Jalan Menuju Kebebasan

1018 Words
Sebenarnya tak hanya Chacha yang mengalami penderitaan karena terkekang oleh sang ayah, tapi ada juga Leonard Ardi Tanusaputra yang biasa dipanggil Leon. Leon pernah berada disituasi yang sama hingga beberapa tahun lalu. Leon terlahir dari kalangan keluarga berada. Sejak lahir Leon tak pernah merasa kekurangan. Ayahnya, bapak Adhi Wijaya Tanusaputra adalah kontraktor sekaligus pemilik sebuah perusahaan developer yang terkenal kaya raya di surabaya. Leon adalah anak kedua dari Bapak Adhi dan Ibu Elina. Rhea kakak perempuannya yang berbeda usia 4 tahun sudah menikah dan memiliki seorang anak. Leon merupakan satu -satunya penerus perusahaan sang ayah. Karena di tuntut untuk menjadi pewaris segala usaha sang ayah, maka sejak kecil dia sudah belajar bisnis seperti sang ayah. Sedangkan Rhea memang tidak pernah tertarik dengan dunia bisnis sang ayah, dia memilih jadi ibu rumah tangga tanpa mencampuri urusan sang ayah. Tertekan? jelaslah. Leon punya impiannya sendiri, dia tidak mau terus ada dibawah tekanan sang ayah. Dia benar-benar lelah dengan tuntutan sang ayah. Dia ingin hidup mandiri dan berkembang tanpa campur tangan sang ayah. Karena selama ini semua dia dapatkan dengan mudah karena bantuan sang ayah. Akhirnya setelah lulus kuliah Leon memilih untuk bekerja di sebuah kantor arsitektur di Jakarta. Alasannya agar dia bisa lebih mandiri dan bisa meraih impiannya sendiri. Namun ada alasan lain yaitu agar dia bisa pergi jauh dari sang ayah. Leon ingin membangun usahanya sendiri sesuai dengan passionnya tanpa mendompleng nama orang tuanya. Leon merasa inilah jalan menuju kebebasannya. Awalnya pak Adhi marah besar begitu mengetahui putra kebanggannya kabur dan memilih untuk bekerja di tempat orang lain. Dia memang mengijinkan Leon untuk kuliah di fakultas arsitektur sesuai dengan minatnya, tapi bukan untuk bekerja di perusahaan orang lain. Bahkan Adhi sengaja membuat devisi design arsitektur di perusahaannya agar dapat memfasilitasi Leon. Tapi dia merasa percuma karena Leon memilih untuk meninggalkan semuanya. Di Jakarta, Leon belajar hidup sederhana bersama dengan David sahabatnya. " Bro hari ini kita kan gajian, jalan yuk!" Ajak David karena melihat Leon jarang nongkrong padahal sudah 1 tahun di Jakarta. "Males ah, lo aja sana pergi bareng sama Brian. Pasti dia nggak akan nolak deh, apa lagi kalo lo ajaknya pakai traktir." Jawab Leon santai sambil tersenyum simpul menunjukkan lesung pipi di kedua sisi pipinya. "Ogah gwa kalau perginya sama brian bisa bangkrut gwa. Gimana kita makan ajah, nasi gila di menteng. Mau yah?" "Okey dech kalau itu, kebetulan laper banget gwa. Tapi bayar masing - masing yah." Jawabnya sambil ngeloyor pergi meninggalkan david. "Idih, pelit banget sih lo. Hei orang pelit rejekinya seret tau. Mau lo?" Sambil sedikit berlari mengejar Leon. Kebiasaan irit versi Leon bukan karena dia tidak mampu dan orang tuanya tidak memperhatikan, tetapi karena dia ingin belajar untuk menghargai setiap jerih lelahnya. Dia lebih memahami situasi dan jadi lebih dewasa sejak hidup sendiri. "Bang nasi gilanya 2 pedes banyakin isinya ya, sama es teh manis 2 nggak pake lama. hehehe." Seru David ke abang penjual nasi gila langganan mereka. "Siap mas david." Jawab si abang dan dengan cekatan segera menyiapkan pesanan david. "Le, lo udah nggek pernah kontakan lagi yah sama Tara?" "Nggak, kenapa gitu? Lo kangen?" "Lha ya masa gwa mau makan mantan pacar sahabat gwa, yang bener aja lo." "Ya kali aja vid lo kangen. Kan bukannya dulu lo juga pernah naksir Tara?" "Cuma seneng ngeliatnya aja Le, nggak lebih. Cewek putih, cantik, seksi model dia pasti banyak yang ngelirik lah. Lagian gwa mikir - mikir juga kalo emang mau jalan sama dia. Boros boss, untung jadiannya sama lo yang tajir." Seloroh david sambil tertawa. "Bokap gwa yang tajir, gwa ma apa. Gaji gwa juga masih sama kaya lo kan. Itu juga alasannya kenapa si Tara minta putus dari gwa. Dia ogah hidup susah sama gwa vid." "Itu artinya dia nggak beneran cinta sama lo, Le. Dia cuma cinta sama duit lo. Untung lo udah putus sama dia Le, kalo belum bakal abis duit gajian lo hari ini." Mendengar perkataan david, Leon hanya tersenyum getir "Gwa sempet kaget waktu lo jadian sama dia. Kena pelet lo ya?" Kata david sambil tertawa. "Mungkin saat itu gwa kesepian aja vid. Tara tu manis banget pas deket sama gwa. Dia duluan yang mulai nempel - nempel pas abis ospek." " Kok lo bisa betah sih sama dia?" "Makan ati bro, kemanapun gwa pergi pasti dikintilin. Pernah kartu kredit gwa hampir jebol gara - gara tu cewek matre." Sambil menghela nafas panjang David menepuk bahu Leon sambil berkata, "Sabar bro, tapi sekarang lo bersyukur dong bisa lepas dari dia?" "Iyalah. Sekarang gwa bebas dari benalu macam dia." "Ini mas pesenannya, silahkan menikmati." Senyum ramah dari si abang sambil menyerahkan pesanan mereka menghentikan obrolan seru Leon dan David. "Makasih bang" ucap leon dan david serempak dan langsung menyahut piring berisi nasi gila yang masih mengepulkan uap panas. "Le, bokap lo nggak nyariin lo gt?" "Kenapa nanyain bokap gwa? Kangen?" "Leon, gila lo ya! Masa tiap kali gwa tanyain kabar orang lo mikirnya gwa pasti kangen orang itu. Aneh lo!" "Hahaha, becanda vid. Minggu lalu nyokap gwa dateng cuma mau nengok gwa sebentar. Kalau bokap gwa keliatannya masih marah deh. Gwa belum kontakan lagi sejak pindah ke Jakarta." " Udah lumayan lama juga ya." kepala david sambil manggut - manggut. Setelah menyelesaikan makan, mereka melanjutkan obrolan. "Lo nggak kangen bokap lo, Le?" Tanya david sambil menyeruput teh manis yang tinggal sisa esnya saja. "Kangenlah, tapi sebenernya satu sisi gwa seneng karena bokap gwa nggak nyariin dan nuntut gwa lagi, di sisi yang lain gwa berasa nggak enak aja, kaya ada yang hilang." Mata Leon menerawang jauh dan menghembuskan nafas berat. "Tapi ini udah jadi keputusan gwa vid. Ini jalan yang gwa pilih supaya gwa bisa lebih bebas menentukan apa yang gwa mau." David menepuk bahu Leon seraya berkata, " Sebagai sahabat lo, gwa dukung apapun keputusan lo, Le." "Thanks ya vid, lo mau jadi sahabat baik gwa." "Sama - sama bro" Tiba - tiba Leon berdiri dari tempat duduknya, meninggalkan david yanh masih duduk manis sambil berseru, "Bang, dia yang bayar." David yang kaget segera bangkit dari tempat duduknya. "Hei!! Perjanjian kita bayar masing - masing!" Leon ngeloyor pergi meninggalkan david sambil tertawa terbahak - bahak.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD