4

829 Words
Leon mengibas-ngibaskan kertas itu layaknya banci sambil mengeja dengan nada manja dan feminim "Ay, gentleman Rey, apa kronologi kejadian tadi pagi saat kau bagun, si Sofia ini sudah tidak ada di kamar itu, dan kau menemukan segopok uang dan secarik kertas. Ay, Menarik menarik. Seperti yang diharapkan dari kelompok Kimberly Miro, liar, bebas dan anti-mainstream" Mata Rey Alexander penuh penghinaan dan jijik memandang tingkah Leon yang menjijikkan "Berhenti bicara! jangan sampai aku mencekikmu sampai mati" Jujur saja, ia lebih memilih Leon berbicara omong kosong dengan mulut kotornya dari pada Leon yang bicara feminim, terlalu mengerikan dan menjijikkan. Membuat bulu kuduknya merinding. "Kau yakin hanya membiarkan begitu saja? tidak berencana berurusan dengannya? Itu tidak seperti dirimu yang biasa" kata Leon kembali menjadi playboy yang nakal dan jantan. Transformasi ini terlalu cepat untuk orang-orang normal. Sebelum Rey bisa menjawab, Leon melanjutkan "Jangan bilang yang ditulis disini benar? GAWAT" "Leon, Percayalah sepatuku lebih keras dari mukamu" "O oh, Stop Bos! Baik! Baik! Mulutku terkunci persoalan Si Sofia yang tak puas denganmu" Rey Alexander langsung melompati meja "Brengsek!" Mengangkat tangan tanda menyerah dan berusaha berlari menjauh dari Rey, Leon memelas dan memohon dengan mata anjing besar dan berair "Sabar, Bos. Oh bos. Benar-benar dengarkan aku dulu, aku punya dua kabar untukmu" Rey Alexander mengangkat aslinya. "Satu aku bertemu Annie di bawah dan ia ingin bertemu denganmu, membawakanmu makan siang. Tapi dihentikan meja depan" kata Leon lalu tertawa dengan cemooh "Dua, siapa namanya mantanmu itu, yang putus karena lupa menanyakan dia sudah makan atau belum, dia juga ada dibawah ingin bertemu denganmu. Aduh, kau benar-benar dikelilingi kecantikan. Haremmu sungguh penuh dengan bunga-bunga. Mawar, lili, juga bunga bangkai" Sudut mulut Rey Alexander langsung naik dengan penghinaan besar. Annie dan Megan. Dua wanita yang membuat semua wanita terlihat jalang baginya. Dua wanita yang meninggalkan rasa sakit dalam dalam kehidupannya. Ia tak akan pernah lupa. Tidak akan pernah. Rey Alexander dimasa muda seorang Pemuda yang dipenuhi hormon Remaja pemberontak dan keras kepala, yang lebih memilih keluar dari rumah dibandingkan mengikuti keinginan keluarga. Semua kemewahan yang ia terima, terputus saat ia keluar dari rumah. Ibunya keras dalam mendidik dan mencoba mengendalikannya. Sehingga tidak sepeserpun uang yang ia dapat saat keluar dari rumah. Ia selalu meremehkan keluarganya, dan berfikir bahkan tanpa keluarganya ia pasti akan bisa hidup bebas dan sukses. Dan ia mencoba keras membuktikan itu dengan keras kepala. Pekerjaan pertamanya menjadi marketing penipuan, menghampiri orang banyak untuk undian-undian dengan hadiah besar dan mengiurkan yang sebenarnya hanya penipuan atau menawarkan barang-barang dengan kualitas rendah dengan harga yang menggoda. Pekerjaan itu ia terima dari teman-temannya yang tak kalah brengsek darinya. Para preman pasar dan pengganggu jalanan. Banyak hal yang ia alami dalam melakukan pekerjaan kotor itu, diludahi karena menipu merasakannya bahkan beberapa kali ia sampai dilempari batu saat pulang bekerja. Gaji yang ia dapatkan tidak terlalu tinggi karena dikurangi uang untuk para preman dan bajingan itu, sisanya hanya cukup untuk membeli makanan yang dibagi dua, hari ini dan untuk esok hari. Dihina, diremehkan, dipukuli, disiram minuman, bahkan bertemu dengan orang-orang sombong dan angkuh, beragam hal tidak menyenangkan ia pernah merasakannya. Berbulan-bulai ia menyadari pekerjaan itu salah, Rey berpindah kerja di Cofee shop, di sanalah ia berkenalan dengan seorang gadis bermana Annie. Annie, gadis pirang yang akan berkunjung setiap senin sore yang selalu tersenyum manis padanya. Suatu kali, saat pulang bekerja ia bertemu Annie di jalan yang kelupaan dompetnya dan meminjam uangnya untuk pulang. Saat itulah mereka mulai saling mengenal. Tidak terlalu banyak tikungan dan belokan diawal hubungan mereka. Karena Annie dimata Rey saat itu, seorang gadis sabar, pengertian, dan selalu yakin jika suatu hari nanti Rey akan menjadi orang yang sukses. Tapi Rey Alexander dimasa itu hanya seorang pembuat kopi dengan gaji yang hanya cukup untuk dirinya sendiri hidup hari esok. Hubungan awal memang manis, tapi semakin lama kemanisan itu berubah menjadi kepahitan, sedikit demi sedikit. Annie berasal dari keluar kaya dan layaknya cerita klasik, hubungan mereka ditentang keras keluarga Annie, tidak hanya ditentang tapi ia juga mendapatkan penghinaan dan cemooh keras. "Kamu tidak berencana berganti pekerjaan? Gajimu mungkin tidak cukup untuk membeli perawan kulit putri saya" "Terkadang orang-orang tidak mengukur bayang-bayang" "Annie, Bibi rasa kamu harus memeriksa matamu segera" "Mencoba memanjat kecabang yang tinggi, cih" Berbagai sindiran sinis penuh penghinaan pernah ia dengar dari mulut keluarga Annie. Sebagai seorang tuan muda yang diremehkan keluarga yang tidak bisa melampaui keluarga aslinya, Rey juga mencemooh keluarga Annie dalam hatinya. Tapi ia tidak memperlihatkannya dipermukaan. Karena Annie, demi Annie ia mencoba bersabar. "Rey, aku yakin suatu saat kamu akan berhasil, saat itu keluargaku pasti akan menerima kita" Annie akan selalu mencoba menyemangatinya setiap kali mendapat tamparan keras dari keluarganya. Ada kalanya ia ingin mengatakan sebenarnya pada Annie bahwa keluarganya cukup kaya untuk menghidupi mereka tujuh keturunan. Hanya saja ia terlalu malu untuk kembali memohon kepada ibunya. Ia selalu dihantui cemoohan dan ceramah ibunya jika ia kembali. Seiring berjalannya waktu, ia menyadari hubungan mereka telah rusak saat pertama kali penolakan keluarga Annie. Annie yang terjebak diantara kekasih dan keluarganya mulai terombang-ambing dalam perasaannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD