Bab 2

817 Words
Hati selalu gundah saat berada di dekatnya. "Cukup! Kalian harus ingat bahwa saya adalah Guru, seperti ini cara kalian menghormati Guru? Ibu sudah lelah dengan perdebatan kalian," ucap Ibu Kirana menghentikan dua orang yang saling memandang tajam, "pelajaran akan dimulai sekarang. Untuk Eagan, Ibu harap jangan membuat kekacauan di kelas ini, kalau memang niatan kamu sekolah untuk bermain, silakan kembali ke taman kanak-kanak," lanjut Ibu Kirana dengan nada yang lembut. Seorang guru memang dituntut untuk selalu bersabar dalam mengajar, contohnya Ibu Kirana yang sudah terbiasa menghadapi murid yang nakal seperti Eagan. "Maaf, Bu," ucap Sihan tidak enak dan Ibu Kirana tersenyum kecil sambil mengangguk. Seiring berjalannya pelajaran, waktu begitu cepat dan akhirnya pergantian mata pelajaran. Namun, Ibu Kirana mendapat pesan dari Ibu Wardaniah bahwa dirinya tidak dapat masuk dikarenakan urusan yang mendadak. Ibu Kirana tersenyum tipis, sebagai guru Kirana tentu tahu keinginan muridnya, yaitu freeclass. "Saya mendapatkan pesan dari Ibu Wardaniah dan beliau tidak dapat hadir sehingga mempercayakan saya untuk melanjutkan mata pelajaran ini," kata Ibu Kirana dan rata-rata dari mereka langsung mengeluh, namun, bukan Ibu Kirana namanya kalau tidak pengertian. "Tenang, tidak perlu mengeluh seperti itu. Pelajaran seni telah habis waktunya dan Ibu hanya memberi kalian tugas, selebihnya saya percayakan kepada Sihan agar kalian semua tidak keluar kelas sebelum jam istirahat. Mengerti?" "Mengerti!" sahut mereka dengan semangat. Setelah mengucapkan salam, Ibu Kirana keluar dari kelas dan detik itu pula semuanya langsung bersorak gembira, terutama geng T-FIVE. Bruak! Meja dan kursi tergeletak seketika dan biang keroknya adalah geng T-FIVE, mereka selalu saja membuat ulah walau sudah diperingati dan inilah yang membuat Sihan selalu kesal setiap harinya. "Gimana mau sukses? Nakalnya ketulungan," ujar Sihan sembari menggelengkan kepalanya. Ucapan tersebut sampai di telinga Eagan, lantas cowok itu berbalik dan menatap Sihan dari atas ke bawah. "Ck, nakal dulu baru sukses sayang. Kalau gue sukses nantinya, gue bakal lamar lo di depan semua orang, bener gak?" tanya Eagan kepada teman kelasnya dan semuanya langsung bersorak, "benar!" "Tuh, denger, semuanya dukung kesuksesan gue dan lamar lo nantinya." "Ish, najis tau gak?! Mana mau gue sama Cowok nakal seperti lo. Bukan sukses malah jadi gila. Jadi, Tuan Eagan Pramuda ganti semboyan anda menjadi, nakal dulu baru gila," balas Sihan. "Wah ... Bos ditolak, wuhui baru kali ini coy," ujar Fandi menggoda Eagan. Eagan terkekeh, baru kali ini ada cewek yang menantangnya, eits ... Bukan baru kali ini, tapi, berkali-kali dan orang itu hanyalah Sihan. "Haduh, Fan. Gak tau aja lo, namanya Cewek yah selalu ngeles lah, Sihan itu gak mau ngaku kalau dia suka sama gue," balas Eagan santai dan menaikkan alisnya sebelah ke Sihan. Sedangkan Sihan, cewek tersebut bergidik ngeri dan menatap sinis Eagan. "Halu ih, jadi orang jangan kepedean." Sihan menatap meja dan kursi yang tergeletak di lantai, dengan nanar Sihan memandang cctv, dia tahu bahwa cctv pasti merekam apa yang dilakukan oleh Eagan dan teman-temannya tadi. Namun, kembali lagi ke dia, dia adalah ketua kelas dan yang tercatat di buku sekolah dirinyalah yang tetap bersalah karena gagal menjaga keamanan dan keindahan kelas. "Gue lagi, gue lagi. Ini semua karena Eagan! Gue heran, kenapa lo nakal banget?" tanya Sihan kesal. "Gak ada yang ngelarang gue soalnya, gue butuh lo buat ngelarang gue biar gak nakal," jawab Eagan dengan wajah tengilnya dan Sihan langsung mendengus sebal. "Basi tau gak? Gue kan udah ngelarang lo setiap hari jangan nakal, tapi apa? Lo tetap nakal, heran gue," ujar Sihan, dirinya benar-benar bingung dengan jalan pikiran cowok itu. "Ternyata bukan Cowok doang yang selalu gak peka. Cewek juga selalu gak peka," singgung Eagan. Sihan tidak peduli dengan ketua T-FIVE itu, dirinya menuju ke meja dan kursi yang masih tergeletak. Sihan tidak bisa mengangkat meja dengan sendirinya, dan cewek itu membutuhkan bantuan kepada Fandi, tentu Fandi membantu. Tapi, ada udang di balik batu, cowok itu pura-pura tidak sengaja melepas meja yang hampir berdiri sehingga meja itu kembali tergeletak. "Aw." Tangan Sihan terluka, dan Fandi langsung menghampiri Sihan dan menghisap darah yang terus keluar dengan derasnya. Fandi tidak menyangka jika kemodusannya akan berakhir seperti ini, sedangkan Sihan terkejut jika Fandi langsung menghisap darahnya. Di lain sisi, Eagan melihat itu, entah apa yang merasuki cowok itu sehingga dirinya ikut serta mengobati tangan Sihan. Eagan mengambil obat merah dan juga kapas. Sihan sendiri tidak menyangka, ternyata ketua T-FIVE yang terkenal trowblemaker itu mempunyai hati nuran juga, tidak seperti biasanya. "Tumben baik, sehat Bang?" tanya Sihan terkikik geli. Eagan hanya mendengus dan tidak membalas pertanyaan Sihan yang konyol itu, seharusnya Sihan bersyukur karena Eagan mengobati tangannya dan Eagan merupakan cowok yang sangat langka untuk membantu seseorang. "Udah hisepinnya, keenakan lo," sebal Eagan kemudian menarik rambut Fandi yang sedikit panjang dan membuat cowok itu mengaduh pelan. "Jahat banget lo, bos. Untung rambut gue gak rontok," kata Fandi dan ketiga anggota geng lainnya menertawakan Fandi. Selesai mengobati tangan Sihan yang terluka, Eagan meniup tangan Sihan sebagai penutup kemudian menyentilnya pelan. "Udah baikan gak? Jangan bilang nggak, soalnya gue gak suka Cewek manja." "Ish, siapa juga yang mau sama Cowok kek lo?" tanya Sihan dengan nada sinis. "Sihan lah. Gak usah khawatir akan perpisahan kita, tulang rusuk gue gak bakalan keganti, pasti bakalan pulang ke gue, dan tulang rusuk gue itu, lo."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD