Bab 1

832 Words
Part 1 Hukuman merupakan surganya T-FIVE, aneh bukan? Sang ketua sering mengatakan kalimat itu baik kepada teman maupun guru. Rabu pagi, sang ketua kelas tengah memarahi Eagan karena tidak bertanggung jawab atas jadwal piketnya. "Eagan, gue gak peduli kalau lo punya geng yang bernama T-FIVE itu, pokoknya buang sampah sekarang JUGA!" Sihan, terkenal dengan suara yang besarnya tidak perlu diragukan lagi, membuat kuping Eagan berdenyut. "Tenang sayang, gue bakalan buang sampah," balas Eagan. "Percuma sayang, tapi lo gak mau denger apa yang gue bilang!" balas Sihan pula. "Baper?" dengan alis yang naik sebelah. "Biasa aja. Sekarang, kerjain tugas, lo!" ujar Sihan, cewek itu tahu jika Eagan sengaja berbasa-basi agar memakan waktu lebih banyak sehingga dirinya tidak sadar kalau guru akan masuk sebentar lagi. Dalam artian sebenarnya, Sihan sudah tahu permainan politik dari seorang Eagan Pramuda. Ketua T-FIVE itu mendengus sebal, dengan malas cowok itu bangkit dari duduknya dan mengambil tong sampah yang telah penuh. Dan asal kalian tahu, sampahnya begitu busuk dari sampah yang ada di Trowyer School. Walaupun mengenakan masker, aroma busuk itu tetap menembus masker yang melindungi mulut dan hidung Eagan, Eagan sendiri hampir muntah dan menjadi kesal lantaran sampah apa yang ada di tong sampah sehingga baunya begitu menyengat? Eagan berhenti dulu dan membuka penutup tong sampah dan melihat isi tong sampah tersebut. "Haish, bau banget. Cowok tertampan di sekolah tengah membuang sampah sebusuk ini? Huft, nasib." Perlu kalian tahu, siswa di sekolah ini tidak seberlebihan yang kalian kira, mereka hanya memandang sebentar saja ketika melihat Eagan membawa tong sampah. Sebatas angin lalu. Walau sebatas angin lalu, timbul pertanyaan dari mereka semua bahwa tumben sekali jika ketua T-FIVE itu ingin membuang sampah, dan ini pertama kalinya mereka melihat pemandangan tersebut. Kembali lagi ke Eagan, cowok itu hanya berekspresi santai. Padahal, dalam benaknya cowok itu tengah mengumpat kesal dikarenakan aroma busuk dari sampah tersebut semakin meningkat saja. Akhirnya, Eagan selesai membuang sampah dan kembali ke kelas. Pada saat kembali, ternyata ke empat anggotanya sudah berada di kelas. Karena Eagan merupakan cowok yang sangat kepo, dirinya pun bertanya, "lagi bahas apa?" "Cewek, bos," jawab Fandi dan Eagan hanya mengangguk. Membahas seorang cewek sudah hal biasa untuknya. Berbagai cewek berusaha mendekati Eagan namun cowok itu menunjukan auura yang begitu gelap sehingga para cewek yang ingin mendekat kembali berpikir ulang untuk mendekatinya lagi. "Jam pertama mapel apa?" tanya Eagan. "Seni, bos," jawab Jono. Ketua T-FIVE itu tersenyum miring, pelajaran seni dan dirinya langsung mengingat bahwa hari ini akan ada praktik langsung dari gurunya, yaitu bermain alat musik yang artinya ... Pikiran liar langsung tersusun begitu saja, tidak rumit namun mengesalkan. Tak lama menunggu, Ibu Kirana merupakan guru yang berhati lembut. Saat masuk, para cowok di kelas itu langsung diam dan memperhatikan setiap langkah Ibu Kirana, dari ujung kaki hingga ujung kepala semuanya perfect dan Ibu Kirana termasuk guru yang cantik di Trowyer School. "Selamat pagi," salam Ibu Kirana. "Pagi," semuanya kompak menjawab. "Kalian ingat kan hari ini kita akan melakukan apa?" sebuah pertanyaan, namun bukan Ibu Kirana yang melontarkannya, melainkan Eagan. Semuanya langsung menatap Eagan dan berpikir hal gila apa lagi yang akan cowok itu lakukan? Semuanya diam dan menunggu. "Ternyata Eagan sudah tahu apa yang akan Ibu tanyakan. Hm, Eagan sudah tahu jawabannya bukan?" tanya Ibu Kirana. "Sudah tahu," jawab Eagan tersenyum manis. "Oh ya? Apa itu?" "Praktik bermain musik, tapi, menurut saya itu biasa, Bu. Hal yang menarik adalah, ...." Eagan menggantung ucapannya. "Adalah?" "Mempermainkan hati Ibu, boleh?" tanya Eagan. Fandi, Jono, Aksara, dan Noval kompak bertepuk tangan dan hal itu berhasil membuat Eagan terdorong untuk melakukan hal yang lebih konyol lagi. Eagan menanti jawaban dari bibir kecil yang selalu diperhatikannya itu, sedangkan Sihan sebagai ketua kelas merasa malu. "Eagan, diam," tegur Sihan dengan halus. Bukan Eagan namanya jika tidak membuat kekacauan di dalam kelas. "Gak, gue gak bakalan diam sebelum denger apa jawaban Ibu Kirana," balas Eagan. Terkenal akan kelembutannya, yah, Ibu Kirana tersenyum dan menjawabnya, "mempermainkan hati? Silakan, Ibu penasaran juga," sebuah jawaban yang lembut namun tersirat akan tantangan kepada Eagan. Situasi semakin seru, dan Sihan sudah tidak tahan lagi. "Sesuai dengan aturan yang berlaku sebelum saya menjadi ketua kelas di sini, yang dimana ... Pasal pertama, jika ada yang membuat keributan di kelas maka diberi hukuman, pasal ke dua, siapa pun yang berlaku tidak sopan kepada guru maka diberi poin sebanyak 30, jika melanggar dari dua pasal yang telah ditentukan tadi, maka pihak yang bersangkutan akan menanggung segala resiko yang lebih berat lagi," ujar Sihan dan menatap Eagan dengan senyuman miringnya. "Mau dong," balas Eagan, tersenyum miring pula. "Sudah, ini tidak akan ada habisnya. Kita akan memulai pelajaran," Ibu Kirana menutup pembahasan antara mereka bertiga. Jika berlanjut, maka hal yang tidak diinginkan bisa saja terjadi. "Tapi, saya masih mau lanjut." Brak! Sihan menggebrak meja, cewek itu tahu ini memang tidak sopan tapi mau apa lagi? Sepertinya peringatan keras tak dapat membuat Eagan jera, jadi, dirinya harus bertindak lebih tegas atau lebih keras lagi. "Eagan Pramuda, anda berurusan dengan saya," tunjuk Sihan ke Eagan disertai dengan pandangan yang tajam.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD