Ep.7 Pembalasan Dendam Orang yang Terzolimi

4019 Words
"Huffh..., untung saja," embus Kaili seraya menyandari pintu kamarnya. Lega Zhuo tidak bertanya lebih detail ataupun mencurigai penampilannya kalau-kalau ada perubahan setelah bercum.bu dengan seseorang. Tapi, apa yang terjadi dengan personanya tidak bisa disebut bercum.bu semata. Mereka benar-benar melakukan hubungan badan selayaknya dua orang dewasa. "Tidak ... Hentikan ...!" Ia teringat berteriak pada Han Junjie, tetapi dengan arogannya pria itu menjawab, "Kenapa aku harus berhenti? Kita sudah menikah. Dalam game! Aku kaisarmu dan kau harus turuti apa pun kemauanku!" Seandainya tidak ada rasa apa pun saat itu. Masalahnya, setelah itu tubuhnya menjadi bergelenyar tak terkendali. "Itu cuma game! Itu hanya sebuah game! Sebuah permainan!" gumamnya mengingatkan diri. "Jangan berpikiran naif, Kaili. Kau tahu realitanya bahwa idol itu penuh kepalsuan. Jadi, jangan gunakan hatimu dalam hal ini. Han Junjie menganggapmu mesin game, maka kamu harus meniru Han Junjie. Jadikan Han Junjie mesin uangmu." Kemudian ia bergegas ke kamar mandi untuk mendinginkan sekujur tubuhnya. Setelah itu, barulah Kaili bisa tidur nyenyak. Di tempat lain. Malam itu, Han Junjie mendapatkan tidur terbaiknya. Namun, bagi saingannya, Wei Xiaoli, keberhasilan Kaisar Han adalah sebuah ancaman. Ia melangkah gusar menuju paviliun para selir. Para pengawal membungkuk dalam tidak berani menampakkan wajah mereka karena jelas terlihat kaisar mereka sedang murka. Kaisar Wei membuka pintu tempat para selirnya sedang berkumpul. Ia mendapati mereka asyik tertawa sembari berdandan memamerkan gelimang perhiasan dan pakaian mewah yang mereka kenakan. Kesembilan selir beserta dayang-dayang mereka minum-minum dan memakan makanan berlimpah ruah. Para selir bergegas mendatanginya sambil menyapa dengan suara merayu, "Yang Mulia, mari duduk bersama kami. Kami sudah menyiapkan arak hangat dan buah-buahan segar untuk Yang Mulia." Para gadis cantik jelita melekap pada Kaisar Wei dan menggerayangi tubuh kekarnya, akan tetapi Kaisar Wei menepis mereka semua hingga tersungkur dan membentak mereka. "Jangan berpikir bersenang-senang menghamburkan hartaku sementara kalian tidak melakukan apa pun untuk negeri ini!" Para selir terperangah. Mereka segera berlutut lalu mulai memelas terisak, "Tapi, Yang Mulia, kami mengandung anak Yang Mulia. Kami berkontribusi melahirkan keturunan dan calon pewaris Yang Mulia." "Apa gunanya itu semua jika ancaman datang lebih cepat daripada angin? Yang aku butuhkan sekarang adalah sumber kekuatan baru secepatnya! Apakah ada salah satu dari kalian yang punya kekuatan berbeda dari yang lainnya? Apakah ada di antara kalian yang punya jimat sakti pembangkit tenaga rahasia yang tiada tanding? Apakah ada di antara kalian yang bisa menjalin aliansi dengan kaisar lain tanpa aku harus menjilat mereka?" Seluruh selir terdiam. Kaisar Wei melanjutkan hujatannya, "Tidak ada satu pun dari kalian yang punya kesaktian? Jadi, kalian semua bergabung di dunia ini hanya untuk menjadi seorang selir tanpa kemampuan selain mengeruk harta para kaisar?" Selir Lan, yang digadang-gadang sebagai selir kesayangan, beringsut mendekat kaki Kaisar Wei dan berujar memelas, "Jangan berkata seperti itu, Yang Mulia. Kami bisa menghibur Yang Mulia setiap waktu, apakah itu tidak cukup?" "Tidak! Hiburan dari kalian justru akan menjerumuskanku, karena kalian hanya menggunakanku demi ambisi kalian untuk bersenang-senang dan sama sekali tidak melakukan sesuatu untuk mempertahankan kejayaan kekaisaranku!" "Ampuni kami, Yang Mulia. Begini saja, katakan pada kami apa yang harus kami lakukan, kami akan melakukannya, Yang Mulia. Bahkan jika perlu kami akan mengorbankan nyawa kami. Tolong, Yang Mulia, beri kami kesempatan membuktikan diri kami layak mendampingi Yang Mulia." Ucapan Selir Lan membuka pikiran Kaisar Wei. Matanya menajam kemudian tersenyum menyeringai. "Tingkatkan kekuatan kalian dengan cara apa pun dan cari gadis-gadis yang levelnya lebih tinggi serta punya kesaktian tertentu. Rekrut mereka untuk bergabung di klanku." Para selir lekas bersujud sambil menyeru serentak, "Baik, Yang Mulia! Titah Yang Mulia akan segera kami laksanakan." "Aku tunggu sampai bulan purnama berikutnya. Pastikan kalian menemukan orang yang bisa memenuhi kriteriaku! Kalau tidak, aku akan mengirim kalian semua ke Bilik Tantangan dan tidak boleh keluar sampai kalian mencapai level maksimal!" Bilik tantangan adalah tempat khusus untuk menempa kesaktian pemain. Di sana, para pemain akan menghadapi musuh tanpa henti dan level kesulitannya selalu lebih tinggi daripada level pemain. Bagi pemain perempuan, berada di sana akan sangat membosankan dan melelahkan. Bahkan bisa merenggut nyawa mereka. Para selir tidak ingin berada di sana. Mereka tidak berani bergerak dari sujud sebelum Kaisar Wei beranjak. Kaisar Wei berbalik lalu pergi dari paviliun tanpa berkata apa pun. Ia lanjut ke aula, mengumpulkan teman-teman LTJ yang memiliki jabatan sebagai petinggi kekaisarannya. Kaisar Wei duduk di singgasana. Di hadapannya berjejer 4 orang pejabat yaitu perdana mentri Qu Shoushan, Grand General Angkatan Bersenjata Kang Huizen, Alchemist Fa Mengyao, dan Gran General Intelejen Li Guowei. "Bagaimana bisa kalian mengabaikan rahasia Kuil Dewi Labu?" cecar Kaisar Wei pada mereka berempat. "Karena sebelumnya tidak seorang pemain pun pernah mengungkap rahasia kuil tersebut. Jadi, bagaimana kami bisa tahu? Fa Mengyao sebagai alkemis yang seharusnya riset mengenai hal demikian," tuding Qu Shoushan agak gusar juga karena berita Kaisar Han telah memutar peta kekuatan. Fa Mengyao yang aslinya seorang pesolek, membela diri dengan alasannya, "Hei, kalian tahu aku tidak terlalu melibatkan diri dalam game ini. Aku senang membuat pakaian dan aksesories dan itu berhasil meningkatkan kekuatan kalian. Lagi pula, seharusnya sebagai kaisar kau memberi aku arahan apa yang harus kulakukan. Jadi, ini tidak sepenuhnya salahku." Kaisar Wei jengah dijawab demikian. "Hei, Yaoyao, meskipun kita teman, dalam situasi ini aku adalah kaisar. Jadi, tunjukkan semacam respek padaku, oke?" Mengyao manyun, tetapi tidak memperuncing masalah. "Ya, maafkan aku. Begini saja, carikan aku material dan skrip formula apa yang harus kuteliti, maka aku akan mengerjakannya." Kang Huizen, si jenderal pengomando para followers sebagai tentara jika perang nanti, buka suara. "Aku rasa kita harus membaca kitab di gua kelelawar itu lagi untuk menelusuri detailnya. Bagaimana kalau kita pergi ke sana. Aku akan mengawalmu," ujarnya. Kaisar Wei mangut-mangut. "Bener juga. Jangan sampai ada informasi sekecil apa pun di kitab itu yang terlewat lagi. Baiklah. Kita akan pergi setelah fajar terbit. Sementara aku pergi, Qu Shoushan, tampuk pimpinan aku percayakan padamu!" Qu Shoushan berkowtow. "Siap, Yang Mulia!" Kaisar Wei lalu menatap Kepala Intelijen yang pendiam, Li Guowei. "Jenderal Li, kau kukirim pergi ke Negeri Beruang. Selidiki latar belakang Kaisar Han serta Selir XLili." Li Guowei langsung bersalut tanpa banyak bicara. "Siap, Yang Mulia!" Kaisar Wei lalu membubarkan mereka. Ia pergi bersama Kang Huizen ke bagian logistik untuk mengisi perbekalan seperti potion pemulih HP dan MP, antidot, bekal makanan, uang, serta mengatur jenis pakaian pelindung dan senjata yang akan dibawa ke medan pertempuran. Mereka juga memilih prajurit yang akan menyertai perjalanan itu. Kang Huizen berceletuk. "Apa kau punya dugaan Kaisar Han kemungkinan besar orang dari TM Entertainment? Mungkin ... Han Junjie?" Huizen ragu menyebut nama itu karena pasti membuat Wei Xiaoli naik pitam dan itu memang benar. "Aaarhhh! Tidak usah kau sebut pun, aku selalu mewaspadai siapa pun pemain yang tidak aku kenal adalah Han Junjie. Kalau tidak, mana mungkin aku sepanik ini?" Soalnya, sangat tidak mungkin agensi besar seperti TM Entertainment tidak mengikutsertakan idol terbesar mereka dalam game. Sungguh menyia-nyiakan kesempatan. Kemudian Kaisar Wei berujar menggumam, "Penggunaan kata panik menunjukkan aku takut padanya, ya? Ah, kalau begitu, tidak, aku tidak panik, tapi aku orang yang penuh persiapan. Mau itu Han Junjie atau bukan, aku akan menghabisi siapa pun yang berani mengancam kekuasaanku!" "Dibandingkan Kaisar Han, sebenarnya lebih berbahaya Kaisar Chezun dan jenderalnya, Bai Li dari Negeri Salju. Mereka sangat brutal jika bertempur. PPG Agency memodali mereka dengan pedang dan armor terkuat. Hanya sekarang mereka agaknya diam karena musim dingin sangat parah dan kesulitan bahan makanan. Kebetulan, Bai Chezun dan Bobby Lee sebagai duo Double B sedang ikut kompetisi Unholy Rapstar. Itu memberi mereka kesibukan di dunia nyata." "Hmm. Tetap saja kita tidak bisa ke sana karena cuaca ekstrim. Kita tidak bisa menyerang mereka. Sebaiknya kita fokus mencari kekuatan baru dulu. Jika musim dingin di sana berlalu dan mereka mulai ekspansi lagi, kita sudah punya senjata rahasia untuk melawan mereka." Kuda mereka dipersiapkan bersamaan 20 prajurit kavaleri yang akan mengiringi. Kaisar Wei dan Jenderal Kang naik ke kuda masing-masing. Rombongan itu pun berarak menuju Gua Kelelawar. Di sebut Gua Kelelawar karena gua tersebut dihuni aneka jenis kelelawar, dari ukuran kecil hingga besar. Dari pengisap darah, hingga penebar racun. Sebelum tiba di sana, mereka harus melewati lembah ular, di mana tempat itu merupakan habitat ular yang tak terhitung lagi jenis dan jumlahnya. Mereka memasuki hutan belantara, menerobos pepohonan rimbun dan menumpas ular-ular kecil ber-HP rendah yang melintas di jalanan. Sekali libas tombak dengan pisau besar di kedua ujungnya, ular-ular itu langsung mati. Namun, ular-ular itu kembali muncul seperti tidak ada habisnya, sedikit menghambat perjalanan mereka. "Berengsek!" maki Kaisar Wei. "Grraaaaahh!" Ia berteriak sambil menyabetkan tombak disertai kekuatan angin puyuh. Ular-ular itu pecah berhamburan menjadi potongan daging kecil bercampur darah. Namun, tiba-tiba Kaisar Wei merasa nyeri di lehernya. Ternyata ada seekor ular kecil berbisa menggigitnya. "Ah, sialan!" geramnya seraya menarik ular itu sehingga lepas lalu ia cengkeram hingga pecah terbencar. Kepala Xiaoli langsung pusing berkunang-kunang. Gelagapan ia merogoh kantongnya, kemudian menemukan botol berisi cairan hijau yang segera ditenggaknya. Efek racun ular tadi pun hilang. Mereka lanjut berkuda sambil menombak sana sini. Kang Huizen menasihatinya. "Kau terlalu emosional, Xiaoli, makanya serangan sekecil itu bisa mengenaimu." "Karena aku masih sangat penasaran apakah Kaisar Han itu Han Junjie," jawab Xiaoli. "Jika kami pernah berhadapan dan aku tahu kekuatannya, mungkin aku tidak akan sepenasaran ini. Sialan! Kenapa Han Junjie tidak membuat pengumuman kalau dia ikut dalam The 7? Apa triknya? Apa yang disembunyikannya?" "Aku rasa kau berpikiran berlebihan, Xiaoli. Kau sendiri tadi yang bilang fokus. Fokus! Han Junjie belum melakukan apa pun, kau sudah ketar-ketir. Ia akan menertawakanmu jika melihatmu seperti ini. Ingat, Xiaoli, ini cuma game! Jangan sampai mengacaukan konsentrasimu!" "Ya, aku tahu. Aku tahu. Terima kasih sudah mengingatkan." Pertarungan mereka lebih terkoordinir setelah itu. Rintangan dapat diatasi. Siluman ular raksasa yang menjadi musuh utama di lembah tersebut mereka ganyang habis. Tiba di muara Gua Kelelawar, rombongan kerajaan itu harus meninggalkan kuda mereka karena gua terlalu sempit untuk dijelajahi bersama kuda. Obor dinyalakan sebagai penerangan temaram gua tersebut, harus dijaga agar tidak padam karena jika hilang cahaya sedikit saja, maka mereka tidak akan bisa melihat dari mana arah musuh menyerang dan akan menjadi santapan empuk para kelelawar atau orang yang mengintai kedatangan mereka. Beberapa prajurit level rendah tewas dalam penjelajahan itu. Xiaoli dan Huizen sudah pernah ke gua itu sehingga mereka sudah tahu jalan. Jalur gua yang berbelit tidak lagi menyesatkan mereka. Keduanya beserta sisa prajurit mereka tiba di sebuah ruangan altar di mana sebuah kitab bercahaya melayang. Ternyata di tempat itu sudah ada penjelajah lain yang tiba lebih dulu untuk membaca kitab tersebut. Beberapa mayat tergeletak bekas pertarungan mereka. Orang-orang itu berasal dari klan lain dan ada juga yang tidak bergabung klan mana pun. "Wow, Kaisar Wei, datang untuk mencari informasi mengenai Dewi Labu itu juga rupanya?" gumam mereka sembari tertawa-tawa. "Diamlah, urus urusan kalian sendiri!" bentak Kaisar Wei. Karena Kaisar Wei datang bersama rombongan dan levelnya lebih tinggi, mereka urung melawan sehingga beberapa terbang menjauh begitu saja. Namun, ada satu pria yang bergantung di stalagtit. Pria itu mengenakan topeng menutupi bagian matanya dan ia berujar dengan suara penuh intrik. "Apakah kita punya pemikiran yang sama, Kaisar Wei, kalau Kaisar Han adalah Han Junjie?" Kaisar Wei memicingkan matanya. "Itu bukan urusanmu!" "Itu urusanku karena aku juga punya dendam yang sama pada Han Junjie. Kita berasal dari dunia yang sama, Wei Xiaoli. Kita tahu seperti apa aslinya Han Junjie. Aku terus terang saja padamu. Banyak orang sakit hati padanya. Aku salah satunya." Dagu Wei Xiaoli terangkat. "Siapa namamu, pendekar, dan dari agensi mana kau berasal?" "Aku? Ehehehe... Panggil saja aku Bei Gu, Yang Mulia. Aku bukan artis, tetapi aku manajer artis di Diamond Agency dan aku dulu pernah kontrak di TM Entertainment sebagai manajer lapangan Han Junjie. Sedikit banyak aku tahu sepak terjangnya." Mata Kaisar Wei semakin runcing. Rahangnya mengeras. Bei Gu satu agensi dengan Selir Lan. Jika semakin banyak orang agensi Diamond bergabung ke klannya, akan jadi aliansi yang cukup bagus. Tidak bisa melawan langsung di dunia nyata, setidaknya dalam dunia game, mereka bisa menghancurkan Han Junjie bersama-sama. "Aku tidak tahu kalau manajer boleh ikut main dalam game ini," tukas Jenderal Kang. "Sebenarnya boleh, tetapi tugas kami tetap sama seperti tugas manajer biasanya, yaitu mengawasi dan mengarahkan para member kami." "Oo, aku mengerti sekarang," gumam Kaisar Wei. Jadi gadis-gadis cantik dan seksi dari Diamond Agency dikendalikan pria ini. "Aku yakin kau juga mengumpulkan informasi terkait pemain TM Entertainment." "Soal apakah Han Junjie bermain di The 7 ataukah seseorang bermain atas namanya, aku masih tidak tahu. Namun, mengenai XLili aku punya satu informasi. Gadis itu dikeluarkan dari agensi TM Entertainment baru-baru ini dan suatu kebetulan, Han Junjie berkunjung ke kafe tempat dia bekerja." "Lalu?" "Sekadar memberitahu kalian. Mungkin berguna sesuatu. Baiklah, kalau kalian tidak tertarik bekerja sama denganku, aku akan pergi. Sampai jumpa, Tuan-tuan!" Bei Gu hendak melesat terbang, tetapi Kaisar Wei dan Jenderal Kang berseru bersamaan. "Hei, tunggu dulu!" Kaisar Wei lalu berkata, "Kami belum memutuskan apa-apa. Bagaimana kalau Anda turun dulu ke sini, Pendekar Bei. Anda sudah membaca kitab ini, apa Anda punya pandangan tertentu mengenai isinya?" Bei Gu turun dari stalagtit. Ia mendarat di depan Kaisar Wei. "Aku tidak menyangka ternyata Kaisar Wei butuh sudut pandangku," kekehnya. "Aku punya perspektif kita akan bekerja sama dengan baik," sahut Kaisar Wei. Bei Gu mangut-mangut kemudian mendekati kitab dan membuka cepat halamannya. "Aku rasa kalian sudah pernah membaca buku ini. Jadi, ke sini hanya untuk memastikan pengetahuan kalian benar atau tidak dan mungkin ada celah yang luput dari perhatian. Sama seperti kebanyakan pendekar yang ke sini setelah berita kemunculan Dewi Labu beredar." Kaisar Wei dan Jenderal Kang melirik pada mayat-mayat di sekitar mereka yang tewas karena serangan senjata tajam, bukan karena diserang kelelawar. Kemungkinan besar mereka tidak menyangka bakal dijebak dan dihabisi untuk meningkatkan level pemain lain yang lebih piawai memanfaatkan situasi. Bei Gu tidak menggubris mayat-mayat itu. Ia memperlihatkan halaman yang menjadi sorotannya dalam buku. "Di sini dikatakan dalam satu dunia, hanya ada satu Dewi Labu yang akan muncul. Jadi, tidak mungkin ada selir atau ratu lain yang akan memiliki kekuatan ini. Terus terang saja, kita tidak perlu kecewa atau berkecil hati karena ini. Justru ini suatu pertanda bagus, bahwa kemungkinan besar masih ada dewi-dewi atau dewa-dewa yang kekuatannya belum terungkap, sedang menunggu ditemukan. Labu terdengar tidak terlalu hebat jika dibandingkan kekuatan lain yang akan kita dapatkan jika kita bisa menemukannya lebih dulu." "Maksud Anda?" Bei Gu berbalik berhadapan lagi dengan kedua pemuda itu. "Maksudku, setiap kontinen kemungkinan besar memiliki dewa dewi masing-masing. Misal ada buku tentang Dewi Labu ini di Negeri Maple, kontinen lain memiliki buku mitos lainnya, yang memberitahukan letak tempat rahasia di kontinen lain. Itu akan mendorong penjelajahan dan penaklukan kontinen. Jadi, daripada mengincar Dewi Labu yang sudah dimiliki Kaisar Han, bagaimana kalau kita mencari rahasia di kontinen lain yang mungkin lebih sakti mandraguna." "Oo, benar juga," gumam Kaisar Wei dan Jenderal Kang. Kang Huizen bercetus, "Lalu, bagaimana dengan dewa dewi di Negeri Maple? Belum ada ditemukan, bukan? Di mana kita bisa menemukan buku petunjuknya?" Wajah Kaisar Wei menjadi berseri-seri menatap jenderalnya. Jawaban Bei Gu lebih mencerahkan lagi. "Sebenarnya, tidak perlu menemukan kitabnya, setiap pemain bisa menemukan suatu rahasia asalkan mereka rajin eksplorasi dan jika beruntung menemukan situs yang dimaksud, tetapi kalau Anda tidak keberatan menyerbu kontinen lain atau menyusup ke sana, mungkin itu akan membantu lebih mudah menemukan kekuatan yang kalian maksud." Kaisar Wei meninju telapak tangannya sendiri. "Bah, aku sudah mengirim Guowei ke Negeri Beruang. Siapa lagi yang bisa kupercaya mencari informasi ke negeri lain?" Bei Gu berdeham keras beberapa kali sehingga Kaisar Wei menatapnya. "Kenapa? Anda punya solusi untuk hal ini?" tanya Kaisar Wei. "Kalian bisa mengutusku jika bayarannya sesuai. Aku tidak boleh memiliki kekuasaan apa pun, jadi meski aku tahu rahasianya, tidak akan berguna apa pun bagiku. Lagi pula, salah satu anak didikku ada di istana kalian. Dia permataku yang paling berharga. Kalian bisa menganggapnya jaminan aku tidak akan berkhianat," ujar Bei Gu. Kaisar Wei tampak cukup puas mendengarnya. Agaknya suatu kelebihan kontinennya adalah kontinen terkaya sehingga punya banyak harta untuk membayar apa pun. Kaisar Wei berujar pada pendekar itu. "Katakan berapa yang Anda perlukan, kami akan menyiapkannya." Bei Gu tersenyum tipis. "Tidak banyak. Hanya 1 juta emas hitam, Yang Mulia. Itu akan cukup sebagai bayaran saya untuk satu misi." Ada 2 jenis koin emas yang berlaku dalam game. Pertama, emas biasa yang berguna untuk jual beli item-item, material, buah-buahan, dan tanaman berkhasiat dalam game. Bisa juga untuk pembayaran biaya salon, menempa, menjahit pakaian, tabib, dan sebagainya. Kedua, emas hitam yang bisa diuangkan tunai dengan mata uang asli. Biasanya dipakai dalam permainan di kasino. Emas hitam ini salah satu yang banyak menarik pemain bermain game The 7. Mereka tidak mengejar kekuasaan, tetapi hanya ingin mengumpulkan uang tunai dari permainan dengan berbagai cara. Kaisar Han atau Grizz terkenal sebagai perampok dan koin emas hitam ini untuk dipakainya main di kasino. Muka Kaisar Wei mengeras saat menyetujui permintaan Bei Gu. "Baiklah. Aku akan mentransfer 1 juta emas hitam padamu." "Xiaoli!" bentak Jenderal Huizen, tak menyangka temannya menyerahkan nominal yang cukup besar pada orang yang baru mereka temui. "Sekali ini saja!" bantah Kaisar Wei. "Sementara situasi masih simpang siur, aku akan menggunakan sumber daya yang ada untuk mengembangkan kekuatan kita." Kang Huizen tidak bisa berkata-kata lagi. Kekhawatiran Xiaoli telah mengaburkan akal sehatnya, tetapi ia juga tidak punya alasan kuat menghalangi keinginan Xiaoli. Bei Gu buru-buru menutup pembicaraan sebelum kedua pria itu berubah pikiran. "Aku berjanji tidak akan mengecewakan Anda, Tuan-tuan!" Ia undur diri lalu menghilang dalam kegelapan. Menghindari omelan Huizen, Kaisar Wei ke kitab dan membaca-baca buku itu. "Aku rasa tidak ada yang berguna lagi di kitab ini." Ia menutup kitab itu kemudian terhenyak ketika teraba bagian sampulnya. Ia raba saksama permukaan pelat bercahaya keemasan tersebut. Kang Huizen jadi bertanya-tanya melihat tingkah Kaisar Wei. "Kenapa, Xiaoli? Ada apa?" "Sepertinya sampul ini membentuk motif tertentu. Menurutmu, bagaimana caranya kita bisa menyalin gambar ini?" Kang Huizen melihatnya sekelilingnya. Ia melihat genangan darah para mayat serta pakaian hanfu mereka. "Bagaimana kalau kita gunakan darah dan kain pakaian mereka untuk menjiplak gambar sampul kitab?" usulnya. "Ah, ide yang bagus!" Beberapa prajurit lalu melaksanakan hal itu. Mereka oleskan darah di permukaan sampul lalu mencetaknya ke sehelai kain. Setelah cukup meresap, mereka rentangkan kain itu dan tampaklah motif sesungguhnya dari sampul buku rahasia tersebut. "Sebuah peta? Tapi di mana ini?" gumam Kaisar Wei. Ia dan Huizen memandangi untuk beberapa saat sampai mereka mendengar suara kelelawar gaduh karena ada penyusup baru lagi. "Kita bahas lagi nanti," ujar Kaisar Wei seraya menggulung kain itu dan menyisipkan ke dalam jubah hanfunya. Pengawalnya bergegas mengelap sisa darah di kitab itu lalu merentangkan buku melayang di altar seperti sediakala. Kang Huizen bersiaga menyongsong siapa petarung yang baru masuk sekalian hendak keluar gua. Mereka berhadapan dengan dua pendekar yang menyerang membabi buta karena mereka diburu gerombolan kelelawar. Efek racun kelelawar itu membuat mereka tidak mengenali musuh atau kawan lagi. Perkelahian pun tak terelakkan. Kaisar Wei, Jenderal Kang, dan prajurit mereka melibas dua pendekar itu hingga tewas dan menjadi santapan para kelelawar. Kaisar Wei dan rombongannya keluar dari gua itu lalu meledakkan mulut gua dengan kekuatan tenaga dalam mereka. Muara gua itu runtuh sehingga bebatuan besar menutupi jalan masuk. Akhirnya, tidak ada seorang pun bisa memasuki gua itu lagi dan rahasia lain dari buku itu tidak akan terungkap. Mereka melanjutkan perjalanan kembali ke istana. Perjalanan arah balik itu sangat bersemangat untuk Kaisar Wei karena tak sabar ingin meneliti peta temuannya. *** Sebenarnya, apa yang terjadi jika pendekar/persona pemain tewas dalam game The 7? Karena sensasi virtual reality-nya sangat nyata, pemain merasa kesakitan seperti mereka terluka dalam game. Mati membuat mereka pingsan di dunia nyata, yang tak sedikit membuat pemain trauma, terutama perempuan. Jarang mereka mau kembali main meskipun mereka bisa membuat persona baru dan mulai dari awal lagi. Persona baru dikenakan biaya yang cukup besar, sehingga jika pemain sering mati, akan menambah ongkos agensi atau menghabiskan uang pribadi mereka. Makanya, oleh agensi dibuat aturan, jika pemain mati, maka kontrak gamer mereka berakhir. Jika tidak ada prestasi/keunggulan lain maka agensi tak segan memberhentikan mereka dari kontrak apa pun. Karena Kaili dikontrak sebagai gamer, ia memang tidak diwajibkan bergabung dengan trainee girl group di asrama, tetapi Manajer He tetap memintanya olah raga, latihan dance dan vokal seperti biasa karena penting untuk menjaga staminanya selama bermain game. Manajer He mengiriminya jadwal aktivitas yang dimulai sejak jam 6 pagi. Ia harus lari pagi setidaknya 5 km, lalu latihan dance 2 jam sehari, vokal 2 jam sehari. Baru membuka mata sudah membaca pesan seperti itu, Kaili jadi enggan. Ia abaikan pesan Manajer He, lalu lanjut tidur sampai dirasa tiba waktunya bangun. "Kaili? Kaili? Lili Kecil?" Sayup-sayup suara Zhuo memanggilnya memaksa Kaili membuka mata lebar-lebar. "Kakak Zhuo?" gumamnya seraya tergegau. Ia bangkit dari kasur lalu membuka pintu dan melongok keluar. Zhuo muncul di anak tangga. "Ah, untunglah kau sudah bangun, Lili Kecil! Ayo kita mulai latihan," ucap Zhuo bersemangat serta siap sedia dengan pakaian oleh raga spandek yang ketat membalut tubuh atletisnya. Kaili mengucek-kucek matanya. "Latihan apa? Bukankah biasanya persiapan kafe dimulai pukul 7?" "Apa maksudmu? Apa kau tidak membaca pesan dari Manajer He? Kau harus latihan mulai jam 6." "Ya, aku membacanya sekilas, tetapi aku rasa tidak seserius itu." "Apanya yang tidak serius? Gamer adalah industri, Kaili. Jika kau tidak melatih fisikmu, kau tidak akan sekuat pemain lain menghadapi tekanan psikis serta waktu yang cukup lama duduk di kursi gamer. Apalagi perempuan sangat diremehkan daya tahannya oleh pemain laki-laki." "Kenapa melibatkan Kakak Zhuo segala?" Zhuo semringah. "Karena Manajer He menunjuk aku sebagai manajermu. Bayarannya lumayan, hanya memastikan kamu latihan sesuai jadwal. Aku pikir aku juga sudah lama tidak latihan seperti waktu masih di agensi, jadi, kenapa tidak sekalian latihan denganmu? Ayo, Lili Kecil, siap-siap. Kita lari pagi dari blok ini sampai ke taman tepi sungai di sana, lalu balik ke sini." "Uuhhh...." Kaili berbalik dengan mata terpejam menuju kasurnya lagi. Zhuo menariknya sembari menertawakannya. Kaili cemberut membuat muka bantalnya jadi sangat menggemaskan. "Ayolah, semangatlah, Kaili! Apa kau akan membiarkan Han Junjie mem-bully-mu dalam game dan kehidupan nyata kalau kau lemas begini?" ejek Zhuo. Sekejap mata Kaili terbuka lebar seolah Han Junjie ada di hadapannya dan menginjak-injaknya seperti bu.dak. "Ah, si baji.ngan itu!" Ia bergerak secepat kilat bersiap-siap pergi keluar. Zhuo sampai tercenung. "Baji.ngan?" Ah, kata yang tepat sekali untuk menyebut Han Junjie. Sementara Han Junjie sudah memulai paginya dengan lari di treadmill. Juru masak di dapur menyiapkan jus serta sarapan paginya. Pelayan membersihkan setiap ruangan dan menata barang dengan saksama seperti tak pernah tersentuh siapa pun. Di telepon berpengeras suara, Manajer He bicara dengannya sembari menguap. "Hoaahh.... Aku sudah meneruskan program training pada Kaili dan menjadikan Zhuo sebagai manajernya. Sukar dipercaya kau mengatur saksama kegiatan Wang Kaili seperti kau sedang meng-grooming-nya saja." Han Junjie membalas melalui pesan teks. [Dia investasiku senilai 10 juta $HK. Tentu aku akan menggunakan dia sebaik-baiknya.] "Tampaknya kau juga tidak keberatan bersentuhan dengannya. Apa karena dia propertimu?" [Kami hanya bersentuhan lewat game. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.] "Oh, ya ampun! Aku kira kau sudah mengatasi kejijikanmu bersentuhan dengan orang lain." [Tidak. Siapa bilang?] "Astaga! Lalu, bagaimana dengan acara Dancing With The Star? Kenapa kau menerima acara itu?" [Memangnya kenapa? Aku hanya akan berdansa sendirian 'kan?] Manajer He langsung segar bugar dan berteriak di ponselnya. "Han Junjie, apakah kau benar-benar tidak pernah memperhatikan detail dan membaca sungguh-sungguh sebuah kontrak? Aaahh, seharusnya aku tahu sejak awal kenapa kau gampang sekali menerima acara itu. Dancing With The Star artinya kau akan berdansa dengan salah satu kontestan! Aduuuuh, bagaimana ini? Kalau dansanya gagal bakal ditaruh di mana mukamu Junjie?!" [Ya sudah, batalkan saja.] "Huaaaaa ... Huaaaaa..." Terdengar suara tangis Manajer He. [Kenapa kau menangis seperti bayi?] "Kalau dibatalkan tiba-tiba, pihak televisi akan marah padamu dan tidak memakaimu lagi, bagaimana? Apa kau memikirkan soal itu? Kau sedang kehilangan suaramu. Jika sampai acara dansa ini juga kau tidak jadi tampil, orang-orang akan berpikir aura bintangmu sudah padam. Ini pertanda tamatnya kariermu, Junjie! Mengerti kau, hah?!" Muka Junjie langsung geram disertai melotot seperti menelan seseorang bulat-bulat. Orang yang bertanggung jawab atas kemalangannya belakangan ini. Siapa lagi kalau bukan si Lili Kecil itu. Perempuan berengsek! Han Junjie mengirim pesan penuh emosi dendam kesumat. [Atur bagaimanapun caranya Wang Kaili masuk sebagai kontestan dan dia harus mencapai final agar hanya dia perempuan yang berdansa denganku!] Manajer He menepuk-nepuk mukanya sendiri. "Apes! Apes! Apeess!" *** Bersambung....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD