Akhir dari Kebahagiaan

1024 Words
Semburat jingga terlihat di ufuk timur tanda bahwa sang Surya akan segera menampakkan dirinya. Udara pagi hari terasa begitu menyegarkan. Semilir angin dari arah selatan membuat semangat pagi ini terasa menggebu-gebu. Pagi hari yang seharusnya di lewati bersama dengan keluarga tercinta di rumah berbeda dengan keluarga Ardian saat ini. Mereka akan pergi ke rumah Mbah Aryo demi putri kecilnya agar mantra pelindung yang ada di dalam tubuh Cassie semakin kuat dan melindungi dirinya dari macam gangguan seperti tadi malam misalnya. Tentu saja Alia dan Ardian tak ingin jika putri kecilnya akan terus berhadapan dengan para makhluk-makhluk mengerikan seperti malam itu. Bagaimana pun alia dan Ardian ketakutan melihat sosok yang bukan pertama kali mereka lihat setelah kelahiran Cassie pada malam satu suro di danau suro. Ardian yang sudah bersiap dengan mobilnya yang akan segera melaju di jalan raya sudah siap di halaman. Pria yang baru berusia tiga puluh dua tahun itu menunggu di dalam mobil sembari menyalakan mesin mobil agar berjalan dengan lancar nantinya. Manik matanya menatap ke arah rumah, masih belum terlihat dua wanita yang sangat ia sayangi kelaut dari dalam rumah. "Cassie, Alia! Ayo keluar, Sayang. Kita mau berangkat, nanti keburu siang. Ayo!" seru Ardian dari dalam mobil. Manik matanya masih sibuk memperhatikan gerak jarum jam di tangan kirinya. "Iya, Papa. Sebentar!" jawab Cassie gadis cantik, dari dalam rumah seraya berlari menuju mobil. "Ayo, masuk." Alia menggandeng tangan putri kecilnya untuk segera masuk ke dalam mobil. "Sudah siap?" tanya ardian memastikan. "Siap, dong, Pah!" jawab Cassie senang. "Oke, let's go!" Ardian segera melajukan mobilnya ke arah jalan raya. Mereka hendak menuju rumah Mbah Aryo yang berada di pinggir hutan desa ini jarak rumah mereka cukup jauh karena desa ini terbilang luas walau penduduknya hanya terhitung puluhan kepala keluarga. Desa selaras adalah desa terpencil yang berada di daerah pegunungan hingga jarak satu desa dengan desa lainnya berjauhan, begitu juga dengan letak desa yang luas hingga membuat perjalanan yang di tempuh ardian cukup lama karena rumah Mbah Aryo berada di pinggir desa yang juga berada di pinggir hutan. Keberadaan beliau cukup disegani karena di anggap sebagai pembawa tuah, ia adalah sosok pria renta yang siap menghadapi mala petaka dari para mahluk gaib yang hendak membuat keributan di desa Selaras ini. Mobil Ardian melaju dengan kecepatan sedang melewati jalan raya yang lenggang akan kendaraan. Mungkin karena masih pagi, tak ada kendaraan yang melintas selain mobil keluarga Ardian. Tak jarang tawa mewarnai perjalanan, tetapi mereka tidak tahu apa yang mengintai sedari tadi. Bayangan hitam melesat mengikuti mobil Ardian, sosok berwujud setan dengan mata merah menyala memperhatikan mobil yang melaju dengan kecepatan sedang itu. "Kita mau ke mana, Pa?" tanya Cassie seraya membuka kaca mobil untuk menikmati semilir angin. Semilir angin menerpa tubuh mungil gadis dengan rambut tergerai itu beterbangan. Gadis itu memejamkan mata sembari menikmati embusan angin yang menerpa wajahnya. "Kita akan pergi ke rumah Mbah Aryo," jawab Ardian tanpa melepas pandangannya pada jalan raya yang cukup sepi. Sontak gadis kecil itu membuka mata. "Wah, asyik! Aku pengen ketemu sama Mbah Aryo," ujar Cassie girang sembari tertawa senang. "Cassie bawa ap--" Tiba-tiba saja mobil Ardian menjadi aneh saat setan bernama Xilius berwarna hitam itu melintas dengan cepat ke arah depan mobil hingga membuat Ardian terkejut dan membuat laju mobil tidak stabil. Mobil semakin tak terkendali, Ardian berusaha untuk mengendalikan setir. "Ada apa, Pa?" tanya Alia panik ketika menyadari mobil yang membawa keluarganya berubah menjadi aneh. Peluh Ardian menetes deras, ia panik, detak jantungnya berpacu kencang. "Mama, jaga Cassie! Remnya gak kena!" seru Ardian panik sembari terus menginjak pedal rem. Ardian kembali berusaha untuk mengendalikan mobil, tetapi laju mobil semakin cepat tanpa sebab, sedangkan sebentar lagi akan ada tikungan yang berbatas langsung dengan jurang hutan. Dengan sekuat tenaga Ardian kembali berusaha menginjak pedal rem, tetapi semuanya sia-sia. "Papa, ini bagaimana?" tanya Alia dengan suara bergetar karena ketakutan. Ia mendekap tubuh Cassie dengan sangat erat. "Mama berdoa saja," jawab Ardian tak kalah panik. "Mama, Papa, Cassie takut ... om jelek itu ngikutin kita," ujar Cassie di sela tubuh sang mama, manik matanya menangkap penampakan hitam yang mengelilingi mobil. Alia segera mendekap erat tubuh putrinya seraya berdoa. "Ya Tuhan, selamatkan hamba-Mu ini." Angin berembus kencang hingga membuat dedaunan beterbangan menghalangi pandangan. "Berikan anak itu, atau kalian akan mati!" Suara terdengar menggema di dalam mobil diiringi suara desisan tanpa sumber. "Berikan!" Kembali suara itu terdengar, hingga membuat keluarga kecil Ardian ketakutan, sedangkan mobil masih terus melaju kencang. "Tidak akan! Aku tidak akan menyerahkan putriku!" teriak Ardian lantang. "Berikan! Atau kalian akan mati!" Geraman mengerikan terdengar. "Tidak akan!" teriak Alia seraya mendekap erat tubuh putri kecilnya. "Matilah kalian!" Tiba-tiba sosok hitam dengan tubuh yang sangat besar menghadap tepat di tengah jalan dengan asap berwarna hitam mengelilingi tubuh berbulunya. Mobil semakin melaju kencang, sekuat apa pun Ardian mencoba, mobil ini sama sekali tidak bisa dihentikan. Peluh telah membasahi tubuh Ardian, sedangkan Alia tak henti mengucapkan doa pada Yang Maha Esa. Jarak mobil telah sangat dekat, tidak ada harapan lagi. Mobil melesat dengan cepat hingga menabrak iblis itu sebelum akhirnya menabrak pembatas jalan dan terjun bebas ke arah jurang. Mobil berguling dan terbentur berbatuan tebing. Tubuh Ardian terimpit badan mobil, sedangkan Alia melindungi Cassie dengan mendekap tubuhnya dengan sangat erat seraya berharap agar putri kecilnya selamat. Mobil berhenti berguling tepat di dasar jurang, keadaan kendaraan roda empat itu sudah sangat parah, bagian-bagian mobil yang telah ringsek akibat benturan, sedangkan besi-besi tajam menghunjam tubuh Ardian yang berada di bagian depan. Bau anyir darah mulai tercium, tubuh Ardian tak lagi utuh, besi mobil berhasil mengoyak leher Ardian hingga hampir terputus dari tubuhnya, darah segar mengucur deras dari semua luka yang berhasil membuatnya mengakhiri kehidupan di dunia fana ini. Tubuhnya gak lagi bergerak, badannya lemas tak bertenaga, deru napas tak terdengar lagi dari Ardian, begitu punya jantung yang tak.lagi berdenyut. Menandakan bahwa Ardian telah tewas karena kecelakaan mobil yang menewaskan dirinya saat tengah berjuang menyelamatkan sang anak. Akan tetapi, perjuangannya telah berakhir karena Tuhan tak memberikan waktu tambahan baginya. Sementara itu, Alia yang berada di kursi belakang keadaannya tak jauh berbeda. Tubuh Alia bersimbah darah akibat serpihan kaca yang menancap di punggung dan kepala bagian belakangnya, darah segar tak henti mengucur dari kepala hingga tubuhnya bermandikan darah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD