BAB 4

1054 Words
ALBERT POV Hari ini aku memulai hari dengan semangat dan aku tidak menyangka jika pagi ini banyak pembeli yang datang ke toko ku untuk berbelanja sampai aku kewalahan menghadapi mereka. Rata - rata mereka adalah pelanggan tetap sejak bertahun-tahun yang lalu. Mereka sangat puas berbelanja di tempat ku karena produk yang aku jual sangat berkualitas. Tidak terasa waktu menunjukkan pukul sembilan dan saatnya aku menutup toko. Tiba - tiba ponsel ku berdering dan aku sangat terkejut ketika Irene yang menghubungiku. Ternyata ia ingin bertemu dengan ku sehingga aku mengajaknya untuk pergi keluar rumah. Kami bertemu di sebuah kafe yang letaknya tidak jauh dari rumah ku. " Apa yang ingin kau bicarakan padaku?" Tanya ku sambil menatap matanya yang terlihat sendu. " Aku ingin kau melamar ku karena aku sangat ingin menikah dengan mu." Kata Irene secara blak-blakan dan membuat ku sangat terkejut. Saat itu aku berusaha menanyakan kembali keinginan Irene untuk menikah denganku dan dengan mantap ia menjawab sangat ingin menikah dengan ku. Akhirnya saat itu juga aku memberanikan diri untuk menemui orang tuanya dan melamar nya saat itu juga. Orang tua Irene saat itu sangat terkejut dengan kedatangan ku. Apalagi saat mereka tau jika aku ingin melamar anak mereka. Saat itu mereka tidak percaya jika aku bersungguh-sungguh untuk melamar Irene. " Apa kau bersungguh-sungguh dengan keinginan mu untuk melamar anak kami?" Tanya ayah Irene padaku dengan tatapan serius. " Saya sangat serius untuk melamar anak anda. Saya sangat mencintainya." Kataku dengan bersungguh-sungguh. Saat itu orang tua Irene menyetujui lamaranku dan aku merasa sangat bahagia karena akhirnya aku akan bersanding dengan Irene di pelaminan. *** Satu minggu kemudian, akhirnya aku dan Irene menikah. Pernikahan kami di laksanakan secara sederhana dan di hadiri oleh keluarga dekat. Saat itu saudara - saudaraku datang memberi ucapan selamat kepada ku dan mereka berdoa semoga aku dan Irene segera memiliki momongan. Irene tersipu malu mendengar hal itu dan tidak beberapa lama acara pernikahan usai dan mertuaku menyuruh kami untuk beristirahat karena mereka tau jika kami sangat kelelahan. "Sebaiknya kalian segera beristirahat" Kata ibu mertuaku kepada kami. " Baik ibu, kami akan beristirahat." Kata Irene sambil menjawab perkataan ibunya. Tidak beberapa lama kami beristirahat tetapi entah kenapa aku tidak bisa tertidur. Saat itu aku memandang Irene yang sedang tertidur karena seharian ini ia terlihat sangat kelelahan. Saat itu aku sangat bersyukur memiliki istri seperti dirinya karena ia seorang wanita yang sangat baik. Aku yakin ia bisa menjadi ibu yang baik untuk anak - anakku kelak. **** Keesokan harinya aku terbangun dan menyadari Irene tidak ada di samping ku. Saat itu aku langsung beranjak bangun dari tempat tidur, lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah mandi, aku berganti pakaian dan pergi ke lantai bawah untuk sarapan bersama dengan keluarga Irene. Saat itu aku melihat mereka sudah berkumpul di meja makan dan sepertinya sudah lama mereka menungguku untuk bergabung dengan mereka. " Maaf jika terlalu lama menunggu." Kataku sambil menatap ke arah mereka. " Tidak apa - apa. Sudah kebiasaan keluarga kami untuk sarapan bersama dan sekarang kau sudah menjadi bagian dari keluarga kami." Kata ayah Irene padaku. Tidak beberapa lama ayah Irene mempersilahkan kami untuk sarapan. Rasanya aku merasakan suasana yang berbeda dan aku merasa sangat nyaman berada di keluarga Irene. Aku menyadari jika Irene berasal dari keluarga berada tetapi ia terlihat sangat terdidik dan memiliki sopan santun. Meskipun begitu, Irene tetap rendah hati dan hal itu yang membuat ku sangat mencintainya. Setelah selesai sarapan, aku ijin untuk pergi ke toko karena hari ini aku harus berjualan untuk mencari nafkah. Saat itu ayah Irene menyuruhku untuk tidak berjualan dan aku sangat terkejut saat beliau memberiku dua tiket pesawat ke Bali supaya aku berbulan madu dengan Irene. " Hari ini kau tidak usah berjualan karena aku akan memberikan tiket pesawat agar kalian bisa berbulan madu dan menghabiskan waktu berdua." Kata ayah Irene sambil memberikan dua tiket pesawat kepada ku. " Terima kasih ayah." Kataku sambil memeluk nya dan beliau membalas pelukan ku. Aku merasa beliau seperti ayah kandung ku karena sejak awal beliau sangat senang ketika Irene dekat dengan ku. Tidak beberapa lama aku dan Irene mengemasi barang - barang karena dua jam lagi kami akan naik pesawat. Setelah selesai berkemas, kami berpamitan kepada orang tua Irene. Lalu kami langsung berangkat ke bandara. Rasanya saat itu pertama kalinya aku merasakan kebahagiaan setelah beberapa tahun ini. Setengah jam kemudian kami tiba di bandara dan saat itu aku bisa melihat Irene tidak sabar ingin segera tiba di Bali dan berbulan madu di sana. Tidak terasa satu jam sudah berlalu dan saatnya kami berangkat. Rasanya sudah lama aku tidak berlibur ke luar kota karena semenjak orang tuaku tiada, aku lebih sibuk mengurus usahaku agar aku bisa bertahan hidup. " Sayang, apa kau senang kita bisa berbulan madu ke bali?" Tanya Irene padaku saat aku sedang memandang awan di balik jendela pesawat. " Tentu saja aku sangat senang apalagi bisa menghabiskan waktu berdua dengan mu." Kataku sambil menoleh ke arahnya. Aku bisa melihat senyum indah yang terpancar dari wajah Irene yang sangat cantik dan aku merasa sangat beruntung memiliki nya. Sekitar satu jam kemudian, kami tiba di bandara dan kami langsung mengambil barang - barang kami dan mencari taksi untuk mengantar kami ke hotel. Tidak beberapa lama kami tiba di hotel dan rasanya saat itu aku sangat menikmati suasana di Bali yang sangat indah. Setelah memesan kamar, kami langsung pergi menuju kamar dan memasukkan barang - barang. Saat itu Irene mengajakku untuk berjalan kaki mengelilingi hotel karena ia tidak ingin berlama - lama di dalam kamar. " Sayang, ayo kita pergi sambil berjalan kaki. Aku sangat ingin mengelilingi hotel ini." Kata Irene sambil mengajak ku berkeliling hotel. Akhirnya kami berjalan kaki sambil mengelilingi hotel dan aku sangat menyukai pemandangan di sekitar hotel dan menikmati udaranya yang sangat sejuk. Tiba - tiba ponsel Irene berbunyi dan saat ia menjawab telepon, raut wajahnya berubah dan tidak beberapa lama ia selesai menelfon. Saat itu Irene memberitahu jika ibunya pingsan dan saat ini di bawa ke rumah sakit. Aku berusaha menenangkan Irene jika ibunya pasti baik - baik saja karena ada dokter yang menangani ibunya dengan baik. Lalu aku mengajak Irene untuk kembali ke kamar karena aku merasa Irene butuh waktu untuk menenangkan diri setelah mendengar kabar ibunya berada di rumah sakit. Aku berdoa semoga ibu mertuaku dalam keadaan baik - baik saja dan segera kembali ke rumah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD