Sekarang sudah hari ketiga setelah lamaran David sebelumnya, dan hari ini David menepati janjinya datang untuk melamar Sinta secara resmi sekaligus membawa kedua orangtuanya.
"Bagaimana Mr.Anton apa anda menerima lamaran saya" ucap David to the poin
"Bagaimana sayang apa kamu menerima lamarannya?" Ucap Anton menatap Sinta.
"Apa Ayah setuju kalau Sinta menikah?"
Anton memandang lembut putrinya.
"Kalo kamu setuju Ayah juga setuju nak,
Jadi bagaimana kamu terima lamarannya atau tidak?"
"Iya, Sinta terima lamarannya"
Semua orang di ruangan itu tersenyum bahagia, tidak terkecuali kedua orangtua David.
"Kalau begitu kita tinggal menentukan tanggal pernikahannya Mr.Anton dan saya pikir semakin cepat semakin banyak bagus, jadi bagaimana kalau pernikahannya kita adakan hari Minggu sekarang." Ucap Albert
"Tapi itu berarti hanya tinggal 4 hari lagi Mr.Albert , apa itu tidak terlalu cepat dan apa bisa menyiapkan pernikahan secepat itu?" Tanya Anton.
"Tenang saja Mr. Anton pesta pernikahannya akan siap dalam 4 hari itu" ujar Albert penuh keyakinan.
"Kalau begitu besok Sinta harus ikut mommy fitting baju pengantin" ujar Sonia semangat.
****
Sinta mengamati gaun pengantin pilihan Ibu mertuanya untuk ia kenakan di hari pernikahannya nanti.
Gaun itu sangat cantik dan mewah dengan taburan berlian disetiap sisinya.
"Bagaimana apakah kau menyukainya sweet heart?" Tanya mommy nya David
"Iya mom aku suka gaunnya."
"Oke kalau begitu, nona kami ambil gaun ini dan tolong antarkan gaunnya ke alamat ini" Sonia memberikan alamat rumah Sinta kepada pelayan butik lalu memberikan uang kepada pelayan itu untuk membayar gaunnya.
Mereka kemudian pergi dari butik itu untuk mencari perlengkapan untuk pernikahan.
****
Sinta merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Hari mulai gelap dan dia baru saja pulang dari acara jalan-jalan nya bersama calon mertuanya. Sekarang adalah hari Kamis , berarti tinggal tiga hari lagi dia akan menikah dengan David. Tak terasa persiapan pernikahannya sudah mencapai tujuh puluh persen.
Tak selang beberapa lama suara dengkuran halus mengisi keheningan hari yang sudah mulai memasuki malam.
****
Disisi lain,
David sedang makan malam bersama dengan kedua orangtuanya. Kini David tidak tinggal di hotel tapi sekarang dia berada di apartemennya yang ada di Jakarta.
"Mom Dad..." Ujar David disela-sela makannya
"Iya Dave ada apa?" Tanya Sonia sambil meminum air putih miliknya.
David menyuapkan satu sendok terakhir makanannya lalu kembali berbicara.
"Daddy dan mommy tahu kan kalau Sinta dan keluarganya itu seorang muslim?" Ucap David hati-hati
"Ya, lalu" timpal Albert yang telah selesai makan.
"Jika mereka menginginkan Dave jadi seorang muslim apa mom dan Dad akan marah?"
Albert tergelak mendengar ucapan Dave.
"Dad kenapa kau tertawa? Aku sama sekali tidak sedang bergurau Dad aku sedang serius"
"Oke oke kau memang sedang tidak bergurau, tapi Dad tertawa karena kamu menanyakan apakah mom dan dad akan marah padamu haha. Tentu saja Mommy dan Daddy tidak akan marah padamu jika kamu ingin merubah keyakinan mu. Dan yang Daddy tahu dalam agama Muslim itu seorang lelaki harus jadi imam yang baik bagi istri dan anaknya, jadi Dad rasa tidak ada salahnya jika kamu pindah keyakinan demi keluarga mu nanti" ucap Albert penuh bijaksana
" Dan asal kamu harus benar-benar meyakini Tuhan mu dan mentaati perintah nya. Jangan sampai kamu pindah keyakinan dan menanggalkan keyakinan ketika nanti kamu sebagai seorang muslim hanya sebuah amarah" tambah Sonia.
"Baiklah mom Dad basok David akan menjadi seorang muslim" ucap David sungguh-sungguh
"Baiklah kalau begitu, cepatlah tidur Dave" ucap Sonia
David mengangguk lalu mencium pipi mommy nya dan menepuk pundak Daddy nya sebagai tanda selamat malam.
***
Hari ini David melajukan mobilnya menuju masjid Istiqlal untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Iya, dia akan menjadi seorang muslim hari ini. David memarkirkan mobilnya lalu berjalan masuk kedalam mesjid. Didalam mesjid ada seorang pria paruh baya memakai baju putih dengan tangan sedang memegang tasbih.
"Permisi..." Ucap David
Pria paruh baya itu menoleh kearah David.
"Iya, ada yang bisa saya bantu?" Tanya pria paruh baya itu
"Apakah Anda seorang ustad?"tanya David
"Iya, memangnya kenapa?" jawab Pria paruh baya itu
"Saya ingin menjadi seorang muslim" ujar David
"Masyaallah, kalau begitu silahkan duduk dan tunggu sebentar saya akan memanggil beberapa saksi" ustad itu bergegas pergi lalu beberapa menit kemudian ustad itu datang dengan dua orang pria yang seumuran dengan ustad tersebut.
"Nah siapa nama Anda Mr?" Tanya ustad itu
"Nama saya David"
"Baiklah nak David silahkan ikuti ucapan saya. Asyhadu an La Ilaha Illa Allah wa Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah."
"As-asyhadu-du an La Ilaha Illa Allah wa Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah." Ucap David Sedikit terbata"
"Alhamdulillah, dengan demikian sekarang Anda sudah menjadi seorang muslim" ucap ustad itu menjabat tangan David.
David mengucapkan terimakasih kepada ustad itu dan pada dua orang pria yang menjadi saksi lalu menjabat tangan mereka dan lalu David pamit pergi.
***
Mobil David berhenti dihalaman depan rumah Sinta. David memencet bel dan pintu rumah Sinta pun terbuka menampilkan Lauren calon ibu mertuanya.
"Eh nak David... Ayo masuk" ucap Lauren mempersilahkan David untuk masuk.
"Sinta dimana Bu ?" tanya David yang sekarang sudah memanggil Lauren dengan sebutan ibu.
"Ada di kamarnya, kamu langsung ke kamarnya saja nak David"
David mengangguk lalu meminta izin untuk pergi ke kamar Sinta.
Tok tok tok
David mengetuk pintu kamar Sinta terlebih dahulu.
"Masuk saja, tidak dikunci kok" teriak Sinta didalam kamar.
David mendorong pintu kamar Sinta sampai terbuka.
"Hai" sapa David pada Sinta yang tengah duduk diatas tempat tidurnya.
"Ha-hai" jawab Sinta Sedikit gugup .
"Bolehkah saya masuk?" Tanya Dave yang masih berdiri diambang pintu kamar Sinta.
"Silahkan" jawab Sinta.
"Apa ada sesuatu yang ingin anda sampaikan Mr.?" Tanya Sinta dengan bahasa formal.
"Tidak ada, saya hanya ingin berkunjung" jawab David seraya Duduk disamping Sinta.
Suasana hening sejenak.
"Apakah kamu benar-benar setuju menjadi istri saya?" Tanya David sembari memandang kearah Sinta.
"Iya" jawab Sinta sungguh-sungguh sambil menatap David yang juga tengah menatapnya.
"Apakah kamu tidak keberatan dengan perbedaan usia kita yang terpaut tujuh tahun?" Tanya David
"Sebenarnya usia itu bukanlah masalah bagi saya, saya menerima lamaran anda karena niat baik Anda untuk menikahi saya, karena dalam agama saya seorang wanita tidak boleh menolak niat baik seorang pria yang berniat menjauhkannya dari dosa." Ucap Sinta meyakinkan David.
David tersenyum mendengar ucapan Sinta.
"Dan Mr.."
"Dave, panggil saja saya Dave" ucap David memotong ucapan Sinta.
" Sebelumnya maaf Mr. Eh Dave, seperti yang Anda tahu bahwa saya dan keluarga saya seorang muslim. Dan dalam agama saya seorang wanita muslim tidak boleh menikahi pria non muslim untuk menjadi imamnya, kecuali pria tersebut bersedia menjadi mualaf"
"Iya saya tahu itu, dan kamu tidak perlu khawatir karena sekarang saya sudah menjadi seorang muslim" ucap David
Sinta tersenyum mendengar ucapan David.
"Benarkah?" Tanya Sinta
David mengangguk semangat.
"Terimakasih" ucap Sinta tersenyum manis kearah David.
***
Seperti pria mualaf pada umumnya, diharuskan untuk disunat. Dan beruntungnya David sudah disunat saat dia remajwa karena anjuran dokter. Karena di dunia medis, sunat juga sudah termasuk anjuran medis yang mempunyai beragam manfaat terutama untuk menjaga kesehatan organ vital.
Untung saja
Tak terbayangkan jika David harus disunat diusianya sekarang. Apalagi waktu pernikahan mereka hanya tinggal sebentar lagi.