Sosok Pengintai dan Jimat Perlindungan

1079 Words
Pada ulang tahun pertama, Ardian membawa putrinya untuk mengikuti ritual di Danau Suro. Para warga menyambut kedatangan bayi Cassie dengan suka cita, mereka memperlakukan Cassie dengan sangat istimewa karena dianggap sebagai pembawa keberuntungan. Ritual pun berlangsung, Mbah Aryo membawa Cassie ke pinggir danau saat penyembelihan kambing. Dirinya memandikan Cassie dengan darah segar dari kambing, hingga tubuh bayi Cassie berubah menjadi merah dengan bau anyir darah yang menusuk hidung, sedangkan bibir renta pria itu membacakan sebuah mantra perlindungan untuk Cassie. Tak berselang lama, dahi bayi mengeluarkan cahaya putih. Itu adalah tanda, bahwa bayi pembawa keberuntungan bernama Cassie telah diberkahi oleh para leluhur Danau Suro. Setelah cahaya putih meredup, Mbah Aryo kembali memandikan Cassie dengan air danau hingga tubuhnya bersih dari darah. “Bayi ini memang sangat istimewa. Jagalah dia sebaik mungkin, karena suatu saat akan ada iblis yang mengincarnya.” Mbah Aryo menjelaskan pada seluruh warga desa sebelum menyerahkan bayi itu pada ibunya—Alia. “Terima kasih, Mbah,” ucap Alia seraya menggendong bayinya. Hari terus berjalan, hingga tahun pun berganti. Keistimewaan Cassie bertambah setiap hari ulang tahunnya yaitu malam satu suro, pada malam itu juga Cassie tetap akan dimandikan oleh darah dan air Danau Suro. Kini, Cassie menginjak usia sepuluh tahun. Kedua orang tuanya begitu memperhatikan buah hati istimewa mereka, tetapi semakin hari perasaan mereka menjadi tidak tenang karena merasakan adanya kehadiran makhluk jahat yang mengincar putri kecilnya. Malam hari tiba, suara binatang malam terdengar dari halaman rumah, suasana begitu damai seperti malam sebelumnya. “Mama, Papa!” seru gadis berambut panjang itu seraya menerjang tubuh Ardian yang tengah asyik bersenda gurau dengan Alia. “Cassie, kok, belum tidur?” tanya Ardian seraya memangku tubuh putri kecilnya. “Enggak mau tidur sendiri, tadi ada om jelek yang gangguin,” jawabnya. “Om siapa?” tanya Alia penasaran. “Itu, Ma. Dia jelek banget,” jawab Cassie seraya menunjuk pintu kamarnya. Alia dan Ardian melihat ke arah telunjuk Cassie, tetapi mereka tidak dapat melihat sosok yang hanya bisa dilihat oleh Cassie. Sosok hitam dengan mata menyala berwarna merah menatap tajam ke arah gadis manis itu. “Tidak ada apa-apa, Sayang,” ujar Ardian, sedangkan tubuh mungil Cassie bergetar saat bibir sosok itu mengucapkan sesuatu. “Aku akan membawamu ....” Mahluk itu pun menyeringai dengan taring tajam serta lendir yang kental. Cassie bersembunyi ketakutan di dalam dekapan Ardian yang tengah kebingungan. “Ada apa, Sayang?” tanya Ardian pelan. “Aku enggak mau tidur sendiri,” jawab Cassie ketakutan. “Kalau begitu, bagaimana kalau Cassie tidur sama mama dan Papa?” tanya Alia, sedangkan Cassie mengangguk dengan pasti. “Ayo tidur, ini sudah malam,” pinta Ardian seraya menggendong tubuh putrinya ke arah kamar. Suara jarum jam memecah kesunyian, perlahan Cassie mulai terlelap begitu juga dengan kedua orang tuanya. Namun, mereka tidak tahu, ada sesuatu yang mengincar di kegelapan malam. Bayangan hitam melintas dengan cepat mengitari halaman rumah, mencari celah agar bisa merebut sang putri istimewa. Harum melati terbawa semilir angin, hingga membuat Alia terbangun karena merasakan keanehan terjadi, hawa yang tadinya dingin perlahan berubah menjadi hangat. Perasaan seorang Ibu tak bisa dibohongi, dirinya yakin akan ada sesuatu yang mengancam putrinya. Rasa takut itu membuat Alia mendekap erat tubuh putri kecilnya seraya berdoa agar dihindarkan dari segala mara bahaya. Sosok yang sedari tadi mengintai dari luar, tak sabar untuk memakan hati dan menumpahkan darah murni gadis kecil itu, wajah rusaknya menyunggingkan senyum memperlihatkan para belatung bersarang di sela-sela gigi taringnya. Sosok itu berdesis, sedangkan kuku panjang miliknya menggaruk dinding hingga siapa pun yang mendengarnya akan merasa ngilu. Alia kembali terbangun saat mendengar suara yang sangat mengganggu pendengarannya. Wangi melati semakin menyeruak, hingga Alia yakin ada sesuatu di rumah ini. Tangannya mengguncang tubuh Ardian guna membangunkan pria itu. “Ada apa, Ma?” tanya Ardian seraya mengucek mata. “Pa, ada sesuatu yang enggak beres,” jawab Alia ketakutan. Ardian segera beranjak keluar dari kamar untuk melihat keadaan sekitar, sedangkan Alia mendekap erat tubuh putrinya yang masih tertidur pulas. Angin kembali berembus dengan sangat kencang hingga membuat jendela terbuka dengan tirai yang melambai-lambai. Napas Alia semakin memburu tatkala melihat bayangan hitam melintas di hadapannya. “Lindungi kami, Tuhan.” Doa mengalir dari bibir Alia. “Ada apa, Ma?” tanya Cassie yang terbangun akibat suara angin yang berembus menerpa pepohonan dan atap. Seketika mata Cassie membulat sempurna saat melihat sosok hitam tepat di belakang Alia. Napasnya memburu dengan peluh yang mulai berjatuhan dari wajahnya. “Ma-mama ... i-itu ....” Tangan Cassie menunjuk ke arah sudut kamar. “Aaarrgghhh!” pekiknya saat tiba-tiba sosok seram itu mendekat ke arahnya. “Mama, Papa, Tolong!” “Mama di sini, Sayang.” Alia mendekap erat tubuh putrinya. Tak berselang lama, Ardian datang dengan membawa sebuah botol berisi air suci dan segera menyiramkannya ke seluruh penjuru ruangan. Sosok seram tadi seketika mengerang kesakitan, tubuhnya meleleh saat setetes air suci mengenai dirinya. Dia menghilang sebelum seluruh tubuhnya meleleh. “Aku akan membawamu!” teriak sosok itu dan menghilang dari hadapan keluarga kecil Ardian. “Kamu enggak apa-apa, Sayang?” tanya Ardian segera mendekat ke arah Cassie yang masih menangis dalam dekapan Alia. “Aku takut, Ma, Pa. Mahluk itu seram banget,” isaknya. “Tenang, Sayang. Papa dan mama akan selalu berada di sampingmu,” ujar Alia berusaha menenangkan Cassie, dirinya tahu bahwa menjadi istimewa bukanlah hal yang mudah. Cassie telah sering menangis akibat sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh Ardian atau pun Alia. “Janji?” tanya Cassie seraya mengeluarkan Cassie kelingkingnya. “Janji,” jawab Ardian dan Alia secara bersamaan, jari kelingking mereka saling bertautan membuat sebuah janji kelingking. Cassie tersenyum bahagia, ia terlihat sangat senang ketika ketua orang tuanya berjanji pada dirinya. *** Mentari mulai menyapa, kepanikan malam tadi telah berakhir. Alia tengah sibuk untuk menyiapkan sarapan untuk suami dan putrinya. Untuk sementara dirinya melarang Cassie untuk pergi ke sekolah, Alia masih merasa takut akan sosok yang mengincar putri kecilnya. Tak berselang lama, Ardian mendekat ke arah Alia dan berkata, “Ma, sebaiknya kita bawa Cassie ke Mbah Aryo, Mama masih ingat 'kan apa yang dikatakan Mbah Aryo tentang iblis yang suatu hari akan mengincar putri kita.” Alia menghentikan aktivitasnya dan segera mendengarkan pembicaraan Ardian. Dirinya mulai teringat akan pesan Mbah Aryo saat ulang tahun pertama Cassie, bahwa putrinya akan menjadi incaran. “Iya, Pa. Sosok itu benar adanya, kita harus minta bantuan Mbah Aryo,” ujar Alia menyetujui pendapat Ardian. “Besok kita akan membawa Cassie ke rumah Mbah Aryo,” ujar Ardian dan dibalas anggukan oleh Alia. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD