ROMAWI 1

496 Words
Yessynta tidak tahu harus menjelaskan secara detil dari mana. Dia bukan anak yang diharapkan. Itu jelas. Alasan kenapa dia memilih pergi setelah diputus hubungan oleh Erga adalah karena dia merasa tidak memiliki kemampuan cukup untuk memikat laki-laki. Dia cantik, pintar, cakap, tangkas, berpendidikan, ya... masih banyak lagi nilai plus untuknya.  Masalahnya, laki-laki yang sebenarnya dia inginkan bukan Erga Pratama. Erga itu hanya pelarian, dimana Yessynta ingin menunjukkan pada lelaki yang sebenarnya dia mau merasa bahwa Yessynta baik-baik saja dengan perasaan cinta diantara mereka. Synta tidak menunjukkan bahwa dia perempuan yang baik. Justru dia terus bersikap seperti jalang, hanya untuk memberi batas pada lelaki itu.  "Ngapain ke sini?" sindir Yongka dengan wajah masam.  "Gue mau nebeng, Ka."  "Kamu ke sini kalau cuma ada maunya aja. Memangnya saya siapa kamu!" ketus Yongka.  Yessynta tidak menggubris ucapan pedas lelaki itu, Synta tahu pasti, Yongka terlalu sakit hati karena tidak berhasil mengendalikan Synta untuknya sendiri.  "Kalau gue nebeng di apartemen lo, Eva nggak akan marah, kan?" Yessynta mengekori Yongka yang sengaja menyibukkan diri, tidak mau menatap ke arahnya. "Oh. Atau gue diem-diem aja, ya. Biar nggak ketahuan sama Eva—" Ciuman itu mendarat tepat sebelum Synta melanjutkan kalimatnya. Bisa Synta rasakan betapa gemas dan frustasinya Yongka ketika menyalurkan ciuman penuh hasrat itu. Yessynta yang sudah terbiasa pun tidak menolak atau mendorong tubuh lelaki yang mendominasinya. Yessynta terlalu suka dengan sentuhan yang Yongka berikan.  "Kamu menghubungi mantan pacar kamu itu lagi?" tanya Yongka dengan napas terengah, menyatukan dahi mereka. Kecupan-kecupan kecil Synta dapatkan. Jika saja mereka berdua tidak berada di ruang praktek Yongka, mungkin akan berbeda lagi penyalurannya.  "Hm."  Yongka mendudukkan diri di kursi kebesarannya, lalu menarik Synta untuk berada di atasnya. Pasangan itu benar-benar selalu dimabuk asmara jika bertemu. "Udah diapain aja kamu sama dia?"  Sakit?  Yessynta sudah terlalu kebal untuk di-cap sebagai perempuan murahan. Yongka sudah terlalu sering mengutarakan kata-kata pedas seperti itu, kalau awalnya, memang sakit, tapi Yessynta membiasakan bersahabat dengan rasa sakit. Sekarang, dia beluk bosan saja, nanti juga kalau sudah muncul dia akan tinggalkan semuanya... mungkin. "Menurut lo, jalang kayak gue udah pernah diapain aja?" Tatapan lurus Yongka diarahkan pada Synta. Laki-laki itu selalu membenci bayangan ketika ada pria lain yang berani menyentuh Synta.  Tidak ada balasan dari Yongka, wajahnya yang mengeras membuat Synta sadar akan ada kejutan dari lelaki itu.  "Yongka!" jerit Synta ketika tangannya sudah ditarik paksa oleh Yongka. Langkah lebar dokter kandungan terkenal itu menyusahkan Synta. Apalagi dengan heels yang cukup tinggi.  "Kita mau ke mana?" tanya Synta ketika Yongka dengan gagahnya mengemudikan mobil dalam kecepatan tinggi. Diamnya Yongka, adalah neraka bagi Yessynta. Hingga sampai di tower apartemen lelaki itu, masih tidak ada kalimat terucap.  "Masuk!" adalah kata pertama setelah diamnya Yongka. Yessynta tersenyum. Dia tahu apa yang diinginkan Yongka setelah laki-laki itu membawa sebotol wine serta es batu balok dari lemari pendingin.  "Nasty," celetuk Synta. "Buka baju kamu."  Baru hendak menarik bajunya sendiri, suara Yongka menggema menghentikan gerakan Synta.  "Bukan buka baju biasa, striptease dan sentuh diri kamu sendiri." Hukuman Yessynta dimulai.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD