Ancaman

1807 Words

Dua hari berada di klinik, aku diperbolehkan pulang. Memar masih cukup ketara di sana-sini. Tak apalah, yang penting aku sudah pulang. Aku cukup rindu dengan kamar sederhana ini. Kamar dengan dinding kayu mahoni dan dan lantai semen tanpa keramik. Rumah masa kecilku yang sarat kenangan ini tak mungkin bisa kulupakan. Aku hidup di sini hampir seperlima abad lamanya. Tak mungkin begitu mudah kulupakan meski sudah memiliki rumah yang mungkin jauh lebih nyaman. Mas Huda memapahku dari halaman menuju kamar, lalu merebahkannya di ranjang. Aroma ruangan ini masih sama. Jendela terbuka lebar, pohon mangga dengan buah yang hampir masak pun terlihat dari atas ranjang. "Mas belum paham maksud ucapanmu kemarin loh, Sayang." "Soal apa, Mas?" "Soal ucapanmu itu, yang bilang bukan terlahir dari rah

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD