3

1029 Words
Sofia belum melangkah menjauh saat pergelangan tangannya ditarik oleh cengkraman tangan yang kuat dan kasar, dan dia ditarik ke dalam ruangan yang bahkan dia tidak sadari ada, diiringi dengan dentuman pintu yang dibanting tertutup dan dia berakhir terjebak di dalam otot pria yang mengepungnya. Punggungnya mendarat pada pintu yang tertutup, dan dia bisa melihat ruangan ini remang-remang. Sofia mengangkat kepalanya "Alexander Kau gila!" Teriaknya dan di sambut dengan mata pria yang juga memandang ke wajahnya, bahkan dia bisa melihat nyala api yang mematikan di mata pria itu "Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku, sialan!" "Jangan sok jual mahal” ancam Rey Alexander, suaranya sangat tegas. Detak jantung Sofia berdetak kencang di dadanya saat dia bernafas dengan berat lewat hidungnya ketika rahangnya terjepit dan makna sensual menghantam dari mata lawannya. Sofia menelan ludah ketika Rey Alexander menekan tubuhnya ke tubuhnya dan mempererat genggaman di rahangnya dan rangsangan itu tak dapat dipungkiri terjalin dengan rasa takut dan panik. "Siapa yang kau bilang sok jual mahal?" tanya Sofia hampir berteriak dengan sisa-sisa keberanian hingga suaranya beresonansi dalam ruangan kecil itu "Tidak semua wanita ingin mengangkangimu! Jangan terlalu percaya diri" "Ya benar, tidak semua wanita! Tapi yang pasti malam ini kau bakal jadi wanita mengangkangiku" balas Rey Alexander dengan tegas saat matanya mendarat di bibir Sofia. Sofia merasa getaran erangan di dada Rey saat lelaki itu menurunkan mulutnya lebih rendah menuju mulutnya. Mulut Rey menutupi mulutnya secara cepat dan lidahnya mendorong masuk kedalam. Pada saat yang sama ia bisa merasakan telapak tangan Rey Alexander meluncur perlahan-lahan ke bawah menuju lembah diantara kedua payudaranya, terus ke bawah menuju perutnya, dan berakhir diantara pahanya. Sofia mendesah dengan kencang ketika telapak tangan yang sama menekan bagian tengah pahanya dengan keberanian dan kesombongan. Sofia mencoba untuk tetap bernafas agar tidak jatuh pingsan. Kekagetan, intimasi dan godaan yang dia rasakan, membuat dia seutuhnya kehilangan kendali. *** Duduk diruang kerjanya, dengan pena mahal ditangan kanan dan setumpuk dokumen penting dihadapannya yang menunggu persetujuan, Rey Alexander mengerutkan kening "Kau boleh pergi" Katanya dengan suara yang syarat akan ketidaksabaran dan ketidaksenangan. Bukan Rey Alexander tidak tahu trik apa yang sedang dimainkan sekretaris berambut pirangnya itu. Hanya saja, moodnya sangat-sangat buruk hari ini, dan tidak punya kesabaran ekstra untuk meladeni sekretaris itu yang hanya salah satu gadis yang mencoba naik keranjangnya. Hanya karena dua wanita, seluruh wanita terlihat rendah dimata Rey Alexander. Baginya, wanita lebih seperti makhluk lemah yang terlalu banyak menuntut demi kepuasan mereka sendiri. Ia akan memanjakan seorang gadis asal mereka tahu batas dan tahu tempatnya. Tapi, jangan harap mampu melakukan lebih bahkan bermimpi untuk masuk ke keluarganya. Baginya, gadis-gadis itu hanya mainan yang dapat ia buang ketika bosan. Siapa suruh melempar diri kepadanya? "Keluar" Hardik Rey Alexander ketika melihat sang sekretaris pirang masih nampak ragu-ragu meninggalkan kantornya, membuat gadis itu terkejut dan kaku, ia belum pernah melihat sisi Bosnya yang begitu menakutkan sebelumnya. Meski Rey Alexander terkenal dengan temperamennya yang berubah-ubah dan susah di layani, tapi sang sekretaris belum pernah melihat sisinya yang nampak kejam dan keras. "ENYAH" Teriak Rey Alexander lebih keras dan lebih kasar dari sebelumnya. Dengan air mata terjun deras, sang sekertaris pirang terbirit keluar dari kantor Rey Alexander. "Sial, Rey! Jangan bilang dia minta tanggung jawab! Oh Tidak! Bertambah satu lagi daftar wanita yang harus aborsi karenamu" komentar Leon yang baru masuk ke kantor Rey Alexander dengan seringai nakal diwajahnya. Leon tampil dengan setelan rapi, hanya saja dasinya sudah di cabut, dua kancing paling atas sudah ditanggalkan, dan rambutnya yang nampak berantakan ditambah dengan seringai nakalnya, membuat ia nampak layaknya playboy nakal, yang berarti ia sedang bolos dari pekerjaannya dan melarikan diri menuju kantor Rey Alexander. Sebagai dua playboy terkenal tentu saja mereka menjadi sahabat karib yang melakukan banyak hal gila. Dan tentu saja Leon mencari sekutu dan berencana membawa serta Rey Alexander untuk bolos bekerja dengannya dan melakukan hal-hal gila disiang bolong. "Enyah kau! Melihat tampang pelacurmu membuat suasana hatiku makin buruk" kata Rey Alexander dengan gigi bergemertak. Ia benar-benar kesal hari ini. Dan memiliki keinginan untuk mencekik siapa saja. Termasuk sahabatnya yang berisik dan menganggu ini. "Hey" Kata Leon pura-pura ngeri dan terluka, wajahnya penuh dengan drama "Ada apa denganmu? Asistenmu bilang kau sudah mengamuk dari pagi. Oh tidak, jangan bilang kau kalah judi atau perusahaanmu hampir bangkrut, atau jangan bilang kau dipaksa menikah oleh kakekmu" lanjutnya dengan santai berjalan santai, mengabaikan wajah gelap sahabatnya yang siap menerkam seperti singa, oh tidak, itu mesti beruang dizzy "Menikah saja kalau begitu, kau masih bisa main-main setelah menikah. Jangan cemas, jangan risau. Siapa bilang menikah akan mengikatmu, buktinya... Oh, lihat banyak bukti nyata" Sang beruang Dizzy tidak menjawab, wajah mengamuknya sedikit mereda setelah duduk menyender, memejamkan matanya dan mendesah ringan. Jika saja persoalannya sesederhana itu, maka ia tidak perlu mengamuk. Suasana hati Rey Alexander benar-benar kacau akhir-akhir ini. Dalam enam bulan ia harus menikahi Sofia Ramirez yang layaknya alien atau jadi galangan. Dan ia baru saja tertarik dengan dewi Sofia Ramirez lainnya, tapi malah dilecehkan. "Sebentar, biar kupikir" Gumam Leon sambil menuangkan minuman untuk dirinya sendiri dan duduk menyender di sofa dengan malas "Satu, kau tidak berhasil berdiri semalam dengan gadis itu, oh siapa namanya, oh ya, si Sofia itu. Dua, dia tidak puas dengan layananmu. Oh tidak, ginjalmu tidak bermasalah, kan?" tebaknya. Sebuah dokumen tebal langsung terbang dan lepas landas di bahu Leon. Jika saja ia tidak reflek mengelak, kemungkin besar dokumen itu mendarat di wajah tampan dan nakalnya. "Ho Ho, jadi ternyata itu kedua" Cetus Leon dan tertawa dengan bahagia atas kemalangan sahabatnya. Pantas pagi-pagi wajahnya sudah gelap seperti panci. Oh tidak, penghinaan ini terlalu menghancurkan ego temannya yang punya seribu pengalaman perang. "Brengsek! Diam!" Teriak Rey Alexander tidak senang dengan tawa Leon yang terdengar amat menjengkelkan. Tawa Leon malah makin menggelegar. "Kau lihat!" kata Rey Alexander mengulurkan setumpuk uang dengan secarik kertas di bagian paling atas. Leon meletakkan cangkirnya dan berjalan mendekat dengan penasaran. Tawanya benar-benar pecah, sampai sudut-sudut matanya basah "Kurasa kau memang butuh belajar keterampilan dari Lecko, untuk menambah pengetahuanmu" cetusnya. 'Saran: belajar keterampilan Lecko secepatnya' bertanda 'SR' Lecko, seorang pelacur terkenal di distrit lampu merah. Yang berarti Rey Alexander tidak bisa dibandingkan dengan seorang pelacur. Pantas saja seorang Rey Alexander memiliki keinginan mencekik seseorang atau bahkan menghancurkan kota pagi-pagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD