EPISODE 4

1373 Words
Hari-hari yang sendu kini mulai aku lalui dengan sendirinya senja dan fajar terus saja bergilir menyapa, langkah yang tanpa semangat pun kini membimbingku di setiap jalan. Canda tawa ku hanya sesekali ku perlihatkan tidak seperti biasanya, yang selalu terlihat riang gembira kini layu. Resah yang aku alami sama sekali tidak ada yang mengerti, dimana waktu membawaku kepada sekolah yang kini mengadakan class meeting setelah ujian berakhir untuk meringankan kepala sejenak. Class meeting yang bertujuan untuk memperbaiki nilai-nilai yang kosong, kini aku mengambil kesempatan yang ada agar aku tidak kalah saing dengan teman-teman ku yang lain, dimana aku harus merebut nilai tertinggi. Tatkala dimana aku adalah orang yang sering mengerjakan tugas makalah atau kliping di warnet, membuat salah satu adik kelasku Dandi mendatangi ku yang merupakan teman Frengky juga. Awalnya yang berbicara adalah adik ku, kemudian dia menjelaskan tugasnya kepadaku dimana dia harus membuat kliping sebagai bahan pengisi nilainya yang kosong agar nilainya mencapai KKM, Melihat dari segi nilai akhirnya aku menyetujui hal itu, setidaknya saling tolong menolong tanpa sebuah imbalan. Usai kegiatan sekolah yang mungkin sedikit menghibur hati, aku sama sekali tidak mendapatkan kebahagiaan dimana sosok Frengky tidak aku dapati di sekolah karena tangannya yang masih belum sembuh. Langkah kaki membawa aku pulang, dan teringat akan permintaan pertolongan Dandi teman adikku. Ayolah mood ku sedang tidak bagus kali ini membuat aku memutuskan untuk tidak membuatkan tugasnya. Niat aku mencari kontak Dandi tertuju pada adikku namun, tidak dapat di hubungi saat itu. Akhirnya aku mencoba untuk menghubungi akun facebooknya, tidak juga online. Hingga pada akhirnya aku memutuskan untuk menghubungi Elsa untuk menanyakan kontak Dandi kepada Frengky alias sedikit modus. Dering handphoneku pun berbunyi dimana aku mendapatkan kontak Frengky dari sahabat ku Elsa, namun terdapat sedikit kesalahan dimana aku sudah klik save pada kontak tersebut namun ketika aku mencarinya di aplikasi w******p, aku tidak mendapati bahwa nomornya terdaftar di w******p. Berulang-ulang kali aku mencoba mendikte ulang nomor tersebut barang kali aku salah tekan, namun tidak ada kekeliruan pada nomor yang aku simpan hingga pada akhirnya aku menekan icon telepon dan mencoba menghubungi Frengky alhasil nomor Frengky tidak lagi aktif. Hati ini mulai bertanya-tanya, apa Elsa yang salah mengirimkan nomor padaku atau Frengky sudah ganti wa? "Tapi, tidak mungkin secepat itu" pikirku begitu Pertanyaan ku belum terjawab ketika aku memutuskan untuk kembali membuka aplikasi w******p ku dan mencoba menghubungi Elsa untuk mengirimkan ulang nomor Frengky, usai beberapa menit penantian lagi-lagi hp ku berdering dan memperlihatkan pesan masuk dari Elsa yang mengirim ulang kontak Frengky dengan cara meng-screenshoot nomor Frengky yang tertera di hp miliknya, setelah aku cek ulang ternyata terjadi kesalahan pada pemberian nomor yang pertama di mana Elsa salah ketik di bagian ujung nomor tersebut. Angka yang seharusnya dia tekan adalah tujuh malah yang di ketik angka sembilan yang tertera, entah jempolnya yang salah atau mata Elsa yang rabun. Waktu tidak aku buang percuma, aku segera menghubungi Frengky dengan cepat dengan modus yang di miliki agar dia save kontak ku. "Frengky, ini aku Yuri.apa kamu ada menyimpan kontak Dandi?" Tanya ku basa basi dengan pipi merona yang senyum-senyum sendiri menatap pesan singkat yang telah aku kirimkan ke Frengky. Tidak menunggu lama diapun langsung membalas pesan dari ku dan isinya pun mengatakan 'tidak ada' ayolah sesingkat ini kah pesan pertama yang aku alami, serasa suram dimana kepingan es menusuk hati tanpa henti. Kala itu aku berusaha untuk tidak mendapatkan balasan hening dan pada akhirnya dia merespon dengan sifat kepekaannya membuat jiwa ini meronta-ronta kegirangan di atas tempat tidur tiada henti. Belum lama aku mendapat respon yang hangat panggilan video pun masuk dan memperlihatkan nama Frengky yang tertera di layar hp, astaga betapa bahagianya aku berasa di gendong menaiki bukit dengan ribuan tangga. Ikon biru aku gulirkan ke atas dengan menandakan bahwa aku membalas video call tersebut, aku menyambutnya dengan senyuman hangat begitu juga dengan Frengky dia membalas senyum ku dengan menanyakan kabar dan lain sebagainya layaknya percakapan normal. Betapa kegirangannya aku mendapat video call dari Frengky, mengingat tangannya yang belum sembuh akupun mulai banyak bertanya, alhasil tangannya belum sembuh total karena keseleo yang amat parah di bagian siku kanan dengan sekujur luka yang lumayan parah menurut ku. Rasa ingin menjenguk kini meronta-ronta namun aku sama sekali tidak mengetahui arah jalan menuju rumah Frengky, hingga membuat aku mengakhiri video call tersebut. "Apa kamu tidak akan datang ke sekolah untuk mengambil raport mu?" Tanya ku begitu dengan sedikit sedih. "Besok aku ke sekolah sedikit siang, soalnya aku berangkat bersama Ardi" balasnya begitu dengan menaikkan bahagia ku yang kini lama tidak bertemu dengannya. Percakapan kamipun mulai mendalam, ya meski aku belum mengungkapkan perasaan ku setidaknya aku sudah bisa berbicara dan lebih dekat dengannya. Usai perbincangan kami terhenti, hal yang aku lakukan adalah menceritakannya kepada Lala, dengan penuh gembira serta tawa layaknya hanya aku yang memiliki kebahagiaan itu dengan melupakan bahwa ada perbedaan kuat diantara kami. Cerita ku di respon dengan baik oleh Lala, dia pun ikut kepo atas isi pesan wa kami, tanpa berpikir panjang aku pun memberikan kebebasan untuk Lala membacanya. Setelah membaca wa kami, Lala pun ikut tertawa karena aku memang gadis bar-bar jika mengenai tentang perasaan. Hari kini mulai sore, serta matahari pun mulai redup, kamipun mengakhiri percakapan kami dengan kesibukan masing-masing. Entah apa yang dia lakukan Frengky saat ini, aku lebih kerap memikirkan dia hingga mengganggu kegiatanku setiap aku ingin melakukan sesuatu. Tidak dapat aku jelaskan intinya aku sangat bahagia tidak dapat di ungkapkan dengan kata-kata, sangat sulit untuk di jelaskan. Esok aku akan bertemu dengannya, rasanya aku ingin memutar waktu dengan cepat hingga aku bisa bertemu dengan dia yang kini semakin menghantui diriku. Melihat langit yang sudah gelap di hiasi dengan ribuan bintang dan bulan purnama, aku duduk di teras rumahku dan menggantungkan kaki ku ke bawah sesekali mengayunkannya dengan rasa bosan dimana aku tidak mendapatkan pesan singkat darinya. Ayolah dimana dia, padahal WhatsAppnya online di sini. "Apa dia melupakan ku? Apa dia sudah mempunyai kekasih?" Batinku bertanya-tanya. Dengan sedikit modus, aku mulai post story di w******p agar mendapat komentar darinya yang berisikan 'Bulan tidak sendiri, karena sejuta bintang selalu setia menemaninya hingga matahari merenggut pemandangan indah mereka di malam hari'. Alhasil usaha ku pun membuahi hasil dimana dia orang pertama yang merespon story ku. "Selamat malam" ujarnya begitu membuat sudut bibir ku terangkat dan melihatkan cacat di ke dua sisi pipi ku membuatnya tampak sempurna. Melihat pesan masuk darinya tentu saja aku membalasnya dengan cepat, namun disini aku masih menghubungi orang luar negeri yang berasal dari India sebut saja dia Akshay. Namun kehadiran Frengky membuat ku lupa akan teman lama ku, ya tidak masalah karna dia juga hanya teman dumay, yang tidak akan pernah bertemu meski aku sudah merasa nyaman kepadanya dan pernah jatuh cinta kepadanya. Purnama kini tampak lebih bersinar dari sebelumnya, senyumnya tampak lebih sempurna, tawanya memadukan malam menjadi indah tentu saja gadis yang sedang jatuh cinta itu sedang menghayati pesan singkat dari pemuda yang ia cintai selama ini. Tinggal menunggu hari esok sambil mengatakan "Frengky aku merindukanmu, cepat pulih ya" ucapku begitu tidak lupa dengan emot Kiss love yang aku selipkan di akhir pesan. Akupun mendapatkan balasan hangat dari dia, dan merasa bahwa aku masih ada harapan untuk bersamanya meski dalam waktu yang begitu sebentar karena semua batasan memang terlihat jelas di depan mata. 'Frengky, rasa ini semakin dalam. Ingin rasanya aku mengungkapkan isi hati ku sekarang, tidak peduli balasan darimu' batinku menatap bulan dan kembali masuk kedalam rumah menuju kamar merebahkan diri dengan tujuan untuk memejamkan mata menyambut hari esok. "Yuri, apa kamu sudah mengantuk?" Tanyanya begitu. "Belum" jawab ku singkat. Ayolah aku sering tidur larut jika lawan bicaraku adalah Akshay, karena perbedaan waktu Indonesia dan India yang sedikit berbeda. "Ini sudah jam sembilan malam, tidurlah. Besok kita akan bertemu, dan juga jaga kesehatan mu. Tidurlah" balasnya begitu membuatku menurutinya sembari menarik selimutku yang tebal untuk menghangati tubuhku yang merasa sedikit dingin karena hembusan angin malam yang sedikit demi sedikit menembus celah-celah dinding kamarku. Malam itu sebelum kami tidur kami mulai mengucapkan perpisahan sementara, dengan pesan hangat yang kini semakin membuatku semakin nyaman dengannya. Esok akan tiba dengan waktu yang berputar sangat cepat bila aku tidur dengan cepat menenggelamkan kesadaran ku menuju mimpi indah dengan harapan dalam mimpi pun tetap bertemu dengannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD