9. Fatal

1138 Words
Max menyuruh David dan Lucas untuk duduk di sofa yang ada di ruangan itu, sementara Max mencari pekerjanya untuk menemani mereka berdua atau lebih tepatnya untuk menemani David. "Ini minumlah , kurasa saat di Indonesia kau kekurangan minuman ini." Ujar Lucas sambil menyodorkan segelas kecil sampanye segar. David menggeleng lalu membuat gerakan tangan menghalau " Aku tidak minum Luke, aku seorang muslim sekarang ." "Wow tak bisa dipercaya, kau seorang muslim, sejak kapan heh?" Lucas meletakkan kembali gelas yang berisi sampanye itu lalu menatap David dengan tatapan syok. "Sejak aku menikah." Jelas David. Lucas meneguk habis sampanye dari gelas miliknya " aku jadi penasaran seperti apa istrimu itu, sampai-sampai kau rela pindah keyakinan Dave." "Maaf mengganggu pembicaraan kalian, tapi sekarang aku sudah membawa pesanan kalian... Ah ralat pesanan mu Luke ." Papar Max yang datang bersama dua orang gadis cantik nan seksi yang tidak lain adalah pekerjanya. Max menatap dua orang gadis disampingnya lalu menyuruh mereka untuk menghampiri David dan Lucas. "Maaf Max, tapi aku sudah menikah." Jelas David yang mencoba mengurai pelukan dari gadis jalang berambut pirang itu. "Tak apa Dave cuma menemanimu tak masalah bukan ? Ya jika kau ingin sesuatu yang lebih kau bisa memesannya kapan saja , namanya Alexa dia favorit disini dan hanya orang-orang VIP yang boleh dilayani Alexa." Tukas Max tersenyum miring sambil menghisap batang rokoknya. "Terserah kalian saja." Ucap David yang menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa dan mengabaikan wanita yang sedari tadi terus menggerayangi tubuhnya. Saat ini pikirannya melayang pada sosok gadis cantik yang sekarang menjadi istrinya dan juga semua hal yang diucapkan oleh grandma nya. Dia butuh pelampiasan nafsu. ***** Tiga bulan sudah berlalu, keadaan rumah tangga David dan Sinta masih sama,belum ada tanda-tanda Sinta mengandung sama sekali, karena mereka tidak pernah melakukan 'itu'. Yang berbeda hanya Devina yang berlaku semakin dingin dan David yang semakin sibuk dengan pekerjaannya. Rasanya jam 10 malam masih terlalu dini bagi David untuk pulang dari kantornya, karena biasanya pria itu selalu pulang saat waktu hampir memasuki dini hari. Entah apa yang dikerjakannya. Sesekali Sinta mengecek jam tangan putih yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Sinta mencicipi masakannya lalu mematikan kompor setelah merasa masakannya sudah cukup matang. Dia bergegas mengambil tempat makan yang akan digunakannya sebagai wadah untuk makan siang yang akan dia berikan pada David. "Kau sedang apa sayang " Sinta berbalik dan tersenyum melihat sosok Sonia ibu mertuanya yang tengah berada diambang pintu dapur. "Sedang membuat bekal untuk Dave mom, apa ada sesuatu yang mom butuhkan ?" Tanya Sinta sambil menutup bekal untuk Dave. "Tidak ada, mom hanya penasaran karena mencium harum masakan, kau sedang memasak apa?" "Rendang mom, Sinta berangkat ya." Sinta mencium pipi ibu mertuanya itu. "Take care sweet heart." Sinta mengangguk lalu bergegas pergi. Sepanjang perjalanan Sinta merasa gusar, entah kenapa perasaannya tidak enak. Bahkan berkali-kali sopir yang mengantarkannya pun menanyakan kondisi nyonya nya itu, tapi lagi-lagi Sinta hanya menjawab 'tidak apa-apa'. "Kita sudah sampai my lady." Ucap Santos yang menatapnya dari cermin yang menempel di bagian atas mobil. " Terimakasih Santos, kau tunggu disini ya." Sinta membuka pintu mobil saat mendapat anggukan kepala dari Santos. "Selamat pagi Mrs. David." Sapa seorang resepsionis saat Sinta memasuki lobby. "Selamat pagi juga mbak Linda ." Sinta tersenyum lalu menghampiri resepsionis itu. Linda adalah orang Indonesia yang sudah lima tahun berkerja di perusahaan David. Sinta cukup dekat dengan Linda bahkan sudah menganggapnya sebagai kakaknya sendiri, begitu pun sebaliknya. Makanya mereka tidak segan untuk berbicara menggunakan bahasa ibu mereka. "Mbak... Dave ada?" "Mr.David ada di ruangannya." "Baiklah aku mau keruangannya dulu, terimakasih mbak." Linda mengangguk lalu tersenyum "dengan senang hati." Sinta bergegas masuk kedalam lift khusus lalu menekan tombol angka enam. Dibalik meja resepsionis, Linda menatap punggung Sinta yang hilang dibalik pintu lift yang tertutup. Diam-diam dia mengagumi sosok Sinta, bagaimana tidak diusia yang masih 17 tahun Sinta memiliki kecantikan luar biasa khas orang Asia. Bukan hanya itu, sikap Sinta sangat baik dan ramah membuat orang-orang disekitarnya benar-benar menyukainya. Bahkan seluruh karyawan di kantor ini sangat menyukai dan mengaguminya baik itu kaum wanita maupun pria, tak ada istilahnya karyawan wanita menghujatnya karena telah merebut bos idola mereka, mereka dengan legowo menerimanya bahkan bersyukur karena istri bos idola mereka adalah Sinta. Sinta dan David adalah pasangan idola di kantor itu. Hari ini Sinta datang menggunakan mini dress berwarna soft pink, tanpa makeup saja dia sudah sangat cantik. Ting Pintu lift terbuka. Sinta bergegas keluar lalu berjalan menuju ruang kerja David yang ada di ujung lorong. Saat melewati lorong menuju ruang kerja David, tak henti-hentinya Sinta mengumbar senyum pada setiap karyawan yang menyapanya. "Selamat pagi Mrs. David." Sapa Alana sekertaris David. "Selamat pagi, bisakah saya bertemu Dave?" Sinta bertanya. Sinta mengernyit bingung saat melihat raut wajah khawatir dari Alana. Tidak biasanya Alana seperti ini.Seperti halnya Linda, Sinta juga menganggap Alana sebagai kakaknya begitu juga sebaliknya. "Apa Dave ada kak Lana?" Sinta kembali bertanya . " A-ada." Jawab Alana sedikit tergagap. "Baiklah," Sinta berbalik lalu menghampiri pintu ruangan David yang sedikit terbuka. Sinta mengernyit bingung, saat tanpa sengaja telinganya mendengar suara aneh di dalam sana. Suara desahan. Dengan ritme jantung yang tak menentu, Sinta membuka sedikit pintu itu lalu membekap mulutnya. Disana, David sedang b******u dengan seorang wanita yang terduduk di pangkuannya. Tangan David menjelajah tiap inci dari tubuh wanita itu. Sepertinya David tidak menyadari kehadiran Sinta karena ia sangat menikmati kegiatannya itu. Hati Sinta terkoyak. Dia menutup kembali pintu itu secara perlahan, lalu menatap Alana yang mematung dengan rasa bersalah ditempatnya. "Sejak kapan?" Kalimat itu meluncur begitu saja dari mulut Sinta yang bersamaan dengan air mata yang meleleh melewati pipinya. "Sorry..." "Sejak kapan kak?" Ulang Sinta. "Sejak 2 bulan yang lalu " jelas Alana sedikit serak karena menahan sesak di dadanya. Sinta kembali membekap mulutnya. Dia memandang tak percaya "Sudah selama itu, dan aku tak tahu apa-apa," "I'm so sorry," Sinta menghapus air matanya " Tak apa, itu bukan salah mu. ini bekal untuk Dave, jangan katakan aku melihatnya ." Setelah itu Sinta bergegas pergi meninggalkan Alana yang merasa sangat bersalah harus menyaksikan wajah terluka dari Sinta yang sudah dianggapnya sebagai saudara. Sinta berjalan cepat menuju lift tanpa melihat sekelilingnya. Brukk "Sorry," Sinta berjalan pergi tanpa melihat orang yang ditabraknya. Baru saja ia akan memasuki lift sampai sebuah cekalan pada tangannya menginterupsi gerakannya. "Kau sangat tidak sopan gadis kecil." Cibir orang itu lalu menarik lengan Sinta agar tubuhnya menghadap orang itu. "Seharusnya kau meminta maaf dengan benar saat menabrak seseorang." "Sorry, saya tidak sengaja." Sinta mendongak menatap orang itu. Ternyata orang itu adalah seorang laki-laki tampan dan sangat tinggi dengan tubuh atletisnya. Pantas saja pundak ku terasa sakit. Pria itu diam. Tatapannya terpaku pada mata kopi milik Sinta. Menyelami mata kopi itu yang terlihat sangat indah dan cantik. Namun ada kekecewaan disana. "Abraham." Ucap pria itu tiba-tiba. "Pardon?" Pria itu mengerjapkan matanya lalu tersenyum manis kearah Sinta. "Namaku Abraham. Abraham Hill, siapa namamu gadis kecil?" Abraham mengulurkan tangannya. "Sinta, Sinta Almeria." Jawab Sinta sambil menerima uluran tangan itu. "Nama yang cantik," "Terimakasih dan maaf sepertinya saya harus pergi, bisa tolong lepaskan tangan  saya?" Abraham melepaskan tangan Sinta lalu mengucapkan kata-kata maaf yang diselingi tawa. Setelahnya, dia menatap wajah cantik Sinta yang menunduk sedih lalu hilang seiring dengan pintu lift yang tertutup. Apa baru saja aku bertemu Cinderella ?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD