Chapter 2 : Kode Dari Mama

1488 Words
Pagi hari yang indah dimana cuaca masih cukup dingin dan matahari belum sepenuhnya menampakkan diri membuat Jessica masih memanjakan diri di dalam selimut tebalnya. Tubuhnya memeluk erat guling kesayangannya dan ia masih enggan untuk sekedar membuka mata. Karena hari ini adalah Hari Minggu, maka ia memutuskan untuk bangun lebih siang. Lain halnya dengan Mama Jessica yang sedari pagi telah menyibukkan dirinya dengan menyirami tanaman di teras depan rumah, menyapu dan mengepel lantai rumah serta membuat sarapan pagi untuk seluruh keluarga. Mama Jessica berpikir bahwa seorang anak gadis sudah seharusnya bangun lebih awal dan membantu dirinya melakukan pekerjaan rumah. Maka dari itu, Mama Jessica memutuskan untuk membangunkan Jessica dan memintanya untuk membantu melakukan pekerjaan rumah. Kamar tidur Jessica terletak di lantai dua yang bersebelahan dengan kamar tidur adik laki-lakinya yang bernama Samuel, atau yang dikenal dengan nama Sam. Sementara kamar tidur orang tuanya terletak di lantai satu yang bersebelahan dengan ruang keluarga.  Jessica merupakan anak pertama dari dua bersaudara, dan adik laki-lakinya masih berstatus seorang mahasiswa di sebuah perguruan tinggi swasta di Kota Bandung. Dan saat ini, adiknya berada di tingkat akhir perkuliahan dan sedang menyusun skripsi. Umur Jessica dengan adiknya tidaklah terpaut jauh, mereka hanya terpaut tiga tahun. Setelah Mama Jessica berada di depan pintu kamar anak gadisnya, dia pun langsung mengetuk pintu dan memanggil namanya dengan sedikit nada manja. “Jess sayang, ayo bangun. Sudah pagi ini, gak baik anak gadis bangun kesiangan. Ayo kita sarapan pagi bersama.” Sementara itu di dalam kamar, Jessica yang masih meringkuk di bawah selimut sedikit demi sedikit mulai membuka matanya dan menjawab sang mama dengan suara yang masih terdengar lemas. “Ya mom, aku keluar sebentar lagi.” Kemudian, sang mama pergi meninggalkan kamar Jessica dan berdiri di depan kamar Samuel. “Sam, anak mama yang ganteng. Bangun sayang, ayo kita sarapan bersama.” Rupanya pagi itu, Samuel telah terlebih dahulu bangun dan sedang bersantai di atas tempat tidurnya, sembari memainkan game online di dalam handphonenya. “Ya, mom. Sam keluar sekarang.” Lalu, untuk yang terakhir Mama Jessica turun ke lantai satu dan masuk ke dalam kamar tidurnya untuk membangunkan Papa Jessica. Tidak lama kemudian, Sam, papa dan Mama Jessica keluar dari kamar tidur mereka masing-masing dan menuju ke ruang makan keluarga. Setelah mereka bertiga duduk di meja makan, tidak lama kemudian, Jessica turun ke lantai satu dan mengambil tempat duduk di sebelah Samuel. Menu sarapan pagi itu adalah telur mata sapi, roti bakar dan jus jeruk. Keempatnya makan dengan lahap, terutama Jessica yang memang kelaparan setelah menahan lapar semalaman. “Jess, mom mau bicara sesuatu dengan kamu.” “Ya, mom. Ada apa?” tanya Jessica penasaran. Mata Jessica menatap lekat wajah mamanya yang sedang mengoleskan selai ke atas rotinya. “Kamu sudah berumur dua puluh lima tahun. Mom pikir saatnya bagi kamu untuk mulai menjalin hubungan yang serius hingga ke jenjang pernikahan. Apa kamu tidak iri melhat teman-temanmu yang telah menikah? Ditambah mom juga pingin seperti mom yang lain menggendong cucu gitu,” ucap sang mama sambil membalas tatapan Jessica. Samuel dan sang papa hanya terdiam dan menyimak perbincangan antara sang mama dengan Jessica, sambil sesekali melirik ke arah keduanya. Mereka sangat memahami watak Jessica yang tidak senang jika sang mama mulai mempertanyakan status lajangnya dan memintanya untuk memikirkan sebuah hubungan apalagi dengan menyebut kata “pernikahan”. “Ya, mom. Aku tahu, aku akan memikirkan masalah ini baik-baik,” jawab Jessica singkat tanpa berpikir lama dan tampak lebih tenang. Semua orang yang berada di ruang makan menjadi terheran-heran dibuatnya. Tidak biasanya Jessica menanggapi permintaan menikah sang mama dengan begitu santai dan tanpa emosi yang meledak-ledak. Hal ini membuat sang papa dan Samuel berhenti mengunyah makanan mereka dan menatap Jessica dengan tatapan serius seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar. “Pap, anak kita akhirnya berubah pikiran. Oh Tuhan, sebentar lagi tiba saatnya mom punya menantu, lalu setelah itu cucu yang lucu ha ... ha ... ha ...” tawa sang mama yang diikuti helaan napas panjang dan gelengan kepala dari sang papa. “Jangan berpikir berlebihan sayang. Punya pacar saja belum, masa kamu sudah memikirkan menantu dan cucu. Jodohnya Jessica saja belum ada.” Papa Jessica kembali menghela napas panjang sembari kembali mengunyah makanannya. “Kak, kamu gak apa-apa khan? Tumben pagi ini kamu berbeda dari biasanya?” tanya Samuel penasaran sambil memandangi wajah sang kakak dengan tatapan penuh tanda tanya. “Gak apa-apa kok. Emang aneh kalau aku mulai berpikir untuk masa depan? Enggak khan? Mom, jam sebelas, aku mau pergi bareng yang lain, biasa nge-mall,” ucap Jessica sambil meminum jusnya dengan tergesa. “Oke kamu boleh pergi, tapi pulang bawa pacarmu kemari dan kenalin sama mom dan papamu,” jawab sang mama yang diikuti tatapan keheranan dari Samuel dan sang papa. “Astaga mom, aku itu nge-mall dan bukan ke ajang pencarian jodoh. Dah ya, aku mau siap-siap dulu.” Lalu, dengan tergesa Jessica langsung pergi dari ruang makan dan kembali ke kamar tidurnya, membuat semua orang yang masih duduk di meja makan terbengong dibuatnya. Sesampainya di dalam kamar, Jessica langsung meraih handphonenya dan berbaring di atas tempat tidur. Setelah handphonenya menyala dia mulai memeriksa percakapan dalam Group w******p Official Platform A. Rupanya pagi itu, Gavin telah terlebih dulu online dan sedang berbincang dengan seorang wanita yang bernama Monica. Monica atau yang dikenal dengan nama Ica adalah seorang mahasiswi salah satu perguruan tinggi swasta di Kota Jakarta. Dia berumur dua puluh dua tahun, dan dia ikut bergabung dengan Platform A sebagai penerjemah. Setelah bertemu dengan Gavin, Monica jatuh cinta dan menjadi terobsesi kepada Gavin meski keduanya hanya bertemu di dunia maya. (Isi percakapan di dalam Group w******p Official Platform A) Monica : Pagi semuanya. Gavin : Pagi juga, Monica. Monica : Pagi yank, aku kangen ma kamu sejak semalam. Kamu kok gak balas wa ku? Gavin : Aku ngantuk dan kemarin malam langsung tidur. Tadi pagi sudah kubalas khan? Monica : Iya memang sudah kamu balas, tapi aku menunggu balasan kamu dari tadi malam. Jessica : Pagi semuanya. Maaf, apa aku mengganggu percakapan kalian berdua? Gavin : Pagi Jess, gak ganggu kok. Lagian juga ini group umum, kita bebas berbincang dengan siapapun di group ini. Jessica : Salam kenal Monica. Nama saya Jessica, saya penulis baru di sini. Monica : Oke, salam kenal juga. Umur kamu berapa, Jessica? Jessica : Dua puluh lima tahun, kalau kamu, Monica? Monica : Oh, seharusnya aku panggil kamu kakak yah? Aku dua puluh dua tahun, aku masih kuliah kok. Jessica : Panggil Jess saja, biar lebih akrab. Monica : Oke, Jess. Monica : Yank Gavin, kamu masih onlen khan? Kita chat pribadi yuk. Gavin : Aku masih onlen, aku merhatiin chat kalian dari tadi. Bentar lagi aku off, ada perlu sama teman-temanku. Jess, nanti malam kamu onlen lagi khan? Jessica : Oke, aku usahain onlen lagi nanti malam. Kalau gitu, aku off juga yah. Bye Vin dan Ica. Gavin, Monica : Bye, Jess. Monica : Yank Gavin, kamu kok dingin gitu sech sama aku? Sama yang lain kamu ramah. Gavin : Perasaan kamu aja, aku ramah sama semua orang. Oia satu lagi, jangan panggil aku  dengan tambahan kata yank, nanti semua orang jadi berpikir kalau kita pacaran. Monica : Memangnya kamu gak mau pacaran sama aku, Vin? Bukannya kamu suka sama aku? Gavin : Astaga, kamu tuh cuma aku anggap adik dan gak lebih. Oke? Aku off dulu, hari ini aku agak sibuk jadi mungkin baru onlen nanti malam. Bye Ica. Monica : Bye, Vin. (Lalu, percakapan group pagi itu pun berakhir) Sementara itu, Jessica menaruh handphonenya ke atas meja dan berjalan mendekati lemari bajunya. Kemudian, sambil bernyanyi, Jessica mengambil sebuah kaus berkerah V dan celana panjang ripped jeans dengan sedikit robekan di bagian lututnya. Sebelum masuk ke dalam kamar mandi, Jessica berlutut dan membuka laci bawah lemari bajunya dan mengambil sebuah Tote Bag warna hitam dengan sedikit tulisan “I Love You” di bagian tengahnya sebagai hiasan. Lalu, Jessica masuk ke dalam kamar mandi sambil terus bersiul dan bernyanyi. Tiga puluh menit kemudian, Jessica sudah selesai mandi dan kini ia memakai kaus dan celana jeansnya. Sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk, Jessica duduk di depan meja riasnya. Ia memulaskan foundation, bedak, eye shadow serta lipstick ke wajahnya. Setelah mengamati dirinya cukup lama di depan meja rias, Jessica merasa riasan wajahnya sudah cukup baik dan ia sudah tampak cantik. Kini, sambil menunggu Valerie datang menjemputnya, ia menyisir rambutnya perlahan sambil memasukkan barang bawaannya ke dalam Tote Bagnya. Sebagai pemanis penampilan, Jessica juga memakai jepit yang ia selipkan di rambutnya. Satu jam kemudian, terdengar suara klakson mobil dari depan pintu gerbang. Jessica berjalan ke arah jendela dan menyibakkan tirai yang menutupi hampir sebagian besar jendela kamarnya. Lalu, dilihatnyalah mobil Valerie yang telah terparkir di depan pintu gerbang rumahnya. Sementara itu, teman-teman Jessica turun dari mobil dan menekan bel di pintu depan rumah Jessica. Ting Tong ... Ting Tong ... Mama Jessica berjalan ke depan pintu dan membukakan pintu untuk mereka bertiga yaitu, Valerie, Owen dan Calista. “Siang tante, kami mau jemput Jessica,” ucap Valerie sembari menengok ke dalam rumah Jessica. “Masuk dulu ke dalam. Jess masih di kamarnya, sebentar yah tante panggilkan,” jawab sang mama yang berjalan tergesa hendak memanggil Jessica keluar dari kamarnya. “Jess, teman-temanmu sudah datang. Ayo cepat turun sayang,” teriak sang mama dari pinggir tangga. “Ya mom, aku turun sekarang,” jawab Jessica dari dalam kamarnya. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD