Prolog

376 Words
[HARAP TIDAK MEMBACA CERITA INI DULU KARENA SEDANG REVISI BESAR-BESARAN. CATATAN INI AKAN DIHAPUS JIKA SUDAH SELESAI MERIVISI] "Aku menyukaimu, Kal." Liu membiarkan angin menerbangkan ungkapan perasaannya bersama dengan daun-daun musim gugur. Rambutnya yang berwarna silver bersinar terang di bawah matahari siang. Meski fiturnya terlihat kurus dan ringkih, kalimatnya yang begitu kuat mampu menggetarkan hati. Itu ungkapan yang menyenangkan. Apalagi untuk seorang wanita. Namun bagi Kal, ini suatu pernyataan mengejutkan. Angin dingin yang berembus menambah gigil tubuhnya akan ungkapan itu. Kakinya sudah membeku. Ia tak bisa menjelaskan bagaimana ekspresinya, atau apa yang terjadi pada otaknya yang macet secara tiba-tiba. "Apa yang—" "Aku hanya ingin mengungkapkannya," Liu memotong, tidak ada ekspresi di wajahnya. "Sekarang aku sudah lega." Kal mengerutkan dahi dalam-dalam. Seantero kampus memang tahu kalau Liu itu cantik, bahkan Kal juga. Meskipun Liu adalah orang yang tertutup, banyak rumor yang berkembang di kampus tentang sifatnya. Kal biasanya hanya tak acuh. Kal tidak masalah dengan masalah orang lain, apalagi hal yang sifatnya privasi yang kadang bisa disebut dengan aib. Tetapi, tanpa ada angin dan hujan, Liu tiba-tiba menemuinya; mengundangnya ke belakang kampus, menembaknya! Liu melakukannya dengan wajah terlewat datar. Sesekali Kal melihatnya mengeratkan pegangan pada tali tasnya. Apa Liu gugup? Namun, bahkan tidak ada jejak gemetar pada suara dan ekspresinya. Dia terlalu datar. Kalau Kal perhatikan, matanya memiliki warna yang tajam; merah yang terang. Kal merasa terbius. Tetapi Kal lelaki lurus tulen. Rasa kagumnya hanya sebatas bagaimana fitur tubuh Liu yang menawan. Pria ringkih dengan rambut silver terang itu, tidak buruk juga. Cukup tampan dan rapi. Tipe Kal. Ah. Sayangnya, Liu laki-laki. "Kal?" "Eh? Oh. Terima kasih?" Kal bingung dengan jawabannya sendiri. Ada senyum melengkung setipis piringan kobalt di bibir Liu. Dalam hati, Kal mengungkapkan kata manis. Merasa terdistraksi sesaat. Benar juga, Liu itu tampan dan terlihat sedikit girly karena perawakannya. Tingginya berada di bawah Kal, pinggangnya sangat kecil, bahunya sempit, mungkin pas di pelukan Kal? Duh, sedang berpikir apa Kal itu? Detik berikutnya Liu mendekatinya. "Walaupun aku hanya mengungkapkannya, tapi aku berharap kau menjawabnya." Auranya terlihat tegas dan angkuh secara bersamaan. Begitu dia lewat, Kal menghirup aroma manis yang berasal dari pria itu. "Tunggu, Liu." Kal memanggil tanpa sadar. Dengan dasar ingin mencoba-coba, Kal menerima pernyataan cinta Liu hari itu. []
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD