Part 03

1176 Words
Bismillah ... Happy Reading ÷÷÷÷÷÷ Tok ... tok ... "Meira bangun," suara lembut khas seorang ibu terdengar dari balik pintu kamar.  Perlahan-lahan Meikaira mengerjapkkan kelopak matanya. Pertama yang Meikaira lihat ialah langit-langit kamar. "Meira bangun, sayang." panggilnya sekali lagi. Melisa masih memanggilnya dengan penuh kelembutan. Meikaira tertegun. Betapa beruntungnya Meira memiliki ibu seperti Melisa yang lembut dan pengertian. Berbeda dengan ibu Meikaira. Tetapi, meskipun ibu Meikaira tidak seperti ibu Meira, dalam hati Meikaira tidak ada rasa iri sama sekali. Meikaira justru bersyukur memiliki ibu yang cerewet sebagai rasa perhatiannya. Dan seketika Meikaira merasakann rindu kembali, ia rindu bertengkar dengan ibunya itu. Ah Meikaira rindu senyum ibunya yang menenangkan hati. "Ibu hiks ..." tanpa sadar Meikaira menangis. Melisa yang samar-samar mendengar suara tangis dari kamar putrinya bertanya, "Meira sayang kamu kenapa?" tanya Melisa dengan nada khawatir. Meikaira yang mendengarnya terkekeh geli. "Huh, sejak kapan aku cengeng?" sindirnya pada diri sendiri. Meikaira berdehem pelan agar bisa menormalkan kembali suasana hati nya yang entah kenapa tiba-tiba muncul begitu saja tanpa permisi. "Meira udah bangun, Bun." balas Meikaira dan cepat berjalan untuk membukakan pintu. Terlihat dengan jelas raut wajah lega Melisa saat melihat Meikaira baik-baik saja. "Ya sudah mandi sana, terus turun kebawah untuk sarapan. Oh iya, jangan lama-lama yah, soalnya Romeo udah nungguin tuh. 'Kan kasihan dia nungguin kamu dari tadi." peringat Melisa seraya mengacak gemas rambut putrinya. Meikaira hanya mengangguk kemudian membalikan tubuh setelah dirasa bahwa Melisa sudah benar-benar pergi dari hadapannya. "Kenapa tuh cowok kesini lagi sih?" dumel Meikaira tidak suka. Meikaira menatap pantulan dirinya dicermin. Memperhatikan tubuhnya dari atas sampai bawah. Tubuh gemuk dan wajah dihiasi dengan jerawat sangatlah mengganggu Meikaira. "Sepulang sekolah kayaknya gue harus beli beberapa barang untuk kecantikan deh. Gue juga harus diet supaya tubuh gue enggak gemuk." Meikaira memutar tubuhnya ala penari balet, dan tanpa diduga kakinya tertekuk dan terjelembab dilantai. "Aduh, s**l banget gue." gerutu Meikaira. Padahal hari masih pagi namun, Meikaira sudah mendapatkan kejadian yang tidak menyenangkan sehingga sikunya sedikit perih akibat tergores pinggiran meja rias. "Meira udah belum!" teriakan Melisa membuyarkan runtukan terhadap kecerobohannya sendiri. "Bentar, Bun." Meikaira bergegas memasuki kamar mandi dan membersihkan diri. Meikaira juga tidak lupa memasukan buku-buku pelajaran dengan asal. Meikaira tidak tahu jadwal pelajaran sekarang ini apa. Meikaira sudah mencoba cari tapi, hasilnya nihil. Ia tidak menemukan jadwal pelajaran dan alhasil Meikaira membawa buku apa aja. "Kayaknya Meira itu anak malas belajar huh," cibir Meikaira. Meikaira mencibir Meira bukan berarti Meikaira tidak pernah malas. Tetapi, semalas-malasnya Meikaira tetap menyempatkan diri untuk mengetahui jadwal pelajaran. Tidak lupa juga Meikaira menempelkan jadwal pelajarannya di balik pintu kamar agar selalu ingat. Meikaira menuruni anak tangga dengan terburu-buru. Berkali-kali Meikaira berdecak kesal saat melihat jam di pergelangan tangan kirinya. "Pagi Bun," sapa Meikaira. Melisa tersenyum melihat anaknya yang sudah rapih. "Makannya kalau dibangunin itu cepet bangun jangan bengong." canda Melisa. Meikaira terkekeh pelan. "Ah, kalau Meira bengong nanti di samain sama ayam tetangga lagi, Bun." balas Meikaira ikut bercanda. Melisa sempat bingung dengan anaknya yang tidak biasa membalas candaannya. Namun, Melisa tertawa senang. Sedangkan Romeo diam membisu memperhatikan anak dan ibu yang asik melempar candaan tanpa menyadari keberadaannya. "Ekhm" Romeo berdehem pelan untuk menarik perhatian Melisa dan Meikaira. Melisa tersenyum manis. "Bunda sampai lupa kalo ada Romeo," kekeh Melisa. Meikaira melirik Romeo tidak suka sehingga yang dilirik mengerutkan alis bingung. Tidak biasanya Meikaira meliriknya begitu. Biasanya juga ia mendekatinya dan bermanja-manja yang membuat Romeo risih. Romeo mengedikkan bahu acuh. Baguslah kalau Meira tidak melakukan rutinitas biasanya yang menjijikan bagi Romeo. Kalau kecelakaan kemaren membuat Meira seperti ini, dirinya seharusnya tidak perlu merasa bersalah dibuatnya. "Bun, Meira udah selesai." Romeo yang tadi melamun tersentak kaget dengan ucapan Meira yang memecah keheningan juga lamunannya itu. Melisa mengerutkan dahi. "Kenapa kamu cuma makan roti?" tanya Melisa. "Apa kamu lagi sakit?" tanyanya lagi dengan disertai nada khawatir. Meikaira tersenyum manis. "Meira enggak papa Bun," Romeo mendecih pelan mendengar jawaban Meikaira. "Awas saja kalau di sekolah dia nyusahin gue," gumam Romeo pelan. Dan siapa sangka bahwa Meikaira mendengar decihan dan gumaman Romeo tadi. Meikaira tersenyum sinis dalam hati. 'Ah ternyata wajah manis itu perlahan membuka topengnya sendiri' batin Meikaira. Meikaira tidak terkejut mendengar ucapan Romeo. Sesungguhnya, kali pertama Meikaira bangun dengan berada ditubuh Meira, ia sudah merasakan sesuatu yang tidak beres. Ternyata benar, Romeo tidaklah tulus menjadikannya pacar. Meikaira hanya perlu mencari alasan kenapa Romeo menjadikannya pacar. Setelah itu Meikaira akan memutuskan apa yang menurutnya benar. Untuk sekarang Meikaira hanya ingin melihat drama yang Romeo buat. Meikaira hanya ingin tau sampai dimana cowok itu bertahan dengan drama ini. Meikaira berdiri dari duduknya. "Yuk sayang." ajak Meikaira dengan nada genit. Dalam hati Meikaira bergidik geli dan tidak tahan untuk tertawa. Melisa yang mendengarnya terkekeh pelan. "Wah, anak Bunda sudah berani ya panggil pacarnya dengan sebutan sayang didepan bunda." ucap Melisa mengandung candaan yang dibalas senyuman tipis oleh Meikaira. Sedangkan Romeo yang dipanggil sayang oleh Meikaira bergidik jijik. Tatapan lembutnya yang tersirat ketajaman menatap Meikaira. Meikaira sadar bahwa dibalik tatapan lembut itu, ada tatapan tajam yang ingin ditujukan kepadanya. Tetapi Meikaira tidak ambil pusing dengan itu. Meikaira lalu mendekati Melisa untuk mencium punggung tangan Melisa kemudian berlalu pergi tanpa peduli Romeo yang menggerutu sejak tadi. Di sepanjang jalan tidak habis-habisnya Romeo menampilkan wajah dingin menutupi rasa jijiknya itu. Meikaira dengan jahilnya memanggil Romeo dengan sebutan 'sayang' sehingga Romeo berusaha mati-matian agar tidak memuntahkan sarapan paginya. Meikaira puas melihat wajah Romeo sekarang. 'Rasakan pembalasan seorang Meikaira secara perlahan namun mengesankan, Romeo.' Batin Meikaira. Ketika mobil Romeo berhenti diparkiran sekolah, Meikaira langsung membuka pintu mobil dan berlari kecil mendahului Romeo. Romeo yang melihat punggung lebar Meikaira menjauh terbengong-bengong heran melihat Meira yang meninggalkannya di parkiran dan berjalan mendahuluinya dengan berlari-lari kecil. Di lain tempat seseorang memanggil Meikaira "Meira!" panggil seorang gadis cantik seraya melambaikan tangan padanya. Meikaira memandang cewek itu sedikit tidak suka. Entah dia juga tidak tahu kenapa. Padahal Meikaira baru pertama kali melihat cewek itu. Tetapi, respon tubuh ini sangatlah berbanding terbalik dengan dirinya yang ingin menyapa balik. 'Apakah Meira membencinya sehingga ia juga tidak suka melihat cewek itu.' pikir Meikaira "Hai," sapa cewek itu tersenyum manis saat berada dihadapan Meikaira. Meikaira membalasnya dengan tersenyum tipis dan tatapan bingung. Cewek dihadapannya 'pun menyadari tatapan Meikaira dan langsung saja menjawab. "Oh, iya, dimana Romeo?" tanyanya antusias. Meikaira tersenyum sinis mendengar pertanyaan itu. Ah ternyata Meikaira tahu alasan Meira tidak menyukai cewek di depannya ini. Sudah terbukti dari pertanyaan yang dilontarkan cewek itu barusan. Dan Meikaira yakin bahwa pertanyaan itu bukan kali pertama. Jika dilihat dari ekspresi wajahnya, cewek itu ingin membuat Meikaira cemburu. "Gue tinggal di parkiran," jawab Meikaira cuek tanpa menghiraukan ekspresi bingung dari cewek didepannya ini dan berlalu pergi meninggalkan cewek itu yang mendadak linglung. "Apa dia benar Meira?" tanyanya pada diri sendiri karena kebingungan dengan sikap Meira yang tidak biasanya. "Iya, dia Meira" jawab Romeo dari arah belakang. Cewek itu menatap Romeo seolah bertanya. 'kok bisa?' dan hanya kedikkan bahu yang Romeo berikan. Pertanda bahwa Romeo juga tidak tahu mengenai sikap Meira yang sedikit berubah. To be continue ÷÷÷÷÷÷
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD