Prolog

447 Words
   Sosok lelaki bersuara dalam dan berat yang duduk santai dengan jubah tidur mewahnya tengah berbicara lewat saluran telpon. "Jika dia tidak bisa melakukannya dengan benar, maka buang saja! Masih banyak orang yang menginginkan pekerjaan ini." Entah itu sebuah perintah atau bentuk ancaman, tetap saja terdengar menakutkan bagi lawan bicaranya. "Lima hari dari sekarang. Lebih dari itu, kau yang akan bertanggung jawab atas kesalahannya," tegasnya lagi sesaat sebelum telpon dimatikan. Dengan langkah tegap, pemilik bahu lebar tersebut berjalan menuju balkon. Di mana di sana terdapat seorang wanita yang berdiri memandangi langit malam bertebar bintang. Keindahan yang mulai langka dan terlalu sayang untuk dilewatkan. Tubuh molek nan langsing itu berbalut night robe merah yang membuatnya semakin terlihat seksi dengan cangkir yang mengepul di tangannya. "Ini sudah malam, Honey. Kau bisa sakit dan masuk angin jika terlalu lama berdiri di sini," tuturnya lembut, menyelimuti tubuh tersebut dengan jubah miliknya. Sangat berbanding terbalik dengan nada sangar ketika berbicara dengan si penelpon sebelumnya. "Aku hanya memandangi langit. Polusi di Jakarta tidak mungkin menyajikan gemerlap bintang seperti ini." "Tapi ini tidak baik untuk kesehatanmu dan aku tidak mau ada yang memandangi tubuhmu bila kau berdiri di sini dengan pakaian seperti ini." Wanita itu terkekeh "Kenapa? Bukan kah kau bilang area hotel ini milikmu? Kau bahkan mengosongkan satu lantai hanya untuk kita. Itu artinya tidak akan ada yang berani mengintip tubuhku bukan?" "Celine, aku tidak akan bercanda." Pria tersebut mengancangkan pelukannya di pinggang ramping Celine. Menebar ancaman dengan bisikan yang terdengar s*****l. "Jika kau berani keluar dengan pakaian terbuka lagi, aku bisa saja membakar semua pakaianmu itu. Harus kau ingat...." Ucapan lelaki itu terhenti sejenak saat ia menurunkan tali tipis dari bahu mulus Celine untuk kemudian dicumbuinya. "Kau milikku sekarang! Tidak ada yang boleh melihat tubuhmu selain aku." Celine mendadak merasakan aliran listrik menyengat seakan menyebar ke setiap sel di tubuhnya. Terlebih ketika tangan besar pria ini mulai menyelinap ke balik gaun tidur. Ia pun berusaha protes, "Hentikan, Bee! Itu membuatku--" "Menginginkanku? Aku tahu. Karena memang aku juga menginginkanmu. Jangan menolak! Cukup nikmati saja." Si pria memotong ucapan Celine dengan berbisik menggoda di telinganya. Celine semakin tidak tahan, ia berbalik untuk mencekal tangan Si pria agar tidak menjelajah lebih dalam. "Aku masih tidak percaya dengan hubungan kita. Setelah semua yang sudah kita lalui" Pria itu menempelkan kening mereka, tangan besar nan kokoh menangkupnya. "Aku juga, tapi itu sudah tak penting. Karena sekarang kau benar-benar milikku seutuhnya, dan saat ini aku sangat mengingkanmu." Tidak dapat dipungkiri, hati Celine menghangat atas semua cinta serta perlakuan pria di hadapannya, pria yang ia cintai dan mencintainya. Tanpa menunggu lama, sang pria pun melumat bibir Celine dengan liar dan tak tertahan sebelum kemudian dengan mudah mengangkat wanita itu memasuki kamar mereka. ___________________________________ To be continue.. Thank you for reading  Dont forget tap love & coment   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD