Bab 2 "Pahatan Dewa"

1238 Words
Kelereng hitam itu berkilau tajam- dan seakan menusuk sentuhan pahatan yang sempurna Dewa yang membuatnya bahkan melebihi dirinya apakah itu.... Mata hitam bagaikan elang itu menatap tajam jalanan yang ia lalui melalui kaca jendela mobil miliknya. Mobil mewah itu berhenti tepat di depan pintu loby gedung perusahaan miliknya. Seorang membukakan pintu untuknya, sepatu fantofel hitam mengkilap lebih dahulu menyentuh tanah. Tubuh tegap, rambut hitam, wajah rupawan, kekayaan yang melimpah dan seluruh kekuasaan berada di bawah naungannya, siapa yang tidak terlena. Beberapa orang menyambut dirinya seraya menunduk hormat kepadanya. Pria itu melangkah masuk ke gedung miliknya, beberapa karyawan menatapnya kagum sekaligus takut. Tatkala mata hitam seperti elang itu menatap tajam setiap orang yang ia lewati. Bahkan seorang yang berada di belakangnya, yang selalu mengikutinya kemanapun, juga tak kalah menawan dan menakutkan. Kedua pria itu seakan membuat laki-laki di sekitarnya seketika memiliki nyali ciut. Mereka berdua masuk ke dalam lift yang sudah di siapkan. Denting lift yang nyaring, terdengar saat mereka tiba di lantai tempat mereka bekerja. Langkahnya keluar dari lift dan mendapatkan sambutan dari seorang wanita cantik dengan rambut pendeknya. Cika –seketaris kedua yang bekerja di bawah perusahaan MF Company. “Rekap ulang jadwalku untuk besok”, ucap pria itu dengan datar, seraya terus berjalan menuju ruangannya yang berada di ujung. “Baik, Mr. Manfredo” Kedua pria tersebut masuk ke dalam ruangan yang luas dan mewah itu. Pria yang menggunakan setelan jas mahal itu, berjalan ke arah meja kerjanya seraya melepas jas miliknya. “Apa perusahaan dari Dubai mau bekerja sama? Ini sudal lewat dari hari yang di tentukan”, tanyanya seraya meletakkan jas miliknya pada tempat yang sudah di sedikan. Segera ia duduk dan menatap tajam pria dihadapannya –Marck yang merupakan asisten pribadi sekaligus sekretaris utama yang bekerja di perusahaan miliknya. Marck segera melihat Ipadnya untuk melihat apakah perusahaan yang dimaksud pria tersebut, sudah mengirimkan email kepadanya. “Mereka baru saja mengirimkan persetujuan dengan perusahaan kita, Sir. Sekitar 15 detik yang lalu” Pria itu tersenyum seringai, “Berikan beberapa persyaratan yang harus disetujui. Kita akan memulai membangun gedung tersebut di Milan setelah musim dingin. Siang ini kita rapat” “Baik, Sir”, Marck menunduk dan segera keluar dari ruangan Kelvin untuk menuju ruangannya yang berada di dekat ruangan Pria tersebut. Kelvin Marcelo de Manfredo, pria tampan dengan mata hitam miliknya yang tampan dan seorang yang sangat di segani di dunia bawah. Keluarga Manfredo, sebuah marga dari Italia yang terkenal dengan julukan ‘The Lucifer’. Keluarga Mafia yang sangat di hormati di Italia bahkan di beberapa wilayah sekitarnya. Bahkan Amerika pun, yang memiliki kelompok Mafia yang terkenal, juga tunduk dengan kelompok Mafia dari keluarga Manfredo. Ayah Kelvin, seorang ketua kelompok tersebut. Sampai sekarang pun, beliau masih berkerja di dunia bawah. Begitu juga dengan putraya, Kelvin yang menjadi ketua dalam kelompok tersebut. Hanya saja, Ayahnya ketua kelompok di Italia sedangkan Kelvin berada di Kanada dan sekitarnya, termasuk di kota Quebec. Kelvin mengambil salah satu dokumen yang ada di mejanya. Ia membuka lembar demi lembar dokumen itu seraya mengangguk. Semua berjalan lancar, tidak ada masalah hari ini. Dari segi keuntungan, pemasaran, dan beberapa pengeluaran yang dibutuhkan. Semua terlihat sesuai yang ia inginkan. Saham dari berbagai perusahaan juga meningkat, tidak ada masalah. Kelvin meletakkan kembali dokumen tersebut yang smpat ia baca. Sejenak ia beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju kaca jendela yang lebar itu, memandang lepas segala yang ia lihat dari gedung tinggi miliknya. “Semua tampak seperti biasanya”, gumam Kelvin pelan, seraya memandang indah kota Quebec dengan tatapan dasar seperti biasanya. Dering ponselnya yang berbunyi membuat fokus Kelvin teralihkan. Ia merogoh kantong celananya untuk mengambil ponsel miliknya. Sebelum menjawab panggilan itu, Kelvin menyempatkan melihat siapa yang menghubunginya. Seketika rasa kesal mulai datang saat melihat nama yang tertara di ponselnya. Sangat malas untuk menjawab, namun akan mendapat masalah jika tidak menjawab panggilan itu. Manusia pembuat masalah dan p*****r. Itulah kata yang tersemat di dalam pikiran Kelvin, pria tampan nomor satu se-Kanada bahkan se-Amerika itu juga kekayaannya yang berada di peringkat pertama se-Amerika itu. Dengan malas, Kelvin menjawab panggilan tersebut. Suara seorang wanita yang terdengar menjijikan untuk Kelvin. ‘Hai Kelvin’, ucap Tifani senang. Seorang yang sangat di benci Kelvin dan ingin rasanya melenyapkan wanita itu. “Aku sibuk” ‘Apakah tidak ada waktu untukku? Kita harus mendekatkan diri Kelvin. Kita sebentar lagi akan menikah’, ucap Tifani seraya memperingatkan Kelvin. “Tidak. Aku sibuk”, segera Kelvin mengakhiri panggilan tersebut dan meremas erat ponselnya yang hampir setiap hari menjadi korban kekesalan Kelvin. Pria tampan itu terlihat sangat kesal, moodnya yang sudah ia tata dengan baik seketika hancur hanya wanita menyebalkan itu. Bahkan Kelvin merasa curiga dengan wanita itu. Semenjak kedua orang tuanya menjodohkan dirinya dengan wanita itu, ia sudah menaruh curiga dengan keluarga tersebut. Tifani merupakan putri kedua dari keluarga Alexander yang terasa misterius untuknya. Keluarga tersebut juga miliki perusahaan, namun anehnya bagaimana mungkin selama 3 tahun membangun perusahaan berkembang secara pesat, bahkan sangat terkenal. Kelvin tidak merasakan iri ataupun yang lain karena ia sudah memilikinya. Namun, jika di pikirkan kembali sepertinya tidak masuk akal. Pasti ada yang tidak beres. “Membuatku muak”, geram Kelvin. Kelvin kembali duduk di kursi miliknya, mengambil ipadnya seraya terus mengeluarkan tatapan tajam. Suara ketukan intu membuat pandangannya teralih, Cika –sekretarisnya datang membawa ipad yang ia pegang. Wanita itu sejenak menunduk dan memberikan ipadnya kepada Kelvin. “Ini jadwal Anda, Sir. Semua sudah saya atur sesuai jam Anda. Apakah Anda setuju?”, tanya Cika. “Saya setuju dan tolong untuk jadwal weekend besok, di pindah di hari senin. Hanya weekend besok saja. Aku harus menemani adikku”, ucap Kelvin seraya mengembalikan ipad milik Cika. “Baik, Sir. Lalu, rapat hari ini Anda ingin menggunakan ruangan rapat apa?” “Luna, gunakan ruangan itu. Pastikan seluruh ketua divisi hadir bersama sekretaris mereka” “Baik, Sir. Saya permisi”, Cika segera menunduk dan keluar dari ruang Kelvin. Tak lama, Marck juga masuk ke ruangan kelvin seraya menyerahkan beberapa lembar kertas dan ipad miliknya. “Ini beberapa persyaratan yang harus di setujui perusahaan dari Dubai. Apakah Anda menyetujuinya, Sir?” Kelvin membaca lembar kerja tersebut memastikan penawaran yang dibuat oleh Marck harus mendapatkan untung. Hingga bibir yang terus datar itu sedikit tertarik, Kelvin menyeringai puas. Marck sangatlah cocok jika dalam hal meraih keuntungan. Bagaimana setiap kata yang digunakan Marck mampu membuat siapapun akan tergiyur untuk bekerja sama dengan perusahaan MF Company. Namun, jika lebih detail lagi keuntungan yang diterima hanya 35% pada perusahaan yang bekerjsama dengannya. “Aku setuju. Kau sangat handal untuk membuat persyaratan seperti ini, Marck”, ungkap Kelvin seraya tersenyum puas. Marck hanya mengangguk, mendengar sanjungan dari bosnya. “Terimakasih, Sir” “Kau memang sahabat yang bisa aku andalkan”, ucapnya seraya mengembalikan ipad milik Marck. Marck kembali mengangguk dan menunduk hormat. Segera ia keluar dari ruangan Kelvin dan kembali melanjutkan pekerjaannya. Kelvin tersenyum puas di ruangannya, dia memang licik, bagaikan rubah yang bersembunyi di seekor kelinci putih yang manis. Seperti halnya Kelvin, berwajah bak malaikat yang turun dari langit, namun tidak ada yang mengetahui bahwa sosok iblis ada didalamnya. Kelvin merenggangkan tubuhnya sesaat, rasa lelah memang terus menghampirinya. Namun, ia tidak boleh lengah ataupun merasa lemah. Ia harus waspada, selain dia CEO perusahaan terkenal ia juga merupakan ketua Mafia yang siapa saja siap membunuhnya hanya untuk mendapatkan keuntungan darinya. Suara ponsel miliknya kembali berdering, kali ini bukan wanita menjijikan itu. Melainkan nama seorang yang sudah lama menjadi teman dekatnya. Kelvin segera menjawab panggilan dari Jack –sahabat Kelvin yang sekaligus teman di kelompok miliknya. ‘Halo?’ “Ada apa”, tanyanya. ‘Apa kau punya waktu luang. Kau mau mampir di cafe milikku?’ “Cafe yang mana?” ‘Cafe dekat dengan stasiun. Cimor Cafe. Aku akan menunggumu’ “Baiklah, kita bertemu disana. Setelah aku rapat”, Kelvin mengakhiri panggilan dari Jack. Kelvin menekan nomor di telepon kantor untuk menghubungi kedua sekretarisnya. “Ajukan rapat sekarang. Aku tunggu 30 menit, semua sudah siap”, ucapnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD