Bab 2: Sebuah Janji Tanpa Rencana

1047 Words
Ketika Waverly, Reina, dan Finn sampai di bukit timur, seluruh anggota kawanan telah berkumpul di depan bangku kayu yang terletak di luar rumah pertanian milik Waverly. Matahari telah berganti dengan rembulan yang kini menerangi wajah ayahnya selagi ia berdiri menghadap kawanan. Rambutnya tampak sedikit kusut dan ia menyisirnya ke belakang sehingga menunjukkan petak-petak kelabu kecil yang mulai terlihat. Waverly, Finn, dan Reina bergabung dalam kerumunan itu dan menyaksikan sang ayah memulai pidatonya. "Sebagian besar dari kalian sudah tahu alasan aku mengumpulkan kalian di sini malam ini." Waverly mengamati ibunya, Aviana, yang berdiri di sebelah sang suami. Kedua tangan Aviana saling menggenggam di depannya, sebuah sikap yang hanya dia tunjukkan ketika ia harus terlihat kuat di hadapan anggota kawanannya dalam masa sulit. Meski demikian, Waverly dapat melihat kedua tangan itu samar-samar bergetar. "Sebagaimana yang telah kalian ketahui, malam ini adalah saatnya Pengorbanan tahunan, dan menurut tradisi, tidaklah lazim bagi kawanan yang terpilih untuk mengetahui posisinya sebelum bulan terbit di langit malam." Waverly mencuri pandang ke orang-orang lain di sekitarnya dalam pertemuan tersebut, berusaha mencari tahu reaksi mereka. Ayahnya tetap menatap hadirin di hadapannya, suaranya dalam dan tegas ketika ia berbicara. "Setiap tahun, sebuah kawanan dipilih untuk mempersembahkan seorang wanita sebagai hadiah bagi sang Serigala Merah. Jika wanita itu adalah pasangannya, dia akan menjadi Luna-nya, dan kawanan tempatnya berasal akan terikan dengan kawanan Bayangan Merah serta akan dilindungi dari segala bahaya." Ayahnya menarik napas, kemudian menatap sang istri serta tiap anaknya yang berdiri dalam kerumunan satu persatu . "Tahun ini, kawan-kawanku sekalian, adalah giliran Lycan." Gumaman pecah di tengah perkumpulan tersebut. Kehebohan juga menghantam setiap wanita muda yang belum berpasangan dalam kelompok itu. Waverly yang berdiri di sebelah saudarinya, Isadore, berusaha mencontoh ketenangan ibunya. Namun, dalam dirinya ia merasa perutnya seolah diremas berkali-kali. Isadore melihat sikap tenangnya dan dengan iseng mendorongnya, yang membuat Waverly tersenyum. "Apa maksudmu tahun ini adalah giliran Lycan?" Gideon Tress menginterupsi, seorang pria berakal cepat dengan gertakan yang bahkan lebih cepat lagi bagi orang-orang yang tidak disukainya. "Aku pikir kita masih punya waktu 4 tahun setelah terpilih? Ini baru 3 tahun semenjak Gabbi Fisher dikirim. Kenapa dia memilih kita lagi?" Waverly menoleh ke arah suami-istri Fisher yang berdiri bersisian tepat di belakangnya. Gabbi baru berumur 16 tahun ketika dia dipilih sebagai persembahan, hanya setahun lebih muda daripada umur Isadore saat ini. Seluruh kawanan, termasuk ayahnya, benar-benar yakin Gabbi akan menjadi Luna bagi sang Serigala Merah. Namun, ketika perempuan itu tidak kembali, mereka sadar bahwa perkiraan mereka salah. "Kau dan aku sama-sama tahu, Gideon, bahwa Gabbi Fisher adalah kandidat yang tepat," ayah Waverly menjawab sambil menganggukkan kepalanya, sebelum melanjutkan. "Sebagai kawanan yang dikenal paling mematikan bagi seluruh manusia serigala di wilayah ini, kita harus menganggap ini sebagai suatu kehormatan. Sang Serigala Merah telah menganugerahkan kita kesempatan untuk mempersembahkannya seorang pasangan, lebih cepat dari yang kita harapkan." "Lalu bagaimana cara kita memilih kali ini?" tanya seorang anggota yang lain. Waverly mencari sumber suara dan mendapati ayah dari salah satu ketiga anak laki-laki tadi menjulurkan lehernya dari balik orang-orang di depannya untuk melihat sang Alpha, yang tatapannya melembut ketika mendengar pria itu berbicara. Drake, sang Beta dari kawanan Lycan, meninggalkan posisinya lalu mengumpulkan pulpen dan kertas. "Dengan cara yang telah kita lakukan selama 10 tahun. Kalian punya 20 menit untuk membuat pilihan. Drake akan berkeliling menghampiri tiap kepala keluarga untuk mengumpulkan pilihan kalian, setelah itu kita akan segera melanjutkan ke tahap berikutnya." Waverly menyaksikan ayahnya mengibaskan tangan, mengisyaratkan bahwa ritual telah dimulai. Isadore pindah dari tempatnya berdiri untuk duduk bersama kedua orangtuanya dan Finn di bangku kayu. Waverly tidak dapat mendengar mereka, namun dia dapat melihat Finn memutar mata saat menatap pakaian Isadore. Waverly dapat merasakan tubuhnya menegang saat memperhatikan Drake bergerak menghampiri setiap orang sebelum menuju ke arah orangtuanya. Dia merasakan denyutan di kepalanya yang terasa seperti hantaman sebuah palu pada tengkoraknya. Bagaimana jika dia yang terpilih? Sebagian diri Waverly meromantisasi konsep pasangan; takdir bagi tiap manusia serigala untuk menemukan belahan jiwa mereka. Meski demikian, bagian lain dalam dirinya merasa senang dia belum menemukan pasangannya. Usianya sudah 23 tahun dan dia belum melihat dunia di luar desa mereka. Sebagai seorang manusia serigala, mengembara jauh dari kawanan memang tidak lazim, namun sebagai putri seorang Alpha, hal itu nyaris mustahil. Kewajiban harus selalu diutamakan. Kawanan adalah keluargamu dan kau harus melindungi mereka. Meskipun hanya sebagai anak kedua, darah Alpha masih mengalir padamu dan sudah menjadi tugasmu untuk merepresentasikan kawanan Lycan dan keluarga kita, demikian yang sering ayahnya peringatkan pada Waverly. Namun, hanya itukah yang ia inginkan? Menjadi seorang istri berbakti dan disumpah untuk hidup dikelilingi citra dan kehormatan? Sebuah lolongan berkumandang melintasi area kota yang sangat luas dan membuat kerumunan terdiam. Ayah Waverly kembali ke tempatnya di kursi kayu bersama istrinya, disertai Drake yang berada di sisinya. Di tangan Drake terdapat secarik kertas yang terlipat, yang ia berikan kepada sang Alpha. "Sebagaimana yang kalian ketahui, di kertas ini terdapat nama-nama yang dipilih untuk dikorbankan, dan sesuai tradisi, aku akan menyerahkan catatan ini kepada istriku, yang akan membacakan nama yang dilingkari dari daftar tersebut." Mata Waverly terpaku pada catatan yang dioperkan dari tangan Drake, ke ayahnya, dan kemudian ke tangan ibunya. Dia berkonsentrasi ketika sang ibu menyobek segel menggunakan jarinya, kemudian memindai halaman tersebut. Kemudian, mata Aviana terhenti. Cengkeraman jemarinya pada kertas itu bertambah erat, sementara tatapannya perlahan-lahan mencapai kerumunan. Suaranya seteguh tangannya, namun keluar nyaris serupa bisikan, "Isadore Scott." Kawanan kembali berbisik-bisik; setidaknya, begitulah yang terlihat, selagi denyutan di kepala Waverly bertambah hebat dan menenggelamkan suara apapun di sekitarnya. Ini benar-benar terjadi. Adik kecilnya terpilih sebagai korban. Dia menatap Isadore yang saat ini berdiri di hadapan kerumunan. Isadore adalah gadis yang tangguh dan kerap kali mengajarkan yang lainnya untuk tetap tenang, fokus pada apa yang dihadapi, dan lakukan apa yang disukai tanpa peduli omongan orang. Namun ketika dia menghadap Waverly, tatapannya yang biasanya lembut berubah menjadi penuh ketakutan. Wajah-wajah dari setiap anggota keluarganya bercampur aduk di benak Waverly, seolah-olah Finn, ayahnya, ibunya, Isadore ... mereka semua sedang menatapnya. Denyutan di kepalanya masih berlanjut. Ini adalah kewajibanmu untuk menjaga kawananmu. Kewajiban adalah yang paling penting. Sebagai putri seorang Alpha, ini adalah tanggung jawabmu untuk melindungi keluargamu dan berjuang. Berjuanglah. Berjuanglah. Lakukan yang terbaik dan berjuanglah untuk kawananmu! Kemudian ... denyutan itu berhenti cukup lama bagi Waverly untuk mendengar suaranya sendiri memecah keheningan. "Aku akan menggantikannya! Aku yang akan menjadi korban!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD