"Iya, Pa. Nanti aku taruh," jawab Alia yang sudah berada di ambang pintu kamar bayi.
Wanita itu berjalan ke dalam kamar, dengan perlahan-lahan ia meletakkan bayi mungilnya ke dalam box bayi yang berwarna abu-abu dengan kelambu berwarna senada. Bayi mungil itu terlihat tertidur dengan sangat damai.
"Tidur, ya, Sayang. Cepat besar, dan jadi kebanggaan kami," ujar Alia seraya tersenyum manis melihat putri semata wayangnya terlelap. Ia membelai pelan rambut bayi itu. "Ah, iya, aku lupa meletakkan gunting dan kaca," gumamnya seraya mengambil gunting dan kaca di atas meja.
Wanita berwajah manis itu segera meletakkan kedua benda itu di atas bantal bayinya, katanya itu dapat menjaga bayi dari gangguan makhluk halus. Setelah memastikan putrinya tertidur, ia segera beranjak dari box bayi menuju ruang TV guna menemani sang suami.
Detik pun berganti menit, sudah cukup lama bayi mungil itu tertidur lelap. Kedua tangan mungil nan gemuk bergerak-gerak tanda bahwa sang bayi terbangun dari tidur, tetapi ia tak menangis melainkan hanya menatap langit-langit. Manik mata hitamnya tak berkedip ketika melihat sebuah sosok yang ada di langit-langit tepat di atasnya.
Sosok wanita dengan rambut panjang tengah menggelantung tepat di langit-langit kamar. Wanita itu memutar kepalanya hingga 180°, kini wajahnya menghadap ke arah si bayi itu. Wajahnya hancur seperti tergerus aspal jalanan hingga sebelah matanya keluar dari tempat dan tergantung di wajahnya. Darah hitam nan kental mengalir dengan deras dari luka-luka di tubuh, sedangkan kedua kaki hancur, tubuhnya pun remuk, beberapa tulang belulang miliknya mencuat dari daging tubuh hingga sisa-sisa daging itu pun ikut menggantung. Tak jarang, belatung yang ada di tubuh wanita itu berjatuhan hingga mengenai tubuh sang bayi. Cassie yang saat itu hanyalah seorang bayi mungil tak terkejut melihat belatung yang menggeliat di sekitarnya, ia bahkan tertawa ketika sosok itu menjulurkan lidahnya.
Tawa renyah keluar dari sang bayi, bagai mendapatkan sebuah mainan baru. Kedua tangannya bergerak-gerak karena senang. Manik mata Cassie berubah menjadi biru terang, tanda bahwa sang bayi empath telah lahir ke dunia ini dengan selamat pada sebuah keluarga.
Sontak, manik mata dari sosok yang berada di langit-langit itu membelalak. Mata merahnya berbinar-binar melihat bayi mungil yang memiliki energi begitu besar. Ia melihat bayi itu bagaikan santapan yang empuk untuk mengambil energi yang besar.
Cassie adalah bayi yang dilahirkan secara istimewa. Kelahirannya membawa sebuah keistimewaan yang akan membuatnya menjadi seseorang yang istimewa. Darah yang mengalir di tubuhnya mengandung pemikat para makhluk halus untuk mendekat.
"Anak ... manis," ucap lirih wanita itu. Lidahnya menjulur seakan-akan tak sabar untuk mencicipi manisnya daging segar bayi itu.
Ia menjatuhkan tubuhnya dari langit-langit dan berdiri tepat di samping box bayi. Tangan panjangnya ia ulurkan ke arah sang bayi, kuku tajamnya siap untuk mengoyak tubuh mungil nan rapuh itu.
"Datanglah padaku, Anak manis," ucap sosok wanita menyeramkan itu. Perlahan-lahan, ia mulai menyentuh pipi mungil bayi itu dan tak lama kemudian, sinar biru keluar dari tubuh sang bayi hingga membuat sosok wanita itu terkejut. Sinar biru itu ternyata memiliki energi yang sama besarnya dengan darah yang mengalir di tubuh bayi itu.
"Aaaarrrggghhh!" pekik sosok seram tadi hingga tubuhnya terpental jauh ke belakang dan menabrak dinding.
"Bayi apa kau!" teriak sosok itu kesal melihat sosok bayi yang seperti tak tau apa-apa, tetapi malah memiliki energi sebesar ini, bahkan sosok itu belum pernah menemukan manusia dengan energi sebesar bayi ini.
"Aarrrgghh! Aku tidak akan kalah padamu, Bocah!" ancam sosok itu sembari bangkit dari rasa sakit yang ia alami karena perlindungan yang diberikan oleh Bayi itu.
Kedua tangan sosok itu terangkat ke udara dan mengarah ke box bayi tempat Cassie berada. "Kau harus mati agar aku bisa mengambil energimu, Bayi Manis," ujar sosok mengerikan.
Sementara itu, di ruang TV. Ardian dan Alia masih menonton TV bersama, semenjak kehadiran putri mereka, sepasang suami-istri itu pun jarang menghabiskan waktu bersama karena harus mengurus bayi dan pekerjaan secara bersamaan. Kini, mereka tengah menikmati acara malam di televisi sebagai ganti kebersamaan mereka.
Brak!
Namun, kedamaian itu terusik dengan suara benda jatuh yang berasal dari kamar bayi. Sontak kedua orang itu menoleh ke arah kamar yang tak jauh dari mereka dan hanya diterangi cahaya temaram dari lampu tidur.
"Suara apa itu, Ma?" tanya Ardian penasaran.
"Aku juga gak tau, Pa." Alia menjawab.
Setelah bunyi pertama tak ada lagi suara benda-benda berjatuhan. Akan tetapi, tak lama kemudian.
Oek! Oek!
Suara bayi menangis dengan kencang terdengar dari kamar bayi yang sontak saja membuat kedua orang itu jadi khawatir.
"Itu Cessie nangis, coba dicek dulu, Ma. Takut ada apa-apa sama Cessie," pinta Ardian pada istrinya.
"Iya, Pa. Aku cek dulu keadaan bayi kita," jawab Alia seraya berjalan menuju kamar bayi untuk menenangkan bayinya.
Kamar bayi itu tak begitu terang, hingga membuat pandangan Alia sedikit terhalang.
"Aaaarrrggghhh! Apa yang terjadi?" tanya Alia panik ketika melihat buah hatinya telah terlempar jauh dari tempatnya tadi. Box itu terbalik hingga bantal, kaca, dan gunting berserakan di lantai.
Napas Alia terengah-engah. Ia panik, sekujur tubuhnya lemas tak kuasa melihat apa yang terjadi dengan box bayinya. "Ce ... Cessie," ucap Alia lirih.
Langkah kakinya gontai. Ia berjalan ke arah box bayi dan mencari keberadaan Cessie di sekitar bantal dan kasur bayi yang berantakan.
Namun, sesuatu membuat Alia terkejut. Bayi mungilnya tak ada di dalam box bayi. Hanya tersisa kain bekas gendongannya. "Di mana Alia? Bukankah dia tadi menangis? Lalu kenapa box bayi ini bisa seperti ini?" Batinnya bertanya-tanya. Rasa panik membuat ia tak bisa berpikir dengan jernih.
"Papa! Papa! Ke sini, Pa! Cessie, Pa!" teriak Alia histeris, ia panik bukan main saat mengetahui anaknya tak ada di dalam kamar itu.
Ardian yang mendengar jeritan istrinya segera berlari menuju kamar bayi untuk memastikan apa yang terjadi. "Ada apa, Ma?" tanya Ardian panik melihat istrinya yang juga panik. "Apa yang terjadi? Kenapa box bayi bisa terbalik?" tanya Ardian panik.
"Cessie, Pa! Cessie gak ada!" jawab Alia histeris.
"Apa?! Kok bisa? Tadi 'kan ada di sini, Ma!" Ardian pun ikut panik melihat bayinya tak ada. Ia segera mendekat dan membalikkan box bayi, lalu mencari Cessie. Namun, hasilnya nihil.
"Bagaimana ini, Pa! Cessie diculik!" Alia mulai menduga-duga karena kepanikannya.
"Tenang dulu, Ma," pinta Ardian berusaha untuk membuat istirahat tenang.
Oek! Oek!
Terdengar suara tangisan bayi dari penjuru kamar yang membuat kedua orang itu terkejut dan mencari sumber dari suara itu.
"Itu Cessie, Pa." Alia mulai berjalan mencari sumber dari suara itu.
"Ayo kita cari, Ma. Suaranya gak jauh dari sini, dia ada di kamar itu," ujar Ardian.
Kedua orang itu pun segera berjalan mencari sumber dari suara itu, suara tangisan bayi yang terdengar sangat dekat hingga mereka menduga bahwa Alia ada di lemari kayu tempat mereka menyimpan baju.
"Mungkin ada di sana, Pa," ujar Alia seraya menunjuk ke arah lemari kayu.
"Aku cek dulu," ucap Ardian seraya melangkah menuju lemari.
Secara perlahan, ia membuka pintu lemari dan mencari keberadaan putrinya. Akan tetapi, tak ada tanda-tanda bahwa Cessie ada di sana. Suara tangisan itu pun menghilang dan membuat Ardian semakin kebingungan.
"Gak ada, Ma," ujar Ardian.
"Ya, Tuhan. Di mana anakku," ucap Alia ketakutan.
Oek! Oek!
Suara tangisan itu kembali muncul, terdengar sangat dekat dengan mereka. Alia dan Ardian segera melihat ke arah kolong tempat tidur. Sontak manik mata kedua orang tua baru itu terkejut bukan main karena anak yang mereka cari ada di bawah kolong kasur itu.
"Cessie!" seru Alia sembari mendekat ke arah kolong kasur dan segera mengambil Cassie yang terbungkus kain jarik. "Astaga, Nak. Kenapa kamu bisa ada di sana," ucap Alia sembari mencium putrinya berkali-kali.
"Syukurlah. Akhirnya putri kami kembali," ucap Ardian, ia tersenyum lega melihat Cessie di temukan.
Suasana suram terasa begitu kental, udara tiba-tiba terasa begitu dingin hingga menyebar di area tengkuk.
"Apa yang terjadi?" tanya Alia sedikit takut.
Bayangan hitam bergumpal di pojok kamar, gumpalan itu membesar sebesar tubuh manusia dewasa. "Aaaarrrggghhh! Aaaarrrggghhh!" teriaknya seperti kesakitan.
"Aaaarrrggghhh! Panas! Ampun!" teriaknya.
Perlahan, tubuh sosok itu terbakar oleh api terang hingga akhirnya sosok itu pun menghilang tanpa jejak.
Ardian dan Alia terkejut karena melihat hal itu, manik mata mereka membelalak tak percaya dengan apa yang mereka lihat.
Setelah kejadian itu, malam pun kembali tenang seperti tak terjadi apa-apa. Cassie selalu tidur bersama dengan kedua orang tuanya demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.