Diam-diam Rey Alexander membenarkan saran Leon dalam hati, ia masih punya waktu selama enam bulan untuk bersenang-senang sebelum terkurung di penjara pernikahan seumur hidup dengan si alien buruk rupa, Sofia Ramirez.
Ia harus memanfaatkan waktu yang tersisa sebaik-baiknya.
Kaki-kaki panjang Rey Alexander turun mengikuti langkah riang dan gembira Leon, tapi haluan itu berubah, kakinya seperti tertarik ke medan magnetik yang diciptakan Sofia, si ratu jalang. Gadis itu begitu menikmati dirinya, menari mengikuti musik seakan ia bersatu dengannya, tubuhnya meliuk-liuk dengan indah. Ia bagai malaikat yang diturunkan ke bumi untuk menggoda iman para pria.
Sejumlah lelaki kelaparan yang mengerubunginya, satu persatu menjauh saat Rey Alexander mendekat. Itu adalah aturan tak tertulis, mereka tidak bisa menyinggung seseorang dengan status yang tinggi seperti Rey Alexander, selain keturunan bangsawan ia juga taipan bisnis yang kejam.
Gadis itu terus menari tidak peduli dengan lingkungan sekitar, tidak peduli dengan Rey Alexander yang telah berada sangat dekat dengannya, bahkan tubuh mereka bergesekan.
Rey Alexander amat menikmati sensasi menyenangkan itu, tubuh gadis itu berbau parfum pekat dan punggungnya yang terbuka mulus sedikit berminyak, seperti menari terlalu lama membuat tubuhnya yang melengkung indah begitu menggoda, pantas saja banyak lelaki berada disekitarnya dari tadi.
Rey Alexander larut dalam suasana sehingga ia tidak sadar tangannya telah lancang mampir ke paha dalam gadis itu, membuat pemiliknya tersentak, terlempar ke dunia nyata dan langsung berbalik. Wajahnya cantiknya gelap dengan tatapan membunuh.
“Jangkang!!!” umpatnya keras dengan tatapan amat merendahkan dan jijik, tak sampai sepersekian detik ia langsung pergi menjauh, keluar dari desakan orang-orang yang menari dan langsung menuju bar.
Rey berdengus “Mau sok jual mahal, ck, lanji” gumamnya merendahkan.
Semua wanita sama saja, awalnya pasti sok murni pada akhirnya saat tahu siapa sebenarnya seorang Rey Alexander akan berusaha keras memanjat ranjangnya.
Rey Alexander melangkah mengikuti gadis itu untuk melihat berapa lama gadis itu akan bisa sok jual mahal padanya.
Sang ratu jalang duduk di samping gadis lain bergaun malam yang lebih sopan, dan di samping gadis lain itu adalah temannya yang tadi menghilang, Leon.
Meski lelaki itu memunggunginya, tapi ia tahu dari punggung pria itu dia Leon, karena punggung Leon sudah hafal diluar kepalanya.
Merasakan tatapan di belakangnya, Leon menoleh dan menyapa Rey Alexander saat laki-laki itu memilih duduk di samping Sofia, membuat dua wanita itu menoleh kearah Rey. Tapi sang ratu jalang langsung memalingkan muka secepat yang ia bisa.
“Ah, Tuan Alexander, anda disini juga. Kenalkan, ini temanku Sofia Ramirez” kata Kimberly Miro dengan ramah, sambil mendorong bahu Sofia agar menoleh kearah Rey.
“Rey Alexander” kata lelaki itu dengan bangga mengulurkan tangannya.
Tapi siapa yang bakal mengira, gadis itu tak melihatnya sama sekali, malah mulai turun dari kursi “Permisi, aku mau ke toilet” katanya kepada Kimberly dan Leon.
Dia ditolak. Tidak meninggalkannya muka.
Leon terkikik sedangkan Kimberly Miro berdehem canggung.
Rey Alexander terpaksa menarik kembali tangannya dan matanya menyipit menatap tidak percaya punggung gadis itu. Rasa yang pernah ia rasakan bertahun-tahun lalu seakan muncul lagi kepermukaan, perasaan yang sudah ia lupakan menguar kembali.
Leon masih tertawa dengan penuh kesenangan “Baru kali pertama aku melihat seorang gadis tak menoleh sama sekali pada Rey Alexander, ini pasti sebuah keajaiban, apakah langit akan runtuh malam ini” ejeknya dengan bahagia. Sepanjang sejarah pertemanannya dengan Rey Alexander, ia tidak pernah mendapati laki-laki itu ditolak.
Kebanyakan wanita selalu berhamburan untuk mencari perhatian seorang Rey Alexander.
“Abaikan saja dia” kata Kimberly Miro mencoba mengembalikan suana canggung diantara mereka “Temanku yang satu itu memang punya selera sedikit unik. Ia paling benci dan alergi dengan laki-laki kaya apalagi tampan, jadi jangan terlalu diambil hati tuan Alexander. Saya minta maaf, suasana hati Sofia agak jungkir balik hari ini, jadi mohon dimengerti” lanjutnya mencoba menjelaskan, mencoba agar tidak menyinggung seorang Rey Alexander, bukan dia takut menyinggung, hanya takut masalah.
“Benarkah?” Tanya Leon menatap Kimberly Miro tak percaya, jiwa gosipnya seperti telah dibangkitkan “Benar-benar ada gadis seperti itu di dunia ini?” lanjutnya.
“Kami sudah bersama sejak kecil, dan tahukah kau sudah ratusan bahkan mungkin ribuan lelaki ganteng dan kaya yang kukenalkan padanya, tapi ia malah menolak. Dan stress sendiri mengejar pembuat kopi didekat rumahnya. Aku benar-benar tidak tahu apa yang ia lihat dari bocah laki-laki itu. Wajah dibawah standard, gaji tidak seberapa, dan keluarganya bahkan tidak jelas”
“Permisi” kata Rey Alexander memotong penjelasan Kimberly Miro, membuat suasana percakapan harmonis wanita itu dan Leon hancur. Dia berdiri dan berjalan ke arah perginya Sofia tadi.
“Hey, kau mau kemana?” teriak Leon bertanya pada Rey Alexander namun di abaikan.
***
Rey Alexander berdiri menyender, menunggu Sofia Ramirez keluar dari kamar mandi, tapi saat gadis itu keluar ia melewatinya begitu saja.
“Hei” panggil Rey.
Tapi wanita itu benar-benar tidak menghiraukannya sama sekali. Akhirnya Rey Alexander mengejar dan merentangkan tangan didepan gadis itu, memblokir jalan.
Gadis itu mengangkat kepala, menatapnya jengkel dan mundur menjauh “Permisi” katanya.
Tubuh pria itu menghadangnya begitu tiba-tiba dan dilakukan dengan mulus, sehingga Sofia Ramirez tak percaya dia melakukannya.
Jika saja Rey Alexander sedikit lebih memperhatikan, maka ia akan mendapati pandangan Sofia berisi sedikit kepanikan.
“Kau tidak tahu siapa aku?” Tanya Rey Alexander dengan tidak yakin. Tubuh ramping dan berototnya memiliki kepadatan yang solid seolah-olah menjeritkan kekuatan dan kemampuannya.
Tatapannya yang tajam, postur tubuhnya yang memancarkan aura kepercayaan diri yang arogan menempatkan saraf Sofia ke tepi ketidaknyamanannya dan dia berusaha memperbaikinya.
“Teman dari temanku, dan aku tidak tertarik. Permisi” kata Sofia menjawab dengan jengah.
“Tidak tertarik?" Tanya Rey lagi dengan alis terangkat "Jangan munafik. Apakah kau benar-benar tidak tahu siapa aku? Apa kau tidak tahu berapa gajiku sebulan? Berapa banyak aset keluargaku? Dan apa kau tahu siapa aku?”
“Bajingan” dengusnya melipat kedua tangan didepan dada.
“Apa katamu?” tanya Rey Alexander dengan tak percaya dan amat tersinggung. Aura disekitarnya sudah diselimuti kesuraman.
Sofia menghela nafasnya dan menatap sekali lagi pada Rey Alexander “Anda bertanya tidakkah saya tahu siapa Anda? Bajingan, itulah yang saya tahu tentang Anda. Mata anda menatap seakan saya lebih rendah dari anda, seakan saya bakal tunduk dengan harta anda, seakan saya silau dengan kekayaan anda. Hanya maaf, anda bukan tipe saya” jelasnya dengan kesal dan berusaha melangkah pergi menjauh dari Seorang Rey Alexander.