Dadaku bergemuruh kesal, sedih dan bingung. Antara percaya dan tak percaya. Aku benar-benar tak menyangka jika dia sebegitu tega padaku. Padahal selama ini aku sudah banyak berkorban dan mengalah, tapi tetap saja selalu salah di matanya. "Apalagi bulan ini suamiku udah nggak kerja, Mir. Dia kena PHK massal, bangkrut kali itu pabrik tempatnya kerja. Makin pusinglah aku. Sekarang aku coba cari pekerjaan lain, kerja di laundry-an gitu. Sehari cuma lima puluh ribu. Masih mendinglah bisa buat bayar bank keliling tiap kamis sama sabtu. Kalau misal Ningrum sekeluarga balik ke Jakarta kan lumayan, dapet transferan tiap bulan. Nggak mungkin ibu ikut ke sana soalnya. Nggak akan mau," ucap Mbak Sinta panjang lebar. Ya Allah Mbak Sinta. Kenapa dia bisa begitu membenciku? Bahkan sampai tega memfitnah

