Bab 3 "Lara"

1129 Words
Hadir- layaknya mimpi memberikan semu yang indah menakjubkan semu itu, hanyalah sesaat terjatuh dari tinggi gedung pencakar langit menenggelamkan diriku, pada luka yang menyakitkan haruskah aku.... Acara makan bersama dengan ibunya adalah suatu yang menyenangkan. Walaupun sering melakukannya, jika berada di momen spesial akan terasa spesial. Setelah mencuci piring serta gelas yang kotor, Rossela segera pergi untuk bekerja, namun sepertinya ia harus mampir ke apotek yang letaknya cukup jauh. Mengingat obat Santa sudah hampir habis. Rossela berjalan menuju halte bus yang tak jauh dari rumahnya. Ia hanya perlu berjalan selama 20 menit untuk sampai di halte. Udara dingin di musim gugur ini terasa sangat menusuk walau panasnya terik matahari dan cerahnya langit berbanding terbalik dengan suhu udaranya. Rossela sudah menggunakan sweter, mantel dan syal krem kesukaannya, masih terasa dingin. Selama berjalan menuju halte bus, Rossela sesekali mengosokkan kedua telapak tangannya untuk mencari kehangatan sesaat. Halte bus kali ini cukup ramai, mengingat besok adalah weekend. Setelah menunggu beberapa saat, bus yang di tunggu akhirnya tiba. Rossela terpaksa harus bergelantungan karena kondisi penumpang yang penuh di bus. Rossela harus rela berdiri kurang lebih selama 20 menit untuk sampai di halte bus yang ia tunggu. Lagu Over and Over Again yang dinyanyikan oleh Nathan Sykes terdengar merdu olehnya. Perlahan, kenangan bersama kekasih hatinya terasa menyakitkan untuk Rossela. Sejak kejadian waktu itu, membuat hubungan mereka menjadi renggang dan Rossela dapat merasakannya, hanya saja ia tidak melawan. Earphone yang masih terpasang di telinganya, tiba-tiba terlepas akibat seorang anak balita di depannya meraih tali earphonenya. “Ah... maafkan putra saya”, ucap ibu tersebut yang ternyata adalah ibu balita tersebut. “Tidak apa. Dia sangat tampan”, ucap Rossela gemas. Sebenarnya ada rasa kesal, namun terhapus sudah saat melihat balita itu tertawa riang saat Rossela memujinya tampan. Sungguh menggemaskan, pikir Rossela. Tak lama bus berhenti, Rossela segera keluar dari bus karena ia sudah sampai di tempat yang ia tuju. Apotek itu berada di belakang halte tepat Rossela turun dari bus. Langkah kakiknya membawa dirinya menuju apotek yang sudah 3 tahun menjadi langganannya. Karena hanya apotek ini menyediakan obat-obatan yang lengkap dan juga banyak “Slamat datang”, sapa seorang pegawai wanita yang berjaga di depan pintu apotek. “Terimakasih”, ucap Rossela ramah. Rossela sejanak berjalan menuju meja pembelian obat dengan resep dokter. Ia melihat Amelia seorang petugas peracik obat yang bersahabat dengannya. Ia segera menghampiri Amelia, gadis itu sempat terkejut melihat kedatangan Rossela yang tiba-tiba. “Hai Lia”, sapanya. “Hai Rosse, tumben sekali hari ini datang. Biasanya di hari Senin?”, tanya Amelia dengan mulut yang tertutupi oleh masker. “Ya, karena di hari senin lalu masih banyak obatnya. Jadi hari ini aku menyempatkan membelinya”, jelas Rossela. “Apakah seperti biasa?” “Tentu saja. Aku akan menunggu”, ucap Rossela seraya pergi untuk duduk di kursi tunggu. Sejenak Rossela mengeluarkan ponselnya dari saku mantelnya. Mencari kesibukan seraya menunggu nama ibunya di panggil di pengambilan obat. Rossela sempat berpikir untuk mengirimkan pesan kepada Joe, kekasihnya yang sudah lama tidak menghubunginya. Namun, sepertinya pesan yang kirim lusa lalu, tidak dibalas oleh kekasihnya. “Mungkin dia sibuk”, gumamnya seraya menyakinkan hatinya. Rita sudah memberinya beberapa nasehat serta cerita yang mungkin kisahnya hampir sama dengannya. Namun, Rossela tetap menyakinkan hatinya untuk tetap bersama Joe. Walau di lubuk hatinya, Joe meninggalkannya. Meninggalkan cinta mereka dan memilih pergi tanpa ada kepastian. Ingin rasanya Rossela berteriak, namun tidak bisa. Ada rasa yang menjanggal di dalam hatinya. Sejenak Rossela menghela nafas, meluapkan rasa kesal, bosan dan amarahnya sesaat. Arah pandangnya menatap sekelilingnya, untuk menjadi objek penglihatannya seraya mengusir pikiran yang terus menganggunya. Apotek ini cukup luas dan besar. Ada tempat khusus pembuatan obat dengan resep dokter, layanan dokter umum dan spesalis tertentu, juga ada tempat untuk rawat inap. Arah pandangnya kembali beralih, tertuju pada tempat duduk antrian layanan dokter yang tak jauh darinya. Seorang pria yang terlihat tak aisng untuknya duduk bersama wanita yang tidak ia kenal. Ia tidak terlalu bisa mengenali mereka, karena membelakangi Rossela. Mungkin persaanku saja, pikirnya. Rossela kembali fokus pada ponselnya. Beberapa pesan dari James, yang merupakan sahabat serta Rita. Mereka berdua bagaikan saudara untuk Rossela, keakrapan, lelucon, kasih sayang yang mereka berikan untuk Rossel, membuatnyamerasa aman dan terlindungi. “Zefani Alexandra”, ucap petugas apoteker melalui mic. Rossela yang sedang fokus pada ponselnya, sedikit terkejut tatkala mendengar nama tersebut yang terasa familer untuknya. Namun, terasa sulit mengingatnya. Jika ia mencoba dan memaksa, mungkin akan terjadi kejadian 3 tahun lalu dan membuatnya harus di rawat di rumah sakit. “Terimakasih”, ucap seorang pria yang terdengar familer di telinga Rossela. Segera Rossela menoleh, kedua mata coklatnya membulat mendapati seorang pria yang sudah beberapa hari tidak memberikannya kabar, bahkan seperti hilang di telan bumi. Namun, kali ini ia melihatnya, datang mengambil obat untuk seorang. Mata coklat itu berlinang, menatap pria tersebut dengan syok. “Joe?”, panggilnya dengan gemetar. Merasa namanya di panggil, pria itu menoleh mendapati seorang gadis yang sangat ia kenali dan sangat membuatnya merasa semakin bersalah. “Rosse?”, ucapnya pelan. Keduanya membisu, kecanggungan di antar mereka. Bahkan Joe merasa canggung untuk mengatakan sesuatu kepada gadis yang tak jauh darinya. Hingga seorang wanita yang sedang mengandung menghampiri mereka –lebih tepatnya Joe. “Sayang, ayo kita pulang. Anakmu sudah ingin pulang”, ucap wanita tersebut dengan manja. Rossela menatap mereka antara marah dan benci. Marah karena apa yang lihat adalah nyata dan benci karena ia tidak bisa mengungkapkan yang ia rasakan. Tubuhnya kaku, bahkan hatinya terasa begitu sakit melihat mereka. Wanita itu menatap arah pandang Joe, yang menatap Rossela tanpa berkedip. Wanita itu adalah Zefania Alexander, yang merupakan istri dari Joe. Zefania menatap Rossela dengan aneh, sepertinya ia pernah mengenal gadis di depannya namun sepertinya ingatannya masih samar. “Maaf, ada apa? ada urusan apa kamu dengan suamiku?”, ucapnya penuh penekanan di kata suami. Seketika sekelebat ingatannya mulai terlihat, mata coklat yang sama dengan Rossela menatap dengan tajam dan sangat menghina. “Oh, kamu Rossela bukan. bukankah kalian sudah putus? Kami baru saja menikah 1 bulan yang lalu. Sepertinya anak miskin sepertimu tidak mendapatkan restu dari orang tua Joe. Atau lebih tepatnya tidak pantas!” “Fani!”, ucap tegas Joe. Zefani cukup terkejut mendengar suara tegas Joe yang jarang ia dengar. Rossela hanya diam, mencoba menenangkan emosinya untuk tidak membuat onar ataupun membuat masalah lain. Perlahan ia menghela nafasnya, menatap suami istri itu dengan datar. Sangat berbeda saat melihat mereka beberapa menit yang lalu. “Santa Calosa”, ucap petugas apoteker yang memanggil nama ibunya. “Ah, begitu ya. Selamat untuk kalian berdoa, aku doakan kalian menjadi keluarga bahagia dan terkhusus untuk anakmu nanti. Semoga tidak bertingkah seperti ibunya. Permisi, salamt tinggal”, ucap Rossela yang terdengar tenang dan datar untuk menjadi tatapan orang-orang yang ada di apotek. “Apa kau-!”, sebelum Zefania menyelesaikan kalimatnya, Joe lebih dahulu menatapnya seakan berkata, jangan menimbulkan pandangan orang-orang. Namun, sepertinya semua orang sudah menatap mereka sedari tadi. Bukan cara bicaranya yang tenang, melainkan ia begitu lantang mengucapkan kalimat itu sehingga menimbulkan tatapan orang-orang yang ada di apotek. Rossela segera berjalan menuju meja pengambilan obat dan segera membayar obat itu. Tanpa mengalihkan pandangannya, ia begitu saja melewati pasangan suami istri itu seakan tidak melihat mereka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD