Part 4

2125 Words
"Mahhh Rain pulang." Teriak Rain dari ambang pintu utama rumah nya.   "Aduh Rain, mamah kan udah bilang kalo masuk rumah tuh jangan teriak-teriak. Ga enak sama tetangga sebelah." Omel Rani yang notabene nya adalah mamah Rain.   "Enakin lah mah, suara Rain kan bagus." Kata Rain sambil cengengesan tak jelas.   "Yaudah, kalo Rain masih teriak-teriak mamah potong uang jajan Rain seminggu." Ancam Rani.   "Ahhh mamah mah gak seru, mainnya potong uang jajan." Balas Rain memanyunkan bibirnya.   "Mamah nyebelin, sama kaya cowok yang sekelas sama Rain!" Tambahnya keceplosan. Rain pun langsung menutup mulutnya sambil menunduk malu.   "Cowok?" Gumam Rani pelan.   "Anak mamah ternyata udah kenal sama anak cowok ya sekarang."goda mamah Rain sambil menoel hidung anaknya.   Rain? Dia sangat malu, kenapa juga dia harus membandingkan mamahnya dengan cowok menyebalkan itu si?!   "Udah ah, Rain mau ke kamar dulu. Bye mahh" Ucap Rain berlalu meninggalkan Rani.   "Rain" ucap seseorang dari luar kamar Rain.   Seseorang itu memasuki kamar yang di pintu nya sudah tertulis "Kalo mau masuk, ketuk pintu dulu terus panggil nama Rain." Yapp itu adalah kamar Rain.   "Rain"   Rain yang mendengar langsung menoleh ke sumber suara.   "Eh mamah, ada apa?" Tanya nya, sambil menutup laptop yang sudah selesai ia pakai tadi.   Rani berjalan perlahan, dan mendudukkan tubuhnya di kasur milik Rain.   Sekarang posisi Rain dengan mamah nya sudah berhadapan.   "Rain masih ingat sama Tante Dita gak?"   "Tante Dita?.... Yang mana ya mah?" Tanya Rain mengerutkan keningnya.   "Itu loh yang punya anak laki-laki yang seumuran sama kamu. Dulu kan kamu suka main bareng sama anak nya Tante Dita, masa kamu lupa?" Jelasnya.   Rain hanya ber oh tak tahu.   "Rain ingat?"   Rain menggeleng cepat. "Engga mah"   "Emang kenapa si mah?"   "Tante Dita kan punya anak dua yang pertama seumuran sama kamu, dan anak kedua nya masih kecil. Dan dua hari lagi anak yang kedua itu mau ulang tahun, terus Tante Dita minta mamah buatin kue ulang tahun anaknya."   "Temenin mamah besok ya? Kamu mau ga?"   "Besok kan Rain sekolah." Sanggah Rain.   "Jam 5 ko ke rumah temen mamahnya. Kamu ikut kan?" Tanya nya lagi memastikan.   Rain mengangguk dan mengangkat jempolnya tanda setuju. "Okedeh mah."   "Yaudah, Rain tidur gih biar besok ga terlambat ke sekolahnya." Suruh Rani.   ******   "Rain kamu udah siap belum?" Tanya Rani setengah berteriak.   "Iya mah udah. Tunggu dulu bentar." Balasnya sambil menuruni satu persatu anak. Hari ini Rain memakai pakaian yang simpel, tubuhnya ia balut dengan dress selutut warna pink dengan rambut lurus yang ia biarkan tergerai. Tak lupa ia juga menggunakan jam tangan yang ia sesuaikan dengan warna dress nya.   "Rain, mamah mau ke garasi dulu ya. Jangan lupa nanti kunci rumahnya." Ucapnya berlalu meninggalkan Rain.   Setelah dirasa sudah siap, Rain pun menaiki mobil nya.   "Rain pake dulu safety beltnya." Suruh Rani.   "Siap bos." Balas Rain sambil hormat. Ia pun memasangkan safety beltnya.   30 menit sudah berlalu, akhirnya Rain dan mamahnya sampai ke tempat tujuan.   Rani pun mulai memencet bel rumah teman seperjuangan nya dulu. Baru dua kali ia memencet, seseorang sudah membukakan pintu untuknya.   Orang itu memberikan senyum hangat kepada Rani.   "Akhirnya yang ditunggu datang juga." Ucap pemilik rumah antusias.   "Dita, maaf nih aku telat." Ucap Rani.   "Aku yang minta maaf lah Ran, aku udah ngerepotin kamu."   Dita melirik seorang perempuan cantik yang berada di samping Rani.   "Ini anak kamu Ran?" Tanyanya penasaran.   "Iyalah anak aku Dit."   "Rain? Yaampun kamu cantik banget, perasaan baru kemarin ya kamu masih main masak-masakan sama anak Tante, terus idung masih meler-meler. Tapi sekarang subhanallah, kamu cantik banget Rain." Puji Dita sambil memegang tangan Rain lembut.   Yang dipuji hanya tersenyum, dia malu kalo terus-terusan di puji. Bahkan ia tidak pernah ingat saat Tante Dita menceritakan masa kecil yang ia lalui bersama anak nya itu.   "Yaudah masuk dulu yuk." Ajak Dita. Rani dan Rain pun mengikuti arahan si pemilik rumah. Sampai di ruang tamu Rain dan Rani langsung duduk.   "Bentar ya, aku mau ambilkan minum dulu."   Dita pun kembali dengan membawa penampan yang sudah ada 2 orange jus untuk tamu nya itu.   "Makasih Dit, jadi ngeropotin."   "Gak ko, yaudah di minum dulu."   Rain dan Rani pun meminum orange jus yang sudah di sediakan untuk nya.   Setelah itu?   Aishhh, Rain sangat sebal, karena ia merasa seperti tidak dianggap kehadirannya. Lihat lah mamahnya lebih asyik mengobrol dengan teman yang seperti nya sudah tidak bertemu hingga berabad-abad lamanya.    "Mah, Rain mau ke kamar mandi." Ketusnya.   Rani dan Dita pun langsung menoleh ke arah Rain.   "Kamar mandinya deket dapur ko. Rain tinggal lurus aja terus belok kiri." Terang nya.    Rain mengangguk dan bergegas untuk ke kamar mandi. Meskipun ia tidak tahu harus apa setelah sampai di kamar mandi tersebut.   Rain berjalan secara perlahan, sambil melihat - lihat di sekeliling rumah yang besar dan mewah ini. Dari pada ia bete hanya menyimak percakapan orang tuanya dengan temannya itu. Lebih baik ia jalan - jalan.   "Nah itu dia" tebak Rain, ia pun berlajan menuju kamar mandi lalu membuka knop pintu dengan cepat.   "Aaaaaaaaaaa" Teriak Rain histeris.   Dengan refleks, Rain langsung menutup kedua matanya.   Meskipun ia sudah melihat laki-laki dihadapan nya yang hanya menggunakan boxer dan handuk yang dikalungkan di leher nya itu. Seperti selesai mandi.   Radafa melihat ke arah gadis di hadapannya itu dengan tatapan bingung.   "Lo ngapain?" Tanya nya dengan wajah datar.   "Ihhhh, kamu kenapa ada disini si? Mana gak pake baju lagi! Cepetan paket baju dulu! Rain gak mau lihat!" Oceh Rain, masih sambil menutup kedua matanya.   "Minggir!" Sentaknya, mendorong tubuh Rain agar dapat menjauh dari hadapannya.   Radafa pun kembali ke kamarnya untuk ganti baju.   "Cewek itu? Ngapain si dia ada di rumah gue?" Gumamnya sambil mengacak rambutnya frustasi.   "Radafa"   "Radafaaa" teriak seorang wanita yang Radafa tahu bahwa itu adalah suara mamah nya.   Radafa pun terpaksa keluar kamarnya untuk menemui mamah nya itu.   "Apa si mah, teriak-teriak aja?" Radafa menjawabnya dengan ketus.   "Dafa anak mamah yang ganteng mirip Manu Rios..."   "To the point aja mah!" Semburnya cepat, memotong ucapan mamah.   Dita menyengir melihat anaknya.   "Mamah minta tolong ke kamu ya Daf, tolong beliin bahan-bahan buat bikin kue ulang tahun nya Sam, di supermarket ya."   "Nih daftar belanjaan nya." Dita memberikan kertas putih yang sudah bertuliskan daftar belanjaan.   Radafa berdecak kesal. "Mamah ngapain nyuruh Dafa si? Kan ada bibi!" Keluh nya.   "Kamu lupa ya, bibi kan kemarin pulang kampung karena anaknya yang kecil sakit." Sergah Dita.   Radafa lupa, bahwa bibinya sudah pulkam sehari yang lalu.   "Kamu mau yaa, mamah soalnya lagi sibuk nyiapin yang lainnya."   "Iya iya" balasnya malas.   Kalo bukan karena adiknya, Radafa ogah mengiyakan perintah mamahnya itu.   "Tenang aja, kamu gaakan sendirian ada yang nemenin kamu belanja nanti. Bentar ya, kamu tunggu disini dulu jangan kemana-mana."   Dita berlalu meninggalkan Radafa, dan kembali lagi dengan membawa perempuan yang sudah tak asing lagi di matanya.   "Nah, Rain bakal temenin kamu belanja."   HAH?   Dengan refleks Radafa dan Rain kaget secara bersamaan. Dan menatap Dita dengan horor.   "Rain, tolongin Tante yaa temenin Radafa, soalnya dia kalo disuruh belanja suka salah aja. Masa pas Tante suruh dia beli gula malah dibeliin garam. Terus pas disuruh beli tempat minum buat adeknya dia malah beli termos piknik, dan..."   Udah nyuruh, malah ngejelek-jelekin anak nya lagi! Dasar orang tua!   "Cepet!" Potong Radafa, sambil mencengkram tangan mungil Rain.   Dita yang melihat tingkah anaknya hanya geleng-geleng kepala saja.   Rain memberontak, tapi tenaga nya tak sekuat tenaga Radafa. Jadi ia pasrah dan hanya mengikuti arahan Radafa.   Setelah sampai di garasi, Radafa melepas cengkraman nya dengan cepat. Rain hanya meringis kesakitan sambil memegang tangannya.   "Cepet masuk mobil!" Ucapnya sinis. Lalu masuk ke mobilnya.   Rain pun ikut masuk kedalam mobil Radafa, dan langsung memasang selt beat nya.   Suasana hening.   Karena selama di perjalanan antara Rain dan Radafa tidak ada yang ingin memulai pembicaraan.   5 menit   10 menit   15 menit   25 menit   Suasana masih sama Heningnya.   30 menit kemudian, akhirnya mereka sampai ke tempat perbelanjaan.   Radafa langsung membuka pintu mobilnya dan kembali meninggalkan Rain dibelakangnya.   Rain pun berjalan dengan cepat agar dapat menyusul Radafa.   "Radafa, tunggu Rain!" Teriaknya, yang tidak di jawab.   Radafa sudah masuk ke tempat perbelanjaan sambil mendorong troli dan membaca daftar belanjaan yang ia bawa.   Ia menggaruk-garukan kepala nya yang tak gatal sama sekali. Sembari berpikir memandangi bahan-bahan untuk membuat kue di hadapannya itu. Gula dengan garam saja terkadang ia suka salah membedakan nya, apalagi ini, tepung dan terigu? Wajah Radafa terlihat sangat frustasi.   Udah tau gue belet banget kalo di suruh belanja, nyokap gue tetep aja kekeh nyuruh gue!   Mending ngerjain 100 soal fisika dari pada harus belanja kaya gini. Pikirnya.   Radafa pun mengambil bahan-bahan secara asal dan memasukkan ke dalam troli belanjaan nya.   Karena merasa sudah cukup banyak ia belanja, akhirnya ia pergi menuju kasir untuk membayar.   Tapi dengan cepat seseorang menghentikan langkahnya dengan menahan trolli yang Radafa bawa. Rain pun mengambil alih trolli dan daftar belanjaan yang Radafa pegang. Sambil mengatur napasnya yang masih tak beraturan, Rain pun membaca daftar belanjaan itu lalu melihat belanjaan yang sudah Radafa pilih dan masukkan ke dalam trolli.   "Yaampun, ini salah semua tau. Bahan yang kamu pilih tuh gak sesuai sama tulisan. Udah jelas-jelas Tante Dita nulis daftar belanjaan ini plus sama nama merknya. Tetep aja salah." Omelnya.   Radafa yang melihat Rain mengomelinya, hanya diam saja. Wajahnya dengan wajah Rain cukup dekat, sampai ia bisa melihat bagian-bagian wajah Rain dengan sangat jelas.   Cantik. Pikirnya.   Astaga Radafa! Jangan sampe lo ke goda sama cewek rese kaya dia! Jangan!   "Oh"   Rain berdecak, dia meninggalkan Radafa sambil mendorong trolli nya dan menaruh kembali bahan-bahan yang tadi di ambil oleh Radafa, lalu mengganti dengan bahan yang benar.   "Makasih mbak." Ucap Rain, sambil menerima dua keresek besar   "Sama-sama"   "Radafa tungguin Rain dong! Berat tau!" Keluh Rain berteriak.   Radafa mempercepat langkahnya karena ia malas jika harus beruduaan dengan Rain.   "Radafa!"   "Radafa bantuin Rain!" Teriak nya lagi.   Rain pun mempercepat jalannya sambil membawa dua tentengan belanjaan yang cukup berat. Hingga Rain tak kuat lagi dan kehilangan keseimbangan, dia jatuh dan kakinya keseleo.   "Auuu" Rain meringis kesakitan sambil memegangi kaki kanannya.   "Auuu, sakit."   Radafa? Kemana dia?   Apa dia meninggalkan Rain sendiri?   Apa dia tidak takut kalo Rain diculik?   Ini sudah malam, Rain takut!!   Rain masih menundukkan kepalanya melihat nanar kearah kakinya yang sangat sakit.   Sampai tak sadar, bahwa sudah ada lelaki yang ia tunggu.   Sebelum ia mengangkat wajahnya, terlebih dahulu ia mengusap wajah nya yang basah karena air matanya itu.   "Radafa, kaki Rain keseleo." Lirih nya menatap Radafa.   Pikiran Rain hancur lebur, Radafa ternyata hanya mengambil kedua belanjaan nya itu dan pergi lagi meninggalkan Rain sendiri.   "Radafa! Rain benci sama kamu!"   "Aww, sakitt... hiks.... hiks" Ringis Rain sesegukan.   Rain terkejut, ketika ada tangan besar seseorang yang sudah mengangkat tubuhnya. Radafa? Dia yang mengangkat Rain sekarang? Rain masih tak percaya bahwa Radafa yang menggendong nya ini.   Rain pun mengalungkan tangannya dileher Radafa agar ia tidak terjatuh. Ia masih melihat wajah Radafa yang tetap tenang tanpa dosa.   Radafa pun menurunkan dan mendudukkan Rain di jok mobil Radafa, lalu meluruskan kaki Rain. Sembari berjongkok, Radafa mulai mengusap-usap kan minyak gosok ke kaki Rain kemudian memijatnya secara perlahan bak tukang pijat yang sudah sangat profesional.   "Awwww, sakit" Rain meringis kembali.   "Radafa cukup, kaki Rain sakit!"   "Awwww, sakit udah cukup"   "Radafa b***k apa? Kaki Rain tambah sakit tau!"   "Stop, stop!!"   "Enough!"   Radafa tetap memijat kaki Rain, karena jika cuma setengah-setengah percuma saja, kaki Rain tidak akan sembuh.   "Rain benci Radafa!" Teriaknya.   Radafa pun menghentikan pijatannya.   "Udah ga sakit?" Tanyanya singkat namun aura care nya sangat tampak di wajahnya.   Rain pun menggerakkan kaki nya secara perlahan.   Rain tersenyum memandangi kaki nya yang sudah tidak sakit lagi..   "Udah engga ko."   Radafa kembali masuk ke mobil nya, ia pun melajukan mobil dengan kecepatan rata-rata.   Suasana masih sama seperti berangkat tadi. Yaa Hening!   "Maaf." ucapnya dengan suara pelan, memecahkan keheningan.   Sontak saja Rain langsung menoleh kearah Radafa. "Radafa ngajak ngomong siapa?"   "Kalo ada yang nanya itu jawab dong!" Omelnya.   "Ngajak ngobrol simanis jembatan Ancol!"   Tawa Rain meledak, ternyata Radafa bisa juga bercanda.   "Whahahhahh"   "Radafa bisa juga becanda ya."   Radafa tak menanggapi ucapan Rain.   Rain pun menghentikan tawa nya.   "Oiya, Radafa tadi ngajak ngobrol Rain ya?"   "Radafa jawab dong. Jangan diem aja"   "Radafa lagi sariawan ya?"   "Gak" balasnya.   "Balesnya ko singkat singkat gitu si?"   Radafa hanya berdehem.   "Radafa makasih yaa kaki Rain udah ga sakit lagi."   "Rain gak jadi benci sama Radafa deh"   "Ehh, tapi kalo benci si cuma sedikit gak banyak ko. Abisnya Radafa nyebeli banget."   Radafa sudah tak tahan mendengar ocehan yang dilontarkan oleh perempuan yang sedang bersamanya itu. Rasanya ingin sekali ia membuka pintu mobilnya lalu melempar gadis ini jauh-jauh dari hadapannya.   Ah gila saja! Radafa masih waras ia tak mungkin mau mendekam di penjara sampai tua nanti akibat ulahnya.   Baru saja ia akan mempercepat laju kendaraan nya, lampu merah menyala pada saat yang tidak tepat. Ia pun harus bersabar menunggu lampu hijau menyala sambil mendengar celotehan-celotehan yang tak ada habisnya keluar dari mulut Rain.   Rain menguap. "Radafa, kalo udah nyampe bilang ya."   Radafa kembali tak membalas ucapan Rain.   Lampu hijau pun menyala, Radafa langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.   Seperti ada yang janggal?   Rain tidak mengoceh lagi, dan keadaan pun sangat hening. Radafa pun melirik Rain, ia sudah mendapati Rain dengan mata yang sudah tertutup.   Tanpa ia sadari, bibirnya sudah mengukir senyuman tipis karena melihat perempuan yang tertidur di mobilnya.   Radafa meminggirkan mobilnya di tepi jalan.   Ia membuka jaketnya, kemudian ia pakaikan untuk menghangatkan tubuh Rain agar dia tidak kedinginan.   Radafa mulai mendekat kan wajah nya ke wajah Rain. Tangannya merapihkan helaian rambut Rain yang menutupi wajah mulus gadis dihadapannya itu. Radafa pun mulai bisa memperhatikan Rain dengan intens karena wajahnya yang sangat dekat sekali sampai hembusan nafas Rain bisa terasa. Jarinya mengelus lembut pipi Rain.   Deg   Cantik. Pikirnya sambil tersenyum melihat Rain yang sedang tidur.   Rain menggerakkan wajahnya pelan dengan mata yang masih tertutup. Radafa pun kaget, dia langsung menjauhkan wajahnya dari wajah Rain, lalu melajukan mobilnya lagi dengan kecepatan biasa. Sambil sesekali ia melihat Rain yang tertidur. Sangat lucu sekali.   Dia sangat menyebalkan ketika bangun. Tapi ketika tidur wajah menyebalkan itu hilang dan berubah menjadi menggemaskan.   TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD