bc

Happy New Year!

book_age18+
803
FOLLOW
7.7K
READ
HE
powerful
boss
blue collar
sweet
bxg
office/work place
like
intro-logo
Blurb

Bersamamu aku bahagia, kau hadir di saat hatiku hampir mati!

*

Aksa yang patah hati ingin melampiaskan hasratnya pada seorang wanita sewaan di malam tahun baru. Pada waktu yang bersamaan, nenek dari Aksa mengirim makanan untuknya ke apartemen. Sang nenek meminta seorang gadis cantik bernama Arumi agar mengantar makanan itu.

Gadis tersebut datang ke apartemen Aksa, saat pria itu sedang menunggu wanita panggilannya.

*

Satu bulan kemudian ....

"Bu, Arumi hamil ...!"

chap-preview
Free preview
1. Gadis Pengantar Makanan
Ketika perempuan yang ia cintai berkhianat, patah hati pasti tak akan berlaku dalam hidupnya. Aksa Nareswara, mendapati pacarnya berselingkuh tepat di depan mata. Ketika saat itu ia hendak memberi kejutan akhir tahun berupa lamaran super romantis, malah dirinya yang dikejutkan dengan pengkhianatan yang sangat sadis. “Jadi ... bagaimana dengan semuanya, Pak?” Seorang sekretaris mendekat dan menanyakan tentang nasib semua dekorasi kejutan yang masih terpasang dengan baik di hotel mewah ini. Pria itu meremas buket bunga yang ada di tangannya. Ia membanting kumpulan mawar tersebut, lalu sesuatu terlempar dari sana. Kotak cincin beludru yang ia sembunyikan di antara kembang-kembang berwarna merah. Matanya masih menatap dengan nanar pada sebuah mobil yang baru keluar area hotel di bawah sana. Aksa pun menatap sang sekretaris dengan sisa-sisa emosi dalam setiap garis wajahnya. “Kau masih bisa bertanya?” Sekretaris itu pun menunduk dan menyadari kesalahan dari pertanyaannya. “Saya akan menyelesaikan administrasi dan membongkar semuanya.” Sambil meninggalkan sang atasan, dia juga memungut buket yang berserakan. “Tunggu dulu!” cegah Aksa. “Kenapa, Pak Aksa?” “Pesankan aku wanita yang bisa menghiburku malam ini. Suruh dia ke apartemenku!” “Tapi, Pak?” “Apa masih kurang jelas?” “Baik, akan saya carikan sekarang juga!” “Aku akan menunggunya, tepat tengah malam nanti!” *** Mendung bagai hujan yang tertahan di langit akhir tahun ini. Sepatu bertali di bawah rok warna kuning terayun dengan riang menyusuri jalan. Berulang kali ia mengintip ke dalam isi tas jinjingnya. Kue spesial yang baru saja ia beli dan akan diberikan untuk seseorang. Gadis itu berhenti di depan sebuah rumah mewah, lalu ia berjalan melalui gerbang kecil di belakang pos satpam. “Neng Arumi, baru pulang kuliah, Neng?” sapa seorang satpam yang sedang duduk di dalam posnya. “Iya, Pak. Mau pulang dulu sebentar,” jawab gadis berambut panjang itu dengan ramah. Arumi pun kembali menutup gerbang yang ia gunakan untuk masuk barusan. Mobil mewah berjajar di depan rumah tersebut, tapi gadis itu justru berjalan melalui sela-sela antar mobil, lalu menuju jalan sempit di samping rumah dan kemudian tiba di bagian dapur. “Assalamualaikum, Bu.” Gadis itu masuk dan menemui seorang perempuan paruh baya yang baru saja membersihkan piring di sana. “Waalaikumsalam. Udah pulang, Rumi?” tanya perempuan dengan ciput merah tua di kepalanya tersebut. “Iya, Bu. Rumi mau berangkat lagi, mau ngasih kue ke ....” Perempuan paruh baya itu tersenyum. “Ke siapa?” Dia menggoda Arumi. “Ada lah.” Arumi tersenyum sambil mengayun-ayun tas jinjingnya. “Ibu juga tahu.” Gadis itu tersenyum tipis memperlihatkan sedikit bagian giginya yang rapi. “Hari ini ... dia sedang ada proyek katanya, Bu. Membuat website gitu. Jadi ... Arumi mau ngasih kue ini buat dia. Nggak apa-apa, kan, Bu? Nggak akan sampai tengah malam nanti, kok.” Perempuan paruh baya itu mengeringkan tangan menggunakan handuk lap yang menggantung di atas wastafel. “Iya, boleh. Tapi ... jangan pulang terlalu malam. Ingat, sekarang malam tahun baru, di jalanan pasti sangat ramai. Takut ada orang jahat yang mengincar.” Arumi mengerti kerisauan sang ibunda, gadis itu mengangguk. “Iya, Bu. Arumi janji, nggak akan pulang terlalu larut. Tapi ... ini mau ganti baju dulu, ya.” Aktivitas dapur itu masih berjalan seperti biasa. Beberapa camilan telah disajikan, daging, kentang dan juga jagung untuk dibakar di malam tahun baru. Anggota penghuni rumah mewah ini juga berencana untuk memeriahkan malam pergantian tahun dengan acara barbeku bersama. “Bi ... Bi ....” Seorang wanita beruban dengan kacamata bertali menggantung di kepalanya. “Kenapa, Nyonya?” tanya perempuan paruh baya berciput merah yang ada di sana. “Anak kamu mana? Si Arumi?” Wanita beruban itu mengedarkan pandangannya ke seluruh dapur. “Tadi ... aku dengar suaranya.” “Masih di atas, Nyonya.” “Jangan lupa antar makanan yang sudah matang tadi untuk Aksa ke apartemennya. Suruh Si Arumi bisa, kan?” “Oh, nanti saya akan bilang ke Arumi.” “Rantangnya sudah nanti tolong siapkan.” “Iya, Nyonya. Nanti saya bilang ke Arumi untuk mengantarnya.” *** Arumi Dara Puspita, mahasiswi cantik itu kembali keluar dari rumah majikan sang ibu. Dia dan juga ibunya tinggal di rumah keluarga Nareswara. Pada awalnya hanya sang ibu saja, karena perempuan itu bekerja menjadi asisten rumah tangga di sana. Tapi kemudian, Arumi pun mengikutinya saat ia memutuskan untuk kuliah. Nyonya besar Nareswara yang memutuskan untuk membiayai kuliahnya. Gadis itu berjalan tanpa beban apa-apa dan kemudian menaiki bus trans. Perangainya riang dan juga senang membantu orang lain membuat ia banyak disukai. Kini di tangannya terdapat dua buah benda, di tangan kiri merupakan rantang titipan untuk cucu dari Nyonya Besar Nareswara, sementara di tangan kanannya adalah bingkisan berisi kue untuk pacarnya yang katanya sedang menggarap proyek lembur di kontrakan. Tapi, sebelum menemui kekasihnya itu, Arumi ingin terlebih dahulu mengantar titipan dari sang majikan dari ibu untuk cucunya yang tinggal terpisah dari orang tua. Mengetuk pintu apartemen. “Ah, aku baru pertama kali datang ke apartemen Pak Aksa.” Arumi pun mengetuk pintu tersebut lagi. “Emm, sepertinya harus pakai bel.” Gadis itu baru menyadari ada sebuah kotak berisi tombol di samping pintu. “Pantas mereka pasti tak mendengar, kalau tidak pakai bel.” “Masuk!” Suara dari pengeras yang berada di dekat tombol bel terdengar oleh Arumi. Pintu di depan Arumi berbunyi, tanda jika penguncinya telah terbuka. Gadis itu meletakkan salah satu bawaannya dan mendorong pintu dengan ragu. Sambil kembali menjinjing rantang, ia pun masuk ke apartemen dan menarik pintu agar kembali tertutup. “Kau datang lebih awal,” ungkap pria dengan baju tidur kimono berwarna ungu dan segelas anggur di tangannya. Wajahnya sedikit memerah dan dia berjalan terhuyung ke arah Arumi. Arumi hanya tersenyum, ia tak tahu kenapa dia disebut lebih awal. Dia pun berjalan lebih dalam ke apartemen dan berniat untuk meletakan rantang di salah satu meja yang ada di sana. Akan tetapi di sana, seorang pria kembali menyimpan gelas dan mendekat ke arah Arumi. Dia meletakkan tangan kiri di bagian pinggang, lalu telunjuk kanan mengusap-usap area dagu yang bersih tanpa rambut itu. Kemudian, tatapannya memindai gadis yang baru datang ini dari atas ke bawah. Arumi berusaha tak menggubris dan ia menyimpan saja rantang tersebut di atas meja, lalu berniat untuk pergi. Hanya saja, gadis itu merasakan sebuah tangan memeluk pinggulnya dan membuat wanita itu tak bisa bergerak. “Pak, ini ....” Arumi berusaha memberontak ketika Aksa terasa menyentuh dirinya. Napas pria itu berembus melalui belakang telinganya, sebuah aroma asing yang menyengat tercium oleh hidung Arumi. Gadis itu bahkan tak tahu, jika pria yang sedang bersamanya ini tengah mabuk. “Aku tak peduli karena kau datang lebih awal,” ucap Aksa memotong ucapan Arumi. Dia menarik gadis itu hingga semua barang bawaannya terlepas dari tangan. Aksa menggaet pinggul kecil Arumi agar dia mendekat lalu mengikat sang gadis dengan satu pelukannya. “Pak Aksa,” panggil Arumi yang mencoba melepas pelukan dari Aksa. Dia merasa sesak karena pria itu mengimpitnya ditambah bau dari napas Aksa yang menyengat oleh bau wine. Hidung Arumi sangat tak biasa dengan aroma seperti itu, dia mencoba mengabaikan bibir Aksa yang sedang berusaha menyasar wajahnya. “Temani aku malam ini. Aku sudah tidak tahan lagi.” “Pak Aksa tolong sadar! Ini ... Arumi!” Di tengah posisinya yang terdesak, Arumi mencoba menyadarkan Arumi. Aksa membungkam bibir ceri milik gadis itu dengan bibirnya. Dia menggendong Arumi menuju ke kamar dan meletakkan gadis itu ke atas ranjang. Tanpa perlu menunggu lama, Aksa melakukan keinginannya untuk balas dendam karena ia telah dikhianati sang kekasih. Terus meronta dan Arumi berteriak. Tak ada satu pun yang menyadarinya. Bahkan Aksa pun terbuai begitu ia menikmati apa yang dimiliki oleh Arumi malam itu. Hingga ia melepaskan kepuasan di tengah pemberontakan seorang gadis yang ia renggut kesuciannya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.0K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.4K
bc

My Secret Little Wife

read
98.4K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.5K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook