EPISODE 2

1358 Words
Ya cerita yang lebih ke tempat sekolah, keramaian, berisik bahkan pembullyan sudah menjadi bumbu pelengkap di sekolahku. Singkat cerita dimana hari yang begitu menguras otak, dimana ujian tengah semester pun menghampiri setiap kelas. Mulai berpisah dengan para sahabat, pisah ruangan dan bercampur aduk dengan adik-adik kelas. Oh iya disini aku sudah menginjak kelas dua belas, tinggal menghitung waktu aku akan meninggalkan sekolah and say *good bye*. Hari pertama ujian, kecurangan pun sudah terjadi dimana-mana, akal licik para murid nakal untuk menyontek itu sudah menjadi aksi kebiasaan mereka, dan paling curang lagi adalah mati-matian menyembunyikan hp agar bisa mencari jawaban ulangan di mbah google yang super duper pintar. Hahaaaa jangan di ikuti ya akal yang tidak sehatnya. Tidak menunggu waktu lama aku menyelesaikan soal yang menurutku tidak sulit atau pun mudah. Berhubungan pulang sedikit awal, aku berencana pulang sekolah akan pergi ke rumah si pendek Thoshong bersama yang lainnya. Tidak lupa dengan Vinny dan Devi ikut serta juga. Devi adalah adik kelas aku yang sekarang tinggal bersama Thoshong. Sudah menjadi biasa kami kumpul bersama di rumah Thoshong sembari membuat makanan atau apa lah itu intinya menyenangkan dengan beradu argument yang memiliki bentrokan cara memasak, dan lebih parah lagi saat itu hujan, hujannya tidak seperti biasa melainkan hujan panas, kalian taukan hujan panas? Yaaa semacam yang kalian pikirkan sih. Suku kami atau daerah kami menyebutnya dengan hujan yang tidak baik dimana makhluk-makhluk dunia lain yang akan mengancam hidup kita jika kita salah ucapan, perbuatan, perilaku, atau terlalu bersenang ria selama hujan itu berlanjut. Waktu yang terus saja bergulir, hingga masakan kamipun selesai siap saji dan siap untuk di santap. Hmmmm yummy, gerengan, sambel dan es teh menjadi minuman segar dengan ongkos yang tidak terlalu mahal dan tidak menguras kantong celana. Lezat sih hasil masakan yang bercampur aduk dengan orang yang tidak pandai masak, hahaaaa. Diantara kami Diah dan Elsa itu tidak bisa masak, sementara aku dan Sesil selalu beradu argument tentang penyedap rasa bisa di sebut dengan micin, dimana Sesil tidak menyukai makanan yang di campur dengan penyedap rasa itu meski sedikit saja. Melihat makanan yang sudah berada di depan mata, kamipun mulai menyantapnya dan rasanya mendapatkan komplen dari sang lidah karena rasanya tidak enak diakibatkan tidak ada campuran penyedap rasa. Meski rasanya asin, atau tidak begitu sedap, kami tentu saja melahapnya dengan lahap dengan penuh rasa kelaparan di perut. Usai semua itu berlalu kami pun merasa lelah dan beristirahat sejenak di kamar Thoshong dan Devi sembari menonton YouTube film horor di hujan panas dengan kondisi kamar itu sangat gelap karena hari yang sudah semakin sore. Suasana hujan, bahkan kamar yang kami tempati sama sekali tidak ada masuk cahaya dari luar yang mendukung suasana saat menonton film hantu. Rasa membosankan pun mulai terasa oleh ku, perlahan aku mulai menjahili teman-temanku hingga kami melakukan aksi gila bersama. Ya semacam anak gadis gila, teriak-teriak, bernyanyi hingga tertawa. Aksi gila benar-benar gila yang belum pernah kami lakukan padahal di luar sana sedang berlangsungnya hujan yang berbahaya, hingga kami hanyut dan melupakan semua itu. Kelelahan pun mulai melanda, keringat dan bahkan bau keringat menjadi satu, hingga kami memutuskan untuk pulang kerumah, dengan rasa penat yang ada. Tidak tau kenapa sesampai di rumah adikku Lala merasakan sakit di bagian kepala, ayolah keberuntungan ada di tangan kami dimana besok adalah hari libur. Bukan hanya itu, beberapa pertanyaan pun keluar dari bibir mama dan kakak ku "dari mana saja kalian?" tanya mereka yang membuatku sedikit risih, ayolah akupun menjelaskannya kepada mereka kecuali aksi gila kami saat menjahili satu sama lain. Waktu yang begitu cepat berlalu, dimana malam hari aku terus saja menatap langit-langit kamarku dengan warna dinding hijau avocado yang membuat ku betah. Bayangan seorang pemuda pun mulai terlintas, dimana aku mulai mengingat seorang pemuda yang sudah satu tahun lebih lamanya mengaguminya dalam diam. Bayangannya terus saja menghantuiku dan membuatku seperti orang gila yang tersenyum tiada hentinya. Mengingat waktu yang sudah semakin larut, aku peluk dengan seksama bantal yang berada di depanku. Posisi tidur ku dipenuhi bantal dimana membuat kenyamanan bagaimanapun posisi tidurku. Percayalah rasa kagumku semakin dalam hingga aku terperangkap dalam rasa cinta yaaaa tanpa komunikasi via handphone, kecuali berkomunikasi melalui mimpi yang indah. Hanyut dalam pikiran yang membuatku semakin ingin tidur lama memimpikan dia dengan suasana indah yang membuatku tidak ingin bangun dari tidur. "selamat malam Frengky" ucapku begitu dalam hati dan mulai memejamkan mata yang sudah terasa berat. Cuaca malam terus saja menyelimuti bumi, dengan waktu yang begitu singkat, dimana suara jangkrik dan binatang malam lainnya telah lenyap seketika karena sang mentari telah muncul dari ufuknya dengan sinar kuning kemerahan. Aktifitas pagi yaaa di lakukan seperti biasanya memasak untuk sarapan di bantu oleh ibu dan kakak ku. Masakan yang sedari tadi aku iris, tumis, hingga digoreng pun sudah mulai kami hidangkan untuk siap di santap, namun mengingat begitu jelas dengan keluhan adik ku Lala dia merasakan sakit kepala yang amat sakit. Hal itu membuatnya bangun sedikit siang dari biasanya. Bunyi ciri khas dari sarapan pun mulai terdengar, kami sarapan kali ini tanpa adik ku lala. Baru hitungan beberapa suapan tiba-tiba saja kami di kejutkan oleh teriakan yang amat kencang berasal dari kamar yang tidak lain itu suara adik perempuanku Lala. Mendengar teriakan itu, kami semua pun mendatanginya dan mencoba memeriksa apa yang terjadi padanya, sempat bingung karna adikku tidak menyadari bahwa dia sedang teriak sembari menangis seakan-akan dirinya di kendalikan oleh sesuatu seperti kerasukan. Melihat kondisi adikku yang tidak henti-hentinya teriak, kamipun mulai membaca-bacakan ayat-ayat agar dia tenang. Usai tubuh yang gemetar adikku pun diam dan berhenti teriak. Ribuan pertanyaan kini terlontar kearah ku dari mereka, apa yang terjadi dan kemana saja kami kemarin. Tentu saja aku menceritakan apa yang ku lakukan bersama temanku di rumah Thoshong namun tak sedetail yang kami lakukan di sana. Waktu terus saja berlalu, namun kejadian pagi lalu membuat adikku sakit bahkan ikut membuatku sakit di waktu yang sama hingga di hari esoknya kami berdua tak mengikuti Ujian tengah semester. Hari kelanjutan ujian, dimana ku terbaring tak memiliki tenaga, menatap tangan yang tak mampu di gerakan. Membuat pesan suara ke semua teman bahwa aku tidak dapat masuk. Sempat terkejut dan menjadi tanda tanya, mengapa bisa? Apakah sakit separah itu hingga tidak dapat mengikuti ujian? Waktu demi waktu ku lalui hingga berada di tengah-tengah teriknya matahari yang membawa jeritan dari luar rumah dimana para sahabatku datang menjenguk. Sedih, terharu mereka datang dengan membawakan bingkisan jajanan di luar sembari menanyakan apa yang terjadi, entah lah mau cerita saja bingung dengan apa yang terjadi hingga merenggut tawa kami dengan sekejap mata hingga berderai air mata tiada hentinya. Elsa yang terkenal blak-blakan saat bercerita, mengatakan apa yang sedikit tidak masuk akal, membuatku sedikit jengkel dan ingin memukulnya. "Yuri memang terlihat aneh kemarin, serasa di rasuki makhluk halus" ujarnya begitu membuatku sedikit jengkel dan ingin memberikannya sebuah pukulan yang mungkin akan di kenangnya sepanjang masa agar tidak lagi mengatakan hal-hal yang aneh. Tentu saja aku membalasnya dengan cepat dan mengelak dengan semacam alasan yang menghindari penyataan yang baru saja dia katakan hingga mengundang kepalaku panas. Setiap kata mulai terhubung satu sama lain, tempat yang menjadi pakar aksi gila kami kemarin, teriak tidak tentu arah di saat hujan panas membawa nasib kemalangan pada adikku. Thoshong hampir meneteskan air mata sejak tadi melihat nasib adik ku karena dia merasa bersalah akan kejadian yang menimpa adikku. Pertemuan siang itu di akhiri ketika waktu sudah semakin sore, satu persatu dari mereka pulang, bahkan percayalah aku belum mandi sejak pagi karna tubuh yang terasa berat dan lelah. Lelah yang ku alami tidak setara dengan sakit yang adik ku rasakan, bahkan kami belum saja tau adik ku kenapa? Apa yang terjadi padanya? sempat dia juga kerasukan dan tubuhnya di kendalikan oleh makhluk gaib. Begitu banyak yang telah aku dan keluargaku lakukan namun tidak kunjung berhasil. Kata menyesal mungkin sudah tidak bisa di ucapkan, karna semuanya sudah terjadi bahkan hati ini sudah menangis tiada hentinya. Hari esok hari selasa dimana aku harus kembali membangun semangat ku untuk sekolah, dan pergi sendirian dengan penyesalan atas kejadian menimpa adikku Lala. Wajah murung kini melengkapi wajahku yang biasa terlihat ceria dan tersenyum setiap berselisih dengan yang lainnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD