"Mas Huda kenapa, Mbak?" tanyaku agak gemetar saat Mbak Sinta yang masih bicara dengan suaminya via telpon. Mbak Sinta menoleh ke arahku lalu mematikan ponselnya. "Kenapa, Mbak?" tanyaku lagi dengan d**a berdebar. Apa sebenarnya yang terjadi dengan Mas Hudaku. "Huda kecopetan, Rum," ucap Mbak Sinta singkat. "Innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Kecopetan di mana, Mbak? Dia pamit mau ke bengkel doang, modif vespany." "Di daerah Rawamangun. Bukannya itu daerah yang terkenal banyak premannya, ya, Mil?" Mbak Sinta bertanya pada Mila yang masih serius mendengarkan obrolan kami. "Iya. Perkampungan agak kumuh gitu, Mbak. Banyak preman, pengemis, pemulung dan lainnya di daerah itu. Ngapain Mas Huda ke sana coba? Cari perkara aja," jawab Mila bingung. "Aku juga nggak tahu, Mil. Jangan-jangan

