Part 3

1119 Words
"Mah Rain udah siap." Teriaknya sambil merapihkan poni nya. Rani atau mamah Rain, berjalan mendekati anaknya, sambil membawa piring dan kotak bekal berisi sandwich kesukaan Rain. "Rain kan mamah udah bilang kalo ngomong gaboleh teriak-teriak." "Hehehe, iya mahhh maafin Rain." Rain mencium pipi mamahnya. "Iya mamah maafin" balasnya. "Nih mamah sudah buatkan bekal." Ucap nya, sambil memberikan tempat makanan. "Makasih mamah Rain yang cantik mirip Ariana Grande." Godanya alay. **** "Assalamualaikum wr.wb" salam seorang guru berperawakan besar. "Waalaikumsalam wr.wb" balas murid kelas XI IPA 1. "Anak-anak hari ini kita kedatangan murid baru." Kata Pak guru yang diketahui bernama Ahmad. Kelas pun menjadi riuh setelah mendengar ucapan pak Ahmad mengenai murid baru. "Lo tau gak siapa murid barunya?" "Siapa si? Siapa? " Cewe apa cowok gak?" Celotehan murid di kelas terdengar sangat riuh membuat pak Ahmad membuka suara dengan keras. "Sudah-sudah jangan ribut! Kalian sudah besar tapi kelakuan seperti anak kecil." Lerai nya. "Sini nak masuk." Titah Pak Ahmad. Rain melangkahkan kakinya secara perlahan, kepala nya ia tundukkan agar sedikit menghilangkan rasa nervous nya.   "Suit suit"   "Woyy, cewek nya cantik benerrr."   "Bakalan betah inimah."   Kelas kembali berisik karena ucapan-ucapan yang didominasi oleh murid laki-laki kelas XI IPA 1.   Tapi tidak dengan Radafa, ia hanya acuh tak acuh menatap anak baru itu malas. Karena ini bukan kali pertama ia bertemu dengan Rain.   Rain sudah berdiri di depan kelas, kepalanya ia angkat kembali.   "Kamu bisa mulai perkenalan." Ucapanya.   Rain mengangguk pelan tanpa tersenyum.   "Nama saya Rain." Rain membuka suara.   Kelas menjadi hening. Karena setelah Rain menyebutkan namanya, dia tidak lagi berkata apa-apa.   "Rain, apa hanya itu yang akan kamu sampaikan?" Tanya pak Ahmad bingung.   Rain mengangguk.   "Anak-anak, apakah ada yang ingin kalian tanyakan pada teman baru kalian?" Tanya Pak Ahmad kepada murid.   "Daf, gue mau nanya ah" ucapnya kepada teman sebangkunya.   Radafa tidak menghiraukan ucapan temannya.   "Saya mau tanya pak." Ucap Varo memecahkan keheningan, sambil mengacungkan tangan kanannya.   "Kamu mau tanya apa?" Tanya nya kepada Varo.   "Saya.."   "Rain ga akan ngasih nomor telepon Rain sama laki-laki." Sembur Rain sebelum Varo akan bertanya.   "Whahahh" "Whahahhahh"   "Cinta ditolak dukun bertindak"   "Baru ku sadari cinta ku bertepuk sebelah tangan."   Tawa murid-murid pecah, ketika mendengar Rain berbicara seperti itu.   Varo menundukkan kepalanya malu. Pipinya panas mendengar balasan Rain.   Bagaimana dia bisa tahu Varo akan menanyakan nomor hp nya? Cantik tapi aneh!   "Sudah-sudah, kalian seperti anak kecil saja lagi." Lerai pak Ahmad kembali. " Rain kamu bisa duduk di(mata pak Ahmad mengedarkan ke segala arah) nah disitu." Tawarnya sambil menunjuk kursi kosong yang berada di pojok kanan bangku ke tiga.   "Makasih pak." Ucapnya.   Pak Ahmad mengangguk lalu bergegas meninggalkan kelas itu.   Rain menuruti perintah Pak Ahmad, ia pun berjalan ketempat duduk yang di tawarkan pak Ahmad tadi.   Rain masih enggan tersenyum meskipun sekarang ia sudah duduk di kursi barunya. "Rain kenalin, gue Megan." Sapa Megan, yang duduk disebelah Rain.   Rain menoleh kearah suara. "Salam kenal Megan." Balasnya tersenyum.   Megan pun membalas senyuman Rain. "Mmm... Rain kalo boleh tau lo pindahan dari mana?" Tanya Megan, yang kini sudah merubah posisinya menjadi menyamping agar bisa leluasa melihat Rain.   "Rain pindahan dari Bantul, Yogyakarta." Balasnya.   "Ohhh, kenapa lo pindah kesini?" Tanya Megan lagi.   "Rain juga gak tahu. Mamah yang nyuruh Rain buat pindah." Jawabnya tak memuaskan.   Kini, Rain dan Megan sudah mulai berbicara panjang dan bercerita tentang pengalaman mereka masing-masing.   "Daf, kenalan yu sama si Rain." Tawar Varo sambil menatap perempuan yang duduk di depannya.   "Ogah" Tolak Radafa.   "Lo gak tertarik sama si Rain?"   "Dia kan cantik, senyumannya manis lagi." Ujar Varo pelan, agar tidak terdengar oleh Rain.   Radafa tidak menggubris nya. Ia kembali melanjutkan membaca buku.   Varo yang merasa diabaikan, langsung merebut paksa buku yang sedang di baca oleh Radafa.   "Kalo orang lagi ngajak ngobrol tuh dengerin dong!"   "Balikin buku gue!" Kata Radafa dengan suara meninggi.   Rain dan Megan yang sedang mengobrol, kini beralih menengok kebelakang tempat duduknya.   "Itukan orang yang udah ngambil es krim Rain." Ucapnya ketika ia mengetahui orang yang berbicara keras tadi.   Megan dan Varo bersamaan melihat Rain dengan tatapan bingung.   "Rain, lo kenal sama dia?" Tanya Megan, sambil menunjuk Radafa memakai jari telunjuknya.   "Rain gak kenal." Ketusnya.   Radafa tidak melihat Rain yang tadi berbicara padanya secara singkat.   "Owhhh, gakenal." Ucap Megan memonyongkan bibirnya.   Radafa mengambil bukunya kembali dari tangan Varo. Ia pun meninggalkan teman bangku nya sendiri dan meninggalkan kelas.   Rain, Megan dan Varo hanya menyaksikan kepergian Radafa yang sudah tidak nampak lagi.   "Rain, Lo beneran gak kenal sama orang yang tadi?" Tanya Megan menyelidik.   Rain hanya mengangguk.   "Beneran?"   Rain mengangguk lagi.   "Tapi tadi lo yang paling duluan loh ngomong ke Radafa. Tentang apa tuhhh?" Tanya Megan sambil berpikir   "Ohh iya tentang es krim" tambahnya.   Rain tak bisa mengelak lagi, karena memang benar Rain sudah tau lelaki itu, tapi dia tidak tahu namanya.   Rain menghela nafasnya.   "Rain jawab dongg." Pintanya memelas.   "Iyaa Megan, Rain tahu orang itu. Tapi Rain gak tahu namanya."   "Lo mau tahu nama dia?" Tanya Megan sambil tersenyum.   "Gak mau!" Balasnya cepat.   "Yaudah dehh gapapa, gue ga maksa ko. Lo bisa kenalan sendiri sama cowok itu, sekalian pdkt gitu." Godanya.   "Ihhhh Megan nyebelin banget si." Rain mencubit-cubit perut Megan tanpa ampun .   "Ahaahha"   "Udah Rain geli, geli." Pinta Megan sambil tertawa, karena tak kuasa menahan geli nya .   Rain tetap kekeh mencubit dan menggelitiki perut Megan saking kesalnya.   ****   Bel pulang sekolah berbunyi. Seluruh siswa berhamburan keluar kelasnya untuk bergegas pulang, entah itu pulang ke rumah ataupun pergi main.   "Rain, gue pulang duluan ya. Byee" ucap Megan melambaikan tangannya.   "Iya hati-hati."   Rain membereskan buku-buku yang tadi sudah ia pakai untuk bekajar, kemudian ia masukkan buku nya ke dalam tas dengan rapih.   Keadaan kelas sudah mulai sepi, hanya tersisa Rain, Varo dan Radafa.   Varo yang melihat Rain sedang sendiri langsung menghampiri Rain. Karena ini adalah kesempatan emas untuk mendekati Rain.   "Perlu bantuan ga?" Tawar Varo yang sudah berdiri di samping Rain.   "Gak" balasnya cuek.   Sabar Var sabar. Batinnya   "Kenalin Rain, gue Varo." Ucap nya memperkenalkan diri.   "Rain udah tau." Balas Rain dengan wajah datar.   Senyum Varo mengembang mendengar Rain sudah tahu namanya.   "Rain tau dari siapa?" Tanya Varo penasaran, ia kemudian duduk di depan bangku Rain dengan posisi menghadap wajah Rain.   "Yang tadi mau nanya nomor Rain kan?" Tebak Rain polos.   Varo mendengus kesal mendengar perkataan Rain yang membuatnya malu sendiri.   Dengan alasan yang tak jelas Varo langsung meninggalkan Rain di kelas.   " Rain, gue tinggal dulu ya. Pacar gue nelpon nih." Ucap Varo berbohong.   Sekarang yang tersisa di kelas hanyalah Rain dan Radafa.   Ketika Rain akan mengambil tas nya, ia melihat Radafa yang masih sibuk membaca buku.   Rain masih memandang Radafa tanpa henti.   Radafa yang mengetahui perempuan didepan nya dari tadi memandanginya, langsung menutup buku yang ia baca secara kasar. Sontak saja hal itu membuat Rain terkejut.   "Apa?" Tanya Radafa dengan ekspresi datar.   "Apaan?" Rain bertanya balik seraya memelototkan matanya.   Radafa tidak menggubris lagi ucapan Rain. Ia membereskan buku-bukunya lalu memasukkan ke dalam tas nya.   Radafa pun mengambil tas dan menggendong nya. Lalu beranjak pergi meninggalkan Rain sendiri.   "Berhenti!"   Baru saja beberapa langkah Radafa berjalan, Rain menghentikannya dengan teriakan nya.   "Rain mau kamu minta maaf sekarang!" Ujar nya yang sudah ada di belakang punggung Radafa.   Radafa membalikan badannya   "Buat?" Tanya nya, masih sama dengan ekspresi wajah datar.   "Karena waktu itu kamu ngambil es krim punya Rain." Balas Rain mengangkat wajahnya agar dapat dengan jelas melihat Radafa yang berada di hadapannya.   "Maaf"   Radafa pergi meninggalkan Rain.   "Ihhh, cowok nyebelin! Rain benci! Sangat benci!" Teriak Rain kesal.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD