RINDU

1263 Words
Dipandanginya wajah wanita yang masih terlelap di tempat tidur. Satu persatu nafasnya keluar masuk dengan teratur. Terdengar sangat menenangkan bagi Rayhan. "Kau masih secantik saat pertama aku melihatmu." Rayhan mengelus rambut Mia perlahan dan sangat lembut. Lelaki itu sangat bersyukur cinta yang sedari dulu sangat dia inginkan di dalam hidup, kini menjadi istrinya. Rayhan merapatkan tubuhnya ke atas tubuh Mia yang sedang tidur dengan posisi tengkurap. Diciuminya setiap inci wajah istrinya. "Aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu Mia. Kaulah cintaku satu-satunya. Kaulah cinta sejatiku." Rayhan terus menerus menghujani wajah Mia dengan kecupan yang tiada henti. Mia tersenyum bahagia. Di pagi hari, sebelum dia membuka mata. Suaminya telah menghujani dirinya dengan ekspresi cinta yang menggembirakan. Mia menyusupkan tangan ke belakang kepala Rayhan dan membelainya dengan lembut. Meskipun ia belum membuka mata, namun Mia seakan telah melihat raut wajah suaminya yang selalu melihat dirinya dengan tatapan penuh cinta. "Apakah kau mencintaiku Sayang? apakah kau pun mencintaiku?" Rayhan menyusuri punggung Mia dengan bibirnya. "Tentu saja, aku sangat mencintaimu." Mia menggigit pelan bibirnya. Kecupan bibir Rayhan di punggungnya terasa sangat 'menyenangkan' bagi Mia. Sesekali desahan pelan lolos dari bibirnya. Mia mencengkeram kuat bantal di bawah kepalanya. Rayhan tersenyum melihat bagaimana tubuh Mia bereaksi. Rayhan menyentuh lengan Mia. Dia dapat merasakan seluruh tubuh istrinya meremang. "Sayang..., apakah sudah selesai?" Rayhan berbisik pelan seraya memberikan kecupan lembut di tengguk Mia. "Aah.., belum.. kau harus bersabar, ini baru satu bulan." Napas Mia terasa menyesak. "Sampai kapan? Sudah lama sekali." Tangan Rayhan menyusup ke bawah tubuh Mia. Dia memeluk Istrinya sangat erat. "Mungkin empat hari... " Mia memejamkan matanya lebih rapat. "Lama sekali, boleh aku melihatnya? Mungkin kau berbohong untuk menghindariku." Tangan Rayhan perlahan menuruni perut Mia dan terus bergerak ke bawah. Dengan sigap Mia segera menahan tangan Rayhan. Mia membalikkan tubuhnya. Wajah mereka saling berhadapan, sangat dekat. Rayhan berada di atas tubuh Mia. "Jangan Sayang, belum selesai. Aku tidak berbohong kepadamu. Aku pun sangat menginginkanmu." Mia memberikan kecupan ringan pada bibir Rayhan. "Lakukanlah dengan 'cara lain' Sayang, aku tidak sanggup menahannya lebih lama lagi." Rayhan menjelajahi leher dan d**a Mia dengan bibirnya. "Stop Sayang...! Kau harus behenti. Baiklah aku akan melakukan 'cara lain' untukmu. Tapi tolong hentikan! Kau menyiksaku." Mia bergumam agar Rayhan menghentikan cumbuan brutalnya. Namun tubuhnya justru menginginkan yang lebih. "Kau tidak berhak melarangku!" Rayhan semakin melancarkan aksinya. Mia mengenggam erat sprei di bawah telapak tangannya. "Sayang," Mia menyentuh kepala Rayhan dengan lembut. "Ah..!!" Rayhan mendesah kasar, "suaramu terlalu keras Mia." Rayhan terpaksa menghentikan aksinya. Mia memalingkan wajahnya ke arah bayi kembar yang berbaring di sisinya. Salah satu dari mereka terbangun meminta s**u. Mia tersenyum, "Pergilah..!" ujarnya sembari menyurungkan dadanya yang telah terbuka kepada bayi mereka. Mia memejamkan kedua matanya kembali. Mencari kenyamanan saat memberikan ASI kepada Hasan. "Tidak... aku tidak akan pergi." Rayhan kembali berbaring di sisi Mia. "Pergilah.., sebentar lagi pagi. Sebelum Aidan masuk ke sini." Mia sedikit berbisik. Dia tidak ingin membangunkan Hasan dan Husein yang sedang terlelap. "Mia.., biarkan mereka tidur di dalam box bayi. Sampai kapan kita tidur terpisah seperti ini?" Rayhan menggerutu. "Sampai mereka berdua berhenti minum ASI." Mia menjawab Rayhan pelan dan lirih. "A..pa? Jadi dua tahun kita tidur terpisah? Aah.! Aku tidak mau." Rayhan terus bersungut-sungut. "Mia.., ayolah sekarang...! Bukannya kau sebelumnya berjanji akan memakai 'cara lain'?" "Mia.." Ruangan itu hening tidak ada suara. Mia kembali tertidur lelap. "Uhm.. kau memang menghindariku," Rayhan tersenyum, "kali ini aku tidak akan mengampunimu." Rayhan bergumam. Dia kembali menjelajahi punggung Mia yang membelakanginya. Dari bibir Mia kembali terdengar nada yang khas. "Pelankan suaramu Sayang.." Rayhan berbisik pelan. Mia membalikkan tubuhnya menghadap Rayhan. Dia memeluk suaminya dengan erat. Tubuhnya gemetar. Mia menjelajahi leher dan d**a suaminya dengan kecupan. Mereka saling memeluk, mengecup dan mengecap. Sesekali mengigit pelan. Saling memberikan sentuhan hingga mereka berdua terpuaskan. *** Mia melambaikan tangannya kepada Rayhan dan Aidan yang menjauh menaiki mobil. Rayhan pergi mengantarkan Aidan ke sekolah. Mia kembali berkutat pada kesibukannya, mengurus Hasan dan Husein. Bayi kembar mereka telah berusia sebulan. Kedua bayi itu sangat tampan. Tentu saja mereka memiliki rambut yang sama dengan kedua orang tuanya. Mia teramat ingin kembali bekerja di GVS, namun bayi mereka masih terlalu kecil. Mia memilih mengurus mereka seorang diri. Sebenarnya Rayhan telah menawarkan baby sitter untuk membantu Mia, namun dia menolaknya. Mia beralasan, dia masih mampu mengurus mereka berdua saat ini. Sejak Mia melahirkan, dia memilih tidur secara terpisah dari Rayhan. Mia tidur bersama kedua bayinya. Rayhan telah menolak permintaan itu mentah-mentah. Namun Mia berkata, akan sangat melelahkan baginya jika tidur secara terpisah dari anak mereka, karena dia harus bangun dari tempat tidur untuk mengangkat mereka ketika kedua bayi mungil itu meminta s**u. Ketika Hasan dan Husien kembali terlelap di pagi hari setelah mereka dimandikan dan diberi ASI. Mia kembali tidur sekejap untuk menawar rasa lelah dan kantuk akibat dari tidur malam yang kurang nyenyak. Bayi mereka sering terbangun dan terjaga saat malam hari. Mia masih terlena dalam lelapnya. Dia tersenyum simpul saat merasakan ada sesuatu yang hangat menyentuh tubuhnya. Tentu saja Mia tahu itu adalah suaminya. Mia membuka kedua matanya perlahan. Dia melihat Rayhan sedang mengecup kedua pahanya. "Mau lagi Sayang?" Mia mengelus kepala Rayhan dengan lembut. Suaminya itu masih sibuk memberi kecupan. "Mau..., tapi yang ini.." "Jika yang itu, maka kau harus bersabar." Mia tersenyum. Rayhan tersenyum. Dia hanya mengoda Mia. Dia kesepian jika pulang ke rumah dan Mia sedang tidur. Namun dia tidak sampai hati jika harus membangunkan istrinya. Maka Rayhan membangunkannya dengan cara seperti itu. Cara yang selalu Rayhan lakukan, membangunkan istrinya dengan cara yang memabukkan. Rayhan merebahkan dirinya di sisi Mia. Dia menyentuh wajah Mia yang terlihat lelah. "Mia.., mereka berdua masih sering begadang di malam hari?" dia menanyakan tentang si kembar. "Tidak juga. Jika terbangun, saat kususui mereka kembali tidur. Tidak seperti sebelumnya." Mia memandangi wajah Rayhan. Lelaki yang begitu mencintainya meskipun dalam diam. Mia sangat bersyukur saat ini dia dikelilingi orang-orang yang sangat mencintainya. "Kau yakin ingin mengurus mereka seorang diri?" "Kurasa saat ini aku masih mampu. Tapi nanti aku akan membutuhkan seseorang untuk membantu menjaga mereka." "Hum.. baiklah," Rayhan mengangguk. "Mia.." dia melihat istrinya itu hampir tertidur lagi. "Mia..!!" Rayhan mengguncang lengan istrinya. "Hum.." Mia bergumam malas. "Sayang... jangan tidur lagi, aku kesepian. Kaulah obat kebosananku, kaulah obat kelelahanku. Ayolaaaah!" Rayhan menarik tangan Mia, memaksanya beranjak dari tempat tidur. "Hum..," Mia membuka matanya, "baiklah.., mari kita membuat kopi." Mia beranjak dari tempat tidur. Mereka berjalan beriringan menuju pantry. Pantry yang sama lebih dari tiga tahun yang lalu, saat Mia pertama kali melangkah masuk ke dalam rumah ini. Sesampainya di pantry, Mia membuat dua cangkir kopi panas. Harum aromanya menyeruak ke seluruh ruangan. Rayhan tersenyum menyambut kopi pemberian Mia. "Mia.., kau tau.., tiap cangkir kopi yang kunikmati mengingatkanku kepadamu." Rayhan menyesap kopinya perlahan. "Benarkah? Bagaimana bisa?" Mia duduk di sisi suaminya. "Kau ingat saat kita di pantai? Kita menikmati kopi sore itu di beranda villa, dan kau bertanya bukankah seharusnya aku membawakan wine. Kau ingat? Jangan bilang kau lupa!" "Yang mana?" Mia mengkerutkan keningnya. "Kau tidak menyimpan kenangan indah kita?" d**a Rayhan terasa sesak. "Iya.. aku ingat.. kau meninggalkan aku saat tidur." Mia tersenyum. "Iya..," Rayhan mengangguk. "Sejak saat itu setiap cangkir kopi adalah dirimu. Sejak saat itu setiap aku minum kopi, aku akan mengingatmu." Rayhan memandangi Mia penuh cinta. "Begitu? 13 tahun ini?" "Iya, hingga saat ini pun. Saat kau telah menjadi istriku. Secangkir kopi tetap menarikku pada saat-saat itu. Aku sangat mencintaimu Mia. Tidak pernah berubah sedikit pun." Mata Rayhan memerah. "Jangan pernah tinggalkan aku. Jangan pernah ucapkan kata berpisah kepadaku. Kau mengerti?!" Rayhan meraih Mia ke dalam pelukannya. "Aku pun sangat mencintaimu Rayhan.." Mia mengusap pungung suaminya, serta mengecup pipi dan bibir Rayhan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD