bc

DOSEN KEREN DAN WANITANYA

book_age18+
7
FOLLOW
1K
READ
age gap
kickass heroine
bxg
kicking
scary
brilliant
loser
campus
secrets
kingdom building
professor
civilian
like
intro-logo
Blurb

Cerita adalah original asli dari penulis HS JORI. Cerita ini adalah fiktif belaka, jika adanya kesamaan nama, tempat dan waktu, itu hanyalah fiktif belaka.

Kisah romantis terjadi pada Pak Dosen Keren di suatu waktu, yakni pada tahun tahun 2019 hingga sekarang. Pak Dosen Keri Ramaya yang begitu familier dikalangan mahasiswa dan mahasiswinya, bersengketa rasa dengan seorang mahasiswi cantik yakni Paliva Yenaya. Kemudian adanya konflik kerja yang problematik seperti situasi dan kondisi kampus yang belum termantapkan, lalu juga mahasiswa yang kalang kabut dan akhirnya membuat mereka menjadi kesulitan, baik dalam bekerja maupun belajar. Cerita di iringi dengan kedinamisan waktu dan tempat, walau Pak Dosen Keri Ramaya bertemu dengan begitu banyak kendala, namun dirinya tetap berjuang hingga sukses, terutamanya dikalangan akademika.

Lalu bagaimanakah kisahnya Pak Dosen Keri Ramaya dalam menggapai kesuksesannya?

chap-preview
Free preview
PROLOG DOSEN KEREN DAN WANITANYA
DOSEN MUDA Penulis HS JORI Beberapa bulan setelahnya di saatku baru saja pulang dari Umrah, tepatnya pada bulan November di tahun 2019. Aku mengajar seperti biasanya dan duduk di ruangan yang katanya bersengketa. Hari itu seingatku adalah hari Rabu, dan orang-orang yang berada di dalam ruangan Dosen DKM pun cukuplah ramai. Pak Mar dan yang lainnya ada disana. Aku sudah cukup berumur pada saat ini, namun tentu aku tidak akan mengkhianati pembelajaran yang ada, baiknya belajar maupun mengajar. Hari ini cukuplah panas, karena baru beberapa hari saja aku pulang dari beribadahnya. Aku cukup senang karena inginku tadinya berjumpa dengan Paliva. "Halo... Selamat pagi Pak Mar dan rekan-rekan semuanya,!" Sapaku kepada mereka-mereka semua yang ada disana. Aku duduk dan melihat-lihat seisi ruangan, tapi semuanya pada diam dan seperti tidak bersemangat. Pada beberapa hari yang lalu, ada juga seorang dosen baru yang ribut di ruangan ini mengenai tempat duduk. Tempat duduk di ruangan ini cukup sering menimbulkan masalah. Kemudian aku bertanya kepada mereka-mereka para Dosen itu, terutamanya mengenai Paliva. "Selamat pagi semua... Halo Pak Mar dan yang lainnya, kok pada diam saja ya,? ada apa nih,? tak seperti biasanya,?" Tanyaku pada mereka. "Pak Mar, apakah Bapak melihat si Paliv hari ini,?" Tanyaku padanya namun ia tetap diam saja. Aku menjadi heran seketika itu, padahal sebelumnya mereka begitu ramah dan sangat antusias dalam mengenalkan serta mencalonkanku pada Paliva, sehingga hal itu membuatku bertanya-tanya. Beberapa detik setelahku perhatikan, namun mereka malah ada yang menunduk dan juga berdiam diri. Padahal baru beberapa Minggu saja aku liburnya karena beribadah. Aku semakin heran dan kemudian bertanya lagi dengan lebih tegas dan lugas, karena sikapnya mereka itu tidak seperti pada biasanya, yakni mengucapkan salam dan bertegur sapa, tapi kali ini tidaklah begitu. "Hey Pak Mar..., kok pada diam saja sih, ada apa ya Pak,?" Tanyaku yang telah heran. "Tumben ya Pak..., biasanya Paliv sering kesini jam-jam segini dan membuatkan teh atau kopi, kok kali ini sepi-sepi saja ya Pak,?" Tanyaku yang semakin heran karena mereka hanya diam saja. Tidak ada respon apa-apa dan kemudian aku duduk. Mengapa setelah beberapa kali aku bertanya namun mereka tidak ada yang menjawab, bahkan seperti membisu, sehingga ruangan Dosen DKM ini menjadi cukup buram rasanya. Kemudian ada yang menjawab dan itu adalah Pak Mar, dia membaca buku dan meminum kopi di meja kerjanya, lalu dengan ramah dan pelan ia berkata. "Ker...maaf ya. Kabarnya Paliv sudah lulus loh, dan sudah menikah juga, baru-baru ini, katanya begitu," Pak Mar mengatakan dan meminum kopinya sambil melihatku. "Oh... begitu ya Pak. Saya kirain tadi ada berita apa gitu, soalnya pada diam semua, jadinya saya bingung," Kataku yang menanggapi ceritanya dan duduk di dekatnya, kami pun bercerita tentang Paliv. Setelah mendengarnya dan kemudian perasaanku seperti hilang seketika saja dalam sekejap. Ruangan Dosen DKM yang begitu ramai tadinya menjadi seperti hambar, dan tidak bernuansa seperti biasanya. Pantas saja mereka pada diam ketika aku tanyakan tadinya. Pak Mar mengobrol denganku dan menanyakan dengan lebih serius. Aku ikuti saja anjurannya Pak Mar, kami berbicara tentang belajar dan mengajar. Dia menyuruhku untuk duduk dengan tenang dan santai. "Mencoba untuk tenang dan santai." Aku tidak mengetahui bahwa Paliva sudah lulus dan menikah, padahal baru beberapa minggu saja aku berangkat beribadahnya. Tentu aku sedikit syok dan terkejut. "Padahal aku punya rencana lain setelah pulang beribadah ini." Karena pada pertemuan sebelumnya aku telah mengirimkan sinyal untuk mempersuntingnya, yakni pas seperti anjurannya Pak Mar dan dosen--dosen lainnya. Aku cukup tidak enak mendengar kabar itu dari Pak Mar tadinya, karena aku telah menaruhkan sedikit harapan kepadanya Paliva. Kemudian aku memberikan oleh-olehnya kepada mereka, dan lalu aku taruh saja di meja-mejanya masing-masing. "Pak Mar dan yang lainnya, ini saya ada sedikit oleh-oleh untuk kalian, kemarin saya baru saja pulang beribadah umrah," Kataku kepada mereka semua. "Oh begitu ya... Terimakasih ya Ker," Katanya Pak Mar dan tersenyum ramah kepadaku. "Oh oke baiklah, terima kasih ya Pak Ker," ujar Dosen lainnya yang ada di ruangan. "Ya... sama-sama Pak, hanya itu saja yang bisa saya berikan," Kataku kepada mereka. Ada yang begitu senang dan ada yang biasa saja. Cukup komplit kurasakan walau perasaanku pada saat ini sepertinya tidak bisa merasakan senang. Sebelumnya aku cukup bahagia, mungkin karena aku berkompetisi dan tiba-tiba ada kabar seperti itu, hal itu mungkin bisa memberhentikan apa saja seketika, termasuk perasaan. "Tiba-tiba tidak ada perasaan lagi kepadanya." Mungkin juga getaran dan debaran itu tidak ada lagi, jadinya aku menjalani saja apa-apa yang sedang terjadi pada saat ini. Aku cukup syok karena kupikir Paliva akan menerima dan tidak akan mengkhianati rasa yang ada. Aku memang tidak memperhatikannya lebih, karena kami jarang bertemu dan mengobrolnya hanya di kampus saja. Aku tidak ingin membahas hal itu, karena bagiku berhentinya sebuah perasaan adalah pernikahan, dan berlanjutnya sebuah kebahagiaan baru yakni setelahnya. Aku bahkan tidak pernah berpikir sama sekali tentang hal itu, namun kupikir oleh-olehnya cukuplah menyenangkan, tapi jika perasaan yang senang akan lebih berharga dan bermakna daripada oleh-olehnya. Terkadang kata sapaan dan pertanyaan tentang keperdulian itu, mungkin hanyalah sebagai penutup saja, agar tiadanya merasakan ataupun melihat yang sesungguhnya. "Ker... Terima kasih ya oleh-olehnya, wah bagus juga nih. Oh iya, bagaimana pengalamanmu beribadah disananya,? kemana saja kamu selama disitunya,?" Pak Mar bertanya dan melihat oleh-oleh yang diberikan. "Ya... sama-sama Pak. Ya begitulah dan cukup menyenangkan juga tentunya. Aku mendapatkan kesan-kesan dan suasana yang baru Pak, lalu adanya perbedaan-perbedaan antar negara, begitu Pak," Aku menjelaskan kepadanya dan bercerita-cerita. "Saya rasanya ingin beribadah lagi kesananya Ker..., tapi mungkin nanti sepertinya, karena pada saat ini masih sibuk," Katanya Pak Mar yang sedang senang. Aku tahu bahwa Pak Mar memang sudah pernah beribadah kesana, gayanya juga selalu memakai peci warna putih dan sangat berkarakter, ciri khasnya para pengajar agamis. Pak Mar cukup tua, Dosen senior dan sangat berwibawa, aku pun banyak belajar darinya, terutamanya tentang hal-hal perkuliahan dan yang lainnya. "Oh... begitu ya Pak, kalau boleh tahu, apa Pak Mar punya kenalan mahasiswi yang lainnya,? karena saya sudah ingin berumah tangga Pak, Saya ingin menikah, begitu Pak," Kataku padanya dan mencoba mencari suasana baru. "Hmm... oh gitu ya. Oke, nanti kalau ada yang lainnya, akan saya kenalkan ke kamu ya Ker, kemarin-kemarinnya ada juga yang masih sendiri, nanti saya coba tanyakan," Katanya Pak Mar yang begitu di hormati. "Baik Pak.., saran dan anjurannya sangat saya hargai, terima kasih Pak," Kataku kepadanya. Aku mencoba mencari suasana baru, karena waktu akan selalu berjalan, dan tidak akan pernah menunggu.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

(Bukan) Istri Simpanan

read
51.1K
bc

Jodohku Dosen Galak

read
31.0K
bc

Kusangka Sopir, Rupanya CEO

read
35.6K
bc

Pacar Pura-pura Bu Dokter

read
3.1K
bc

Takdir Tak Bisa Dipilih

read
10.2K
bc

Desahan Sang Biduan

read
53.9K
bc

Silakan Menikah Lagi, Mas!

read
13.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook