisa lolos. Ikutlah bersama kami menemui tuan!" Bujuk salah seorang pengawal menatap Julia kasihan. Sebenarnya dia sangat kasihan terhadap nasib Julia. Orangtuanya yang terlibat, malah gadis itu juga ikut menerima akibatnya. Padahal Julia adalah sosok perempuan yang lembut dan baik hati. Sederhana dan memperlakukan para pelayan dengan baik.
" Menyerah katamu? Buat apa menyerah kalau hanya untuk meregang nyawa. Lebih baik bertarung sampai mati saja sekalian.
puihh.... menyesal sekali aku menikahkan putriku dengan b******n itu. Apa dia mengira bisa berdiri kokoh sekarang. Berkat kerja kerasnya sendiri?
Dasar tidak tahu diri, jika saja suamiku tidak melindunginya dari pamannya yang biadab. Mungkin dia hanya tinggal nama.
bertahan - tahun, Adamson berurusan dengan b******n tukang fitnah itu. Bahkan suami ku kadang mendapatkan kerugian yang tidak sedikit. Tapi demi persahabatannya dengan ayah Ervan. Suamiku rela melakukan itu semua.
Tapi, anak tidak tahu diri itu. Malah membalas kami dengan tuduhan kejam. "
Door.....
" Ibuuuuu!!!!"