Misunderstanding

1154 Words
"Hati yang pernah di sakiti itu bukan hancur, tapi hati itu sedang di bentuk. Di bentuk untuk hancur kembali!" ** Dengan mamai Elyas mulai membuka matanya. Yang pertama dia lihat adalah d**a Reina. admana tidak hanya satu, tapi tiga kancing kemeja yang di pakai Reina terdedah, hingga menampakkan yang tersembunyi di sana. Jakun Elyas naik turun, matanya masih fokus dengan dua bongkahan kenyal itu. "Astaghfirullah!" Ucapnya beristighfar dengan meraup wajahnya. Dengan cepat dia mengancingkan kemeja Reina. "Apa yang akan Abang lakukan?" Elyas yang niatnya ingin mengancingkan kemeja Reina berubah menjadi kaku. Dia tidak tahu harus memberi jawaban apa. Mau jujur tanpa bukti pun rasanya Reina tidak akan percaya. "Apa Abang akan mengambil kesempatan dalam kesempitan? Apa Abang akan meminta hak Abang saat aku tidur? Kalau Abang mau, Abang bisa meminta hak Abang dengan baik-baik. Aku mengira bahwa Abang adalah suami yang tau permisi, tapi setelah melihat apa yang akan Abang perbuat padaku, menunjukkan bahwa Abang adalah suami yang tidak tahu malu! Aku memang sudah memberikan Abang kesempatan ke-dua, namun itu bukan berarti Abang bebas kapanpun mau melakukan itu kepadaku. Aku benci Abang, sebanyak Abang mencintaiku." Elyas menarik nafas dalam lalu mengeluarkan dengan tenang. "Di sini ada CCTV, kau bisa melihatnya. Apakah aku akan melakukan itu terhadap dirimu yang sedang tidur, atau tidak." Jawab Elyas lalu berdiri mengambil laptop, dan memutar CCTV di hadapan Reina. Saat Vidio mulai di play, Elyas masuk ke dalam kamar mandi untuk mengambil wudhu. ** Keluar dari kamar mandi, Elyas melihat Reina menatap kosong laptopnya yang sudah mati. Tanpa menunggu Reina, Elyas menggelar sajadah untuk sholat dzuhur sendirian. Selesai berdoa, dia melepas sarung dan mulai membuka kamar, meninggalkan Reina yang masih terduduk di pinggir kamar. "Maaf." Gumam Reina saat pintu sudah tertutup. Dengan goyah dia masuk ke kamar mandi untuk wudhu, lalu sholat di tempat Elyas sholat tadi. Selepas salam, seseorang masuk ke dalam kamar. Reina melihat orang yang sudah lancang masuk ke dalam kamar ruangan Elyas. "Abang?" Tanyanya tak percaya melihat Elyas masuk ke dalam kamar. "Makanlah, kau belum makan siang. Abang masih ada kelas, sebaiknya kau tidur saja dulu. Assalamualaikum." Ucap Elyas dingin sambil meletakkan kantong plastik berisi bakso jamur, makanan yang tadi di makan Reina lalu kembali keluar kamar lagi tanpa mencium puncak kepala Reina. "Kata-kata ku tadi terlalu sakit untuk hati Abang bukan? Setelah mengucapkan tadipun tidak hanya Abang yang terluka, tapi hatiku juga sangat hancur." Ucap Reina dengan menatap nanar bakso jamur yang sudah di belikan Elyas. Dengan malas Reina melepas mukena yang dia kenakan, dan tanpa memberesinya Reina masuk ke dalam kamar mandi lalu menguncinya dari dalam. ** Pukul 15.45 WIB, Elyas baru selesai mengajar di kelas istri ke-duanya. Dengan profesional dia menerangkan pelajarannya tanpa menyangkut pautkan masalah rumah tangga dalam pekerjaan. Setelah waktu pulang, Elyas mampir di masjid kampus untuk menunaikan sholat asar lalu melanjutkan tujuannya ke ruangannya. Namun saat masuk ke dalam kamar, mata Elyas tertuju ke kantong plastik yang berisi bakso jamur dengan posisi yang sama seperti terakhir kali dia tinggal. "Apa dia tidak makan?" Tanya Elyas saat melihat bakso jamur kesukaan Reina masih utuh. Tidak hanya itu, Elyas bahkan melihat mukena yang tergeletak di lantai membuat hatinya cemas. "Apa dia sudah pulang?" Ucap Elyas dengan mencari-cari Reina dalam kamar. Dia mencoba membuka pintu kamar mandi tapi terkunci dari dalam. Entah kenapa perasaan Elyas begitu takut, tanpa berfikir dua kali dia langsung mendobrak pintu kamar mandi. "Innalilahi." Pekiknya saat melihat Reina merendam tubuhnya di dalam bathtub. Dengan cepat dia mengangkat Reina dengan bridal style dan, membawanya ke kamar lalu menyelimuti tubuh basahnya dengan selimut. "Halo, tolong bawakan baju Reina ke sini sekarang juga!" Perintahnya kepada seseorang di sebrang panggilan. "Maafkan aku Abang, aku sudah melukai hatimu." Gumam Reina antara sadar dan tidak sadar. "Kau tak ada salah, Abang mencintaimu Reina, Abang mencintaimu, Abang mencintaimu." Jawab Elyas dengan menciumi puncak kepala Reina. Setelah lima menit, suruhan Elyas datang membawa baju Reina. Dengan cepat Elyas mengambil paper bag berisi pakaian Reina, lalu kembali mengganti semua pakaian Reina dengan pakaian kering. Setelah menyarungkan kerudung instan, Elyas menggendong Reina menuju mobil untuk di bawa ke rumah sakit terdekat. ** Setiba di rumah sakit Elyas segera mendatangi dokter wanita, dia tidak ingin jika miliknya di sentuh oleh laki-laki yang bukan mahramnya. Elyas tidak ingin Reina berfikir macam-macam lagi tentang dirinya. "Bagaimana keadaan istri saya, dok?" Tanya Elyas setelah dokter yang menangani Reina. "Nyonya Reina, hanya mengalami demam karena terlalu lama berendam di dalam air. Di tambah maagnya juga kambuh. Tolong usahakan Nyonya Reina, untuk tidak lama-lama mandi dan, pola makannya harus teratur dan sehat. Saya permisi dulu, masih ada pasien yang harus saya tangani." "Terimakasih." Ucap Elyas lalu masuk ke dalam ruang rawat Reina. "Abang mencintaimu." Ucap Elyas dengan mencium pipi kanan Reina. Dia melirik jam tangan sekilas, sudah saatnya magrib ternyata. Dia memilih wudhu di kamar mandi dan, sholat di dalam ruang rawat Reina. "Tolong belikan semua makanan kesukaan istriku saat ini, lalu antar ke ruangannya. Makanan rumah sakit terlalu hambar jika masuk ke dalam mulut istriku, aku tidak mahu dia sakit perut." Perintah Elyas kepada bawahannya, lalu menutup sambungan sepihak. Tak butuh waktu lama untuk menunggu, suruhan Elyas sudah datang membawa pesanannya. Makanan kesukaan Reina memang tidak banyak, tapi juga tidak sedikit. Elyas menata satu per satu makanan kesukaan Reina di atas meja. Langkahnya kembali berjalan ke brankar tempat Reina tertidur. "Istriku, bangunlah. Sudah saatnya makan malam, kau sudah tertidur dari jam empat sore dan, sekarang sudah jam setengah tujuh malam. Kau tidak hanya melewati sholat asar tapi juga melewati sholat magrib, lalu apakah kau juga akan melewati sholat isya? Aku sudah membelikan semua makanan kesukaan dirimu, tapi kalau kamu tidak mau bangun, Abang akan memakannya sendirian. Abang sudah membeli sebanyak itu, mubazir jika di buang, kalau Abang bagi-bagikan kepada pasien lain, dokter akan menggantung Abang hidup-hidup karena sudah memberikan makanan dari luar." Ucap Elyas panjang lebar, namun Reina juga belum terbangun. "Baiklah, sepertinya kau masih marah kepada Abang, makanya kau belum ingin bangun dari tidurmu. Kalau begitu Abang akan membujukmu untuk bangun.'Humairahku, telah pergi marahku setelah memelukmu'". Elyas menjeda ucapannya, dengan hati-hati dia memeluk Reina. "Rasulullah pernah berkata; ',Wahai Aisyah, bacalah do'a, "wahai Tuhanku, Tuhan Muhammad, ampunilah dosa-dosaku, hilangkan lah kekerasan hatiku, dan lindungilah diriku dari fitnah yang menyesatkan" ' hadits riwayat Ibnu Sunni." Ucap Elyas dengan memijit hidung Reina. "Melihatmu tertidur nyenyak seperti ini memembuat Abang geram sekali sampai ingin mencium mu." Geram Elyas. Tanpa Elyas perhitungkan, sebuah kecupan singkat mendarat di pipi kanannya. "Aku sudah bangun sejak Abang menata makanan kesukaanku." Tidak hanya tindakan Reina yang mengejutkan, tapi suara itu juga mengejutkan Elyas. Dengan lembut Elyas mengusap jejak ciuman Reina. "Wow, my first kiss." Gumam Elyas. "First kiss tempatnya di bibirlah Abang, bukan di pipi." Jawab Reina dengan tawa di ujung kalimat, Elyas tersenyum mendengarnya. Dengan cepat Reina bangun dari tidurnya menatap makanan di meja dengan lapar. "Abang, suapi aku." Pintanya dengan manja. "Sesuai perintahmu Ratunya Abang." Jawab Elyas dengan mengambil salah satu makanan kesukaan Reina, lalu mulai menyuapinya. Selesai
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD