Part 2

1255 Words
Rain dan Rani sudah sampai di rumahnya. Rani pun dengan segera membuat es krim yang Rain inginkan "Tara jadi deh" ucap mamah Rain, memberikan ice cream buatannya untuk anak nya. Mata Rain semakin berbinar-binar, ia takjub mamah nya ternyata pandai sekali mengkreasikan es krim agar menjadi menarik. Rain melihat es krim yang sudah ada di hadapan nya. Es krim itu membentuk 3 bulatan menjadi segitiga, ada rasa vanilla, strawberry, dan coklat dengan topping buah strawberry yang dipotong  dan disusun di setiap sudut piring es krim tersebut tak lupa satu buah wafer roll ditidurkan di es krim paling atas. "Mah, Rain ga mau makan es krim nya." Mendengar perkataan Rain, mamahnya menatap Rain bingung. "Kenapa gak mau? Ga enak ya?" Tanyanya lemas. "Rain gatau harus makan es krim bagian mana dulu, soalnya sayang kalo es krim yang mamah buat bakalan hancur kalo Rain makan." Jelasnya sangat polos. Mamah Rain tersenyum ke arah putrinya. "Mamah senang kalo Rain yang makan, tapi mamah sedih kalo es krim buatan mamah gak Rain makan." Balasnya Rain menatap mamahnya dengan penuh rasa bersalah. "Mamah Rain boleh minta sesuatu gak?" "Rain mau apa?" "Rain mau disuapin" pintanya manja. "aaaaaa" mulut Rain membuka lebar. Rain dan mamah nya pun terhanyut dalam keadaan suasana saat ini. Rasanya Rain selalu ingin bersama dengan mamah nya terus hingga maut memisahkan. Karena ia tahu yang Rain punya di dunia ini hanyalah mamahnya. Ayah Rain sudah meninggal sejak ia masih berumur 4 tahun karena penyakit jantung yang di deritanya. **** Tok, tok, tok. "Assalamualaikum" salam seseorang dari luar rumah Rain. "Rain, itu ada yang ketuk pintu. Buka dulu tuh" suruh mamah. "Oke" Rain bergegas untuk membuka pintu rumah nya. "Hai Rain" sapa seorang perempuan yang sebaya dengan Rain ketika pintu itu sudah terbuka. "Eh Alya, masuk yuk" ajak Rain. "Mamah ada Alya nih" teriak Rain agak keras. Mamah Rain berjalan dari dapur menuju anaknya. "Rain, kalo manggil itu gak perlu teriak-teriakan ya."  Ujar Rani yang dibalas cengiran dari Rain dengan tampang tidak berdosa. "Hehehe, iya mah maaf." "Eh ada Alya, mau main ya? Yaudah Tante tinggal dulu ya." Ucapnya "Iya Tante" balasnya sambil menyalimi tangan mamah Rain. Rain dan Alya pun berlalu untuk menuju kamar Rain. Sesampainya, Rain menghempaskan tubuhnya di kasur miliknya itu bersamaan dengan Alya. "Rain, gue seneng besok lo bisa masuk sekolah." Ucapnya menghilangkan keheningan. "Rain juga senang." Balasnya, yang masih melihat langit-langit kamarnya. "Btw lo kelas apa?" Tanyanya penasaran . "Kata mamah, Rain masuk XI IPA 1." "Wihhh kita tetanggaan dong kelasnya." Balas Alya sumringah. Rain hanya tersenyum tipis mendengar sahabatnya berbicara. "Alya, keluar yu" ajak Rain membalikan badannya kesamping kiri Alya berada. "Gak mau ah, diluar mendung." Tolaknya. Bukannya marah, Rain malah senang dengan apa yang di ucapkan sahabatnya itu. "Mendung?" Tanya nya menyelidik. Alya mengangguk. Rain bersorak gembira, akhirnya hujan itu akan turun setelah seminggu lamanya ia menunggu. "Rain senang banget. Kalo udah mendung pasti bakal hujan." Teriaknya sambil jingkrak-jingkrakan di atas spring bed miliknya. Alya yang sudah biasa melihat tingkah Rain hanya menggeleng kan kepalanya saja. Ia tahu bahwa Rain sangat suka dengan hujan. "Pantes nama lo Rain, hujan aja yang lo tunggu" gumam Alya, tapi masih bisa terdengar jelas oleh Rain. "Alyaaa jangan ngomong kaya gitu." Balasnya cemberut. “Ahahaha...” Alya tertawa renyah. Rain berjalan menuju jendela nya untuk melihat hujan yang sudah mulai turun. Pikiran Rain mengulang kembali diwaktu lalu nya. Flashback on "Pahh, Rain boleh dipangku sama papah ga?" Tanya anak kecil berkucir dua itu kepada lelaki yang sedang duduk sambil menatap jendela luar yang sudah basah karena air hujan. Lelaki itu tersenyum, lalu menggendong anak kecil itu kepangkuan nya. Jderrrr "Aaaaaa, papah lein akut" teriak  Rain kecil yang langsung memeluk erat papah nya. "Rain gak perlu takut ada papah." Ucapnya sambil mengelus rambut Rain kecil dengan sangat lembut. "Pah" "Hmmm" papah Rain berdeham. "Lein akut ujan, soalnya ujan suka ada suala geluduknya, telus ga belhenti-belhenti lagi." "Pokoknya Lein benci ujan!" "Apa ujannya gasakit jatuh telus-telusan pah?" Tanya nya sangat polos, yang masih memeluk papahnya. Papah Rain terkekeh mendengar putri nya berbicara seperti itu. "Kalo hujannya udah cape pasti bakal berhenti sendiri ko" "Rain gak boleh benci sama hujan ya." Pinta Papah Rain. "Kenapa Lein gak boleh benci ujan?" "Karena setelah hujan berhenti akan ada pelangi yang menghiasi langit." "Rain janji sama papah jangan pernah benci hujan ya?" "Lein ga bakalan benci ujan sebelum lein liat pelang... pelangi dulu." Balasnya sambil berbalik menatap keluar jendela. Hujan pun berhenti, lengkungan warna-warni menghiasi langit yang sudah tidak mendung lagi. "Rain, papah mau tunjukkin sesuatu buat Rain." Papah Rain menggendong Rain kecil menuju teras rumah nya. "Itu namanya pelangi Rain, baguskan?" Ucap papah Rain menunjukkan jari nya keatas langit. Rain menatap langit itu dengan sangat takjub, bagaimana bisa setelah hujan berhenti ada berbagai macam warna yang sudah tersusun rapih melengkung seperti itu. "Wahhhh kelen banget pah." Balasnya menganga menatap keatas langit. "Rain udah gak benci hujan kan?" Tanyanya membuyarkan tatapan Rain ke atas langit. Rain menatap papahnya lekat. "Lein gak benci ujan. Benel kata papah setelah ujan pasti ada pelangi, Lein sekalang suka sama pelangi" Tuturnya jujur. Papah nya yang mendengar ucapan Rain kecil, mencium puncak kepala Rain singkat. "Papah sayang Rain." "Lein juga sayang papah." Flashback off Tanpa sadar mata Rain mengeluarkan cairan bening beberapa kali. Membuat Alya yang melihat Rain menangis nampak bingung. Alya menghampiri Rain dan menepuk pundak Rain lembut. "Rain lo kenapa?" Tanya Alya membuyarkan lamunan Rain. "Eh Alya, Rein gapapa ko." Ucap nya berbohong, ia menghapus air matanya. "Rain" kata  Alya "Mmm" "Rain rindu seseorang ya?" Tanya Alya hati-hati.  Rain menoleh kearah Alya. "Alya, apa papah Rain lagi bahagia ya di surga?" Tanya Rain balik. Alya tak kuat mendengar pertanyaan Rain. "Papah lo pasti bahagia di surga Rain. Liat, itu hujan pasti papah lo yang minta sama Tuhan buat turun ke bumi. Karena papah lo tau, lo selalu nunggu hujan." Alya membalas begitu lancar tanpa hambatan. "Alya benar, papah pasti bahagia banget sekarang. Tapi kenapa papah pergi nya cepat banget ninggalin Rain sendiri?" Tanya nya lagi sambil mengeluarkan air mata nya yang tidak bisa Rain tahan. "Itu karena Tuhan sayang sama papah lo Rain." Sepertinya itu balasan yang tepat menurut Alya. "Berarti Tuhan gak sayang sama Rain? Kenapa Tuhan gak sekalian ambil Rain sama mamah biar bisa sama-sama lagi kaya dulu?" Ucap nya keluh. "Rain" Panggil Alya lagi. Rain kembali menoleh kearah Alya. "Justru Tuhan lebih sayang sama lo Rain. Tuhan udah bikin skenario buat hidup lo kedepan, Tuhan itu adil Rain, disaat lo kehilangan orang yang sangat lo sayang, Tuhan masih ngasih orang lainnya yang bisa jaga lo yaitu Tante Rani, nyokap lo. Percaya sama gue Rain, rencana Tuhan pasti akan indah pada waktu yang gak lo sangka-sangka." Tanpa sadar kata-kata itu keluar dari mulut seorang Alya. Alya tahu betul, setiap turun hujan pasti Rain akan seperti ini. Meskipun terkadang Rain menyebalkan dengan tingkah nya yang seperti anak kecil, tetapi Alya sangat menyayangi sahabat nya itu. "Alya?" Panggil Rain dengan suara lirih. Rain langsung memeluk sahabat yang sangat ia sayangi. "Al, makasih Alya udah mau jadi sahabat Rain. Rain sekarang  ngerti kenapa Tuhan lebih dulu ngambil papah dari hidup Rain. Karena Tuhan udah nyiapin orang-orang baik yang selalu ada buat Rain. Hikss.. hikss" ucap Rain sesegukan dalam pelukan Alya. "Mma makasih Alya" suara Rain semakin sesak menahan tangis yang sudah sekian lama ingin ia keluarkan. Alya menatap Rain penuh kasihan. Dia sangat sedih melihat sahabat nya seperti ini. Isak tangis yang sudah sangat terdengar di telinga Alya, tanpa sadar membuat nya hanyut dalam suasana. Air mata Alya mulai berjatuhan ke pipi nya. Alya pun membalas pelukan Rain. "Rain yang gue kenal bukan Rain yang cengeng kaya gini. Tapi Rain yang gue kenal adalah Rain periang dan selalu tegar ngehadepin hidup." "Lo harus kuat Rain!" Ucap nya menyemangati Rain. Rain melepas pelukannya. Kembali menatap Alya dengan mata yang sudah sangat sembab. "Alya benar. Rain harus kuat!" Kata Rain menyusut air matanya dan tersenyum. "Nah gitu dong baru Rain Bowie yang gue kenal." Kata Alya, mencubit kedua pipi Rain. Rain tersenyum kembali. Ia melihat keluar jendela, ternyata hujan sudah berhenti dan sekarang terlihat pelangi yang sudah melengkung menghiasi langit dengan berbagai macam warna yang cerah. TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD