CASE II : MAN-EATER II (2)

2232 Words
Aku membenci orang tua karena mereka selalu menganggapku seperti anak kecil! -Vicar Mortis- *** "Ah, sepertinya aku akan mendapatkan dua buah otak segar dengan penuh lemak." Ed mengatakan itu sembari menampakkan senyumnya yang mengerikan. Mater dan Ed kembali saling mengeluarkan tatapan tajam dan aura membunuh yang sangat kuat. Hingga Ed yang tak sabar segera menghempaskan tangan kanannya yang dicekal oleh Mater dan berniat menyerangnya. Mortis yang melihat itu dengan sigap bersiap menembak dan menarik pelatuk pistol yang ia gunakan tepat mengarah kepada Ed. Namun, tembakan tersebut malah mengenai Mater yang dengan cerdiknya digunakan oleh Ed sebagai perisai daging. Beruntung peluru tersebut hanya mengenai bahu sebelah kiri Mater. "b******n! Bisakah kau melihat-lihat dulu ke arah mana dirimu akan menembak?!" bentak Mater sembari menahan rasa sakit yang ia terima berkat peluru nyasar Mortis. Mortis dengan sikap tidak sopan dan keras kepalanya pun membantah, "Jangan salahkan aku orang tua bodoh! Kau sendiri yang dengan senang hati memasang badan untuk dijadikannya perisai pelindung." Ditengah perdebatan mereka, Ed memanfaatkan kelengahan itu untuk mencabut pisau yang menancap pada tangan kirinya. "Melihat kalian seperti ini membuatku semakin b*******h untuk mencairkan otak kalian untuk dijadikan suplemen harianku," ucapnya seraya menjilat darahnya sendiri yang tertempel pada pisau tersebut. Mortis yang melihat apa yang dilakukan oleh kanibal satu itu segera kembali mengarahkan pistolnya ke kepala Ed dan bersiap untuk menembak. Belum sempat ia melepaskan peluru timahnya yang kedua, Ed berhasil menggagalkan usahanya dengan melemparkan pisau yang tadi ia pegang tepat menancap di d**a kanan Mortis. Hal itu tentu membuat arah tembakan Mortis meleset jauh. "Argh." Mortis mengerang kesakitan. "Hey, orang gila! Mari kita selesaikan sebagai sesama orang tua. Jangan libatkan anak kecil seperti dia," ucap Mater pada Ed. Mater yang sedikit tidak terima karena anak buahnya terluka, membalas perlakuan Ed dengan melayangkan sebuah pukulan kuat tepat ke arah hidup Ed hingga mengalir keluar darah segar dari kedua lubang hidungnya. Namun, bukan ekspresi takut ataupun kesakitan yang ia tunjukkan, malah ekspresi senang dan bahagia yang tampak pada wajahnya itu. Seolah sensasi yang ia dapatkan saat ini merupakan sensasi yang belum pernah ia rasakan selama ini. Sensasi dari seseorang yang benar-benar ingin membunuhnya. "Hihihi. Sensasi ini benar-benar membuatku gila! Bisakah kalian memberikanku lebih dari ini?". Sebuah permintaan tak terduga keluar begitu saja dari mulut seorang kanibal. Mater hanya merespon perkataan Ed dengan ekspresi bingung dan mengatakan, "Akan kukabulkan permintaanmu tapi setelah ini jangan pernah merengek untuk meminta ampun dariku." Kali ini Mater melirik ke arah bawahannya itu yang sedang terduduk dan memegangi dadanya yang terluka dengan sebuah pisau yang masih menancap. "Apa kau akan terus duduk melihat atasanmu mempertaruhkan nyawa dan tidak berinat membantuku?" "Berhentilah bicara dan fokus saja dengan lawanmu itu," balas Mortis yang sedang menahan rasa sakitnya ketika ia berusaha mencabut pisau yang menancap ditubuhnya. Mortis membuang pisau yang berhasil dia cabut ke sembarang arah. Kali ini Mater dan Mortis akan bertarung melawan Ed. Mereka bertiga akan melakukan pertarungan tangan kosong. Ed sama sekali tidak gentar dan bahkan merasa semakin bersemangat ketika dua orang yang akan jadi santapannya itu bersama-sama untuk melumpuhkannya. "Sepertinya ini akan semakin seru," ucapnya diakhir dengan sebuah tawa yang mengerikan. Pertarungan dimulai. Mater dan Mortis bekerja sama untuk menghajar Ed namun dengan santainya Ed berhasil bertahan dan menyerang balik. Padahal, Mater dan Mortis memiliki kemampuan bela diri yang cukup tinggi bahkan mereka berdua mampu mengalahkan pelatih mereka ketika masih dalam masa pelatihan. Namun dihadapan Ed, mereka sama sekali bukan halangan dan hal itu dibuktikan dengan beberapa kali Ed berhasil menghalau dan melancar serangan balik ke mereka berdua. Sungguh kombinasi yang buruk ketika seorang kriminal pembunuh pemakan manusia memiliki kemampuan bela diri setingkat lebih tinggi dari pasukan khusus berpengalaman. "Hal bodoh yang kalian lakukan adalah berusaha menangkapku hanya dengan dua orang saja. Kalian terlalu meremehkanku para anjing kepolisian," ejeknya pada mereka berdua. "Bisakah kau berhenti berbicara dan fokus pada baku hantam kita?" ucap Mater. "Yeah, kali ini aku setuju dengan atasanku," sambung Mortis menimpali perkataan Mater. Mereka kembali melanjutkan adu kekuatan mereka. Saat ini, Mater dan Mortis terdesak dan berhasil dilumpukan oleh satu orang. Kepala mereka dibenturkan ke meja dan ditahan dengan kedua tangan Ed yang sangat kuat. "Si–sial! Aku tidak ingin mati sebelum mendapat jatah bersama istriku!" ucap Mater yang masih berusaha melepaskan diri dari cengkaram tangan Ed. "Aku masih perjaka kanibal sialan! Aku tidak ingin keperjakaanku harus direnggut olehmu!" Kali ini Mortis kembali bersuara dan masih berusaha meloloskan diri. "Tunggu. Apa hubungannya orang ini dengan keperjakaanmu bodoh?!" "Kaulah yang bodoh! Ketika mereka berhasil membunuh kita, dia pasti akan memainkan kemal—Ah! Kanibal b******n! Apa kau tidak mendengar aku sedang berbicara?!" bentak Mortis ketika perkataannya terputus karena kelakuan Ed yang kembali mengentakkan kepala mereka ke meja. "Hey, kalian," bisiknya di telinga antara Mater dan Mortis. "Kalian serasi sekali. Aku semakin tidak sabar untuk menikmati tubuh kalian." "b******n! Jadi sekarang kau akan beralih profesi dari seorang kanibal sebagai seorang pemerkosa pria?!" bentak Mortis. Ed hanya tertawa mendengar perkataan Mortis yang menurutnya lucu. Dan itu membuat cengkeramannya sedikit melonggar. Situasi itu berhasil dimanfaatkan oleh Mater dan Mortis untuk berkelit dan menusuk kedua bola mata Ed dengan menggunakan jari mereka. "Argh! b******n kalian! Argh!" Ed kali ini tidak dapat menahan rasa sakitnya dan menutupi kedua matanya dengan kedua tangannya. "Baiklah. Kali ini waktunya fatality," ucap Mater yang kemudian mencoba mengikuti kuda-kuda pada film Mortal Kombat. Mater dan Mortis bersiap dengan kuda-kuda mereka. Kemudian mereka melakukan gerakan yang sama secara berasama kemudian di akhiri dengan tendangan berputar oleh keduanya. Tendangan itu berhasil menghantam kepala Ed dari sisi kanan dan kiri hinggal membuat Ed tak sadarkan diri. Mereka berdua mendekati tubuh Ed yang tergeletak di lantai. Mereka mengamati dan juga mencolek tubuh pria itu untuk memastikan apakah dia masih hidup atau mati. "Hey, Mort. Dia tidak mati bukan?" tanya Mater pada bawahannya itu. "Jika dia mati hanya karena dua buah kaki menempel di kepalanya, dia tidak akan pernah merepotkan kita sampai sejauh ini," katanya menjawab pertanyaan Mater. Dengan sedikit menahan rasa sakit, mereka berdua mencoba untuk menyeret tubuh Ed keluar dari ruangan yang kemudian mereka ikat. Mereka memasukkan tubuh Ed ke dalam bagasi mobil dan meninggalkan rumah rumah tersebut sebelum nantinya tim forensik dari One Eye yang akan mengamankan TKP. *** Setelah beberapa jam tak sadarkan diri, Ed Zimu berhasil membuka kembali kelopak matanya. Perlahan ia mulai sadar dan menatap sekelilingnya. Saat ini, ia sedang berada di sebuah bangunan seperti gudang. Ia berada dalam keadaan duduk pada sebuah kursi dengan kaki, tangan serta tubuhnya terikat pada kursi tersebut. Di hadapannannya pun ada dua wajah yang tidak asing baginya yaitu Mater dan Mortis, orang yang tadi sempat bertarung dengannya. Namun, kali ini mereka tak hanya berdua. Ed melihat banyak sekali orang-orang dengan berseragam militer hitam tengah dalam posisi istirahat. Ia juga merasakan kakinya basah yang ternyata saat ini kakinya sedang direndam dalam sebuah bak berisi air tanpa mengerti maksud dari perbuatan itu. "Kau sudah sadar?" ucap salah seorang pria yang berjalan ke arah Ed. Ed terkejut mendengar suara dari pria itu. Ia sedikit merasa tertekan dan ketakukan ketika mendengar suara langkah kaki yang sedang mendekat ke arahnya itu menggema memenuhi seisi ruangan. "Aku tanya sekali lagi padamu b******n gila, apa kau sudah sadar?" Kali ini pria itu berjongkok di depan Ed dengan tatapan yang mengerikan dan penekanan pada setiap kata yang keluar dari mulutnya. Ed hanya diam saja dan tak berani menatap balik mata yang sekarang ini ia takuti. Mata itu mengingatkannya pada sosok yang memiliki aura yang sama dengan pria itu. Sesosok manusia yang sudah dianggap sebagai Dewa oleh para kriminal. "Hah! b******n ini sekarang malah ketakutan. Padahal ketika berada di kandang dia seperti penjahat kelas atas yang mampu melumpuhkan dua agen sekaligus," ucap pria itu yang tak lain adalah Mater. Entah apa yang membuat Ed kali ini ketakutan dengan keberadaan Mater. Namun yang jelas ia bisa merasakan bahwa dari balik nada bicaranya yang santai, Mater menyembunyikan auranya yang berbahaya dan mematikan. Mater kembali menatap ke arah Ed yang masih juga membungkan mulutnya. "Baiklah, mungkin kali ini akan membuatmu sadar sepenuhnya." Ia meminta anak buahnya untuk melemparkan sebuah tang ke arahnya. Kemudian mengangkat kaki kanan Ed yang tadi berada dalam bak air tersebut. "A–apa yang ingin kau lakukan bajinga—aarggh!" teriaknya merasakan kesakitan yang luar biasa ketika Mater mencabut paksa kuku jarinya menggunakan tang yang tadi ia pegang. "Sepertinya kali ini kau sudah sadar kawanku. Baiklah kali ini aku akan menanyakan sesuatu padamu. Siapa itu Criminal City?" tanyanya Mater tanpa memberikan waktu untuk tenang bagi Ed. "K–kau b******n sinti—aarggh persetan kau, Mater!" "Ups! Sepertinya aku tak sengaja mencabut salah satu kukumu lagi. Sebaiknya kali ini kau membuka mulutmu itu hanya ketika aku bertanya padamu. Dan berikan jawaban yang bisa membuatku puas." Dia mengucapkan itu sambil menujukkan senyum yang tulus. Walaupun bagi Ed itu terlihat seperti senyuman terakhir yang bisa ia lihat dari sosok Malaikat Pencabut Nyawa. Napas Ed tersengal. Keringat membasahi tubuhnya. Darah pada jari kakinya mengalir menuju bak air tersebut mengubah warnanya menjadi merah. Mortis dan anggota One Eye yang lain hanya menatap ngeri dengan apa yang dilakukan atasan mereka itu. Mereka mulai berpikir jika mereka dalam posisi sebagai Ed, mereka tidak akan kuat dengan siksaan seperti itu. "Kau yakin tidak akan membuka mulutmu itu? Tuhan menciptakan mulut bukan hanya untuk makan kau tahu itu kan?" Mater seolah memberikan pencerahan pada sosok Ed walaupun kata-katanya itu dibalut dengan aura yang sangat menyesakkan. Kembali bungkam, Mater pun kembali menyiksa Ed dengan mencabut satu persatu kuku jari kakinya. Kegiatan itu terus dilakukan oleh Mater hingga kuku jari kaki Ed habis tak tersisa. Mater menunjukkan wajah kecewanya seraya mengatakan, "Hm. Tanpa sadar aku sudah menghabiskan kesepuluh kuku jari kakimu. Lalu, kau masih ingin bungkam juga? Kalau begitu kita mulai dari jari kelingking pada kaki kiri." Ia melemparkan tang yang berlumuran darah itu dan menggantikan dengan pisau yang ia miliki. Melihat sebuah pisau mulai mendekati kelingkingnya, Ed akhirnya mencoba untuk mengatakan apa yang ingin diketahui oleh Mater. "Cri–Criminal City, me–mereka—aaarrggh!" Sayangnya, Mater telah memotong kelingking Ed menggunakan pisau miliknya. "Apa? Kau mengatakan apa? Aku tak bisa mendengarmu karena teriakan nyaringmu yang seperti wanita," ucap Mater dengan nada santai seolah ia tak melakukan sebuah kesalahan. "Kumohon, berhenti menyiksaku." Ed menyerah dan berusaha memohon pada Mater. "Wow! Kalian semua mendengarnya bukan? Seorang psikopat yang telah membunuh banyak manusia dan memakan otak dan tubuh mereka, sekarang memohon setelah kehilangan satu jari kelingkingnya. Hey, Ed Zimu. Kenapa kau memohon apakah sakit?" tanyanya dengan penuh tatapan intimidasi. Ia kembali melanjutkan kalimatnya. "Apa kau tidak pernah berpikir bahwa orang yang kau makan itu juga merasakan hal seperti ini? Kau tak layak jadi seorang kanibal jika siksaan kecil seperti ini membuatmu memohon pada musuhmu." "Aku... Aku akan mengatakan semua yang kau ingin tahu! Namun aku mohon berhentilah menyiksa—arrgghh! s**t!" "Setelah tadi memohon padaku, sekarang kau mengumpatiku? Sungguh tidak tahu terima kasih. Sekarang seperti janjimu, jelaskan apa yang kau tahu tentang para b******n itu?" Raut wajah Mater kali ini berubah menjadi serius. Mortis dan yang lain hanya menyaksikan dalam diam dan membiarkan atasannya itu bertindak sesuai dengan keinginannya. Ed menelan ludahnya sendiri, mengumpulkan tenaga yang sudah terkuras habis menahan siksaan dari sosok yang saat ini sedang menatap tajam dirinya. Ia melihat sebuah penampakan benda yang ia kenal yang saat ini berada di tangan Mortis. Ia mengangkat dagu mengarah pada benda yang berwujud topeng dengan sebuah lambang Huruf R merah besar pada permukaannya. "To–topeng itu. Itu adalah milik R, salah satu petinggi di Criminal City," ucapnya. Mendengar perkataan Ed, semua orang mengarahkannya pandangan mereka pada topeng tersebut. "Pemiliki topeng itu dikenal dengan R, salah satu petinggi Criminal City. Masih ada lima lainnya yang menjadi petinggi organisasi itu dan menyebut diri mereka sebegai The Six," ucap Ed dengan nada bergetar terdengar pada kalimatnya. "Lalu, seperti sosok R yang kau tahu?" tanya Mater. "A–aku hanya sekali bertemu dengannya. Ia adalah sosok tinggi dengan sifat brutal sebagai karakter yang mendominasi pada jiwanya. Semua anggota organisasi tidak ada yang pernah melihat wajah dari R dan petinggi-petinggi yang lain." Mater mencoba untuk memahami setiap kalimat yang dikeluarkan oleh seorang kanibal dihadapannya ini. "The Six selalu menutupi wajah mereka dengan topeng yang bertuliskan inisial dari sebutan mereka. Para anggota hanya pernah bertemu salah satu dari keenam petinggi dan mereka tidak boleh saling mengatakan siapa petinggi yang mereka temui atau konsekuensinya mereka akan dibunuh. Jadi, tidak ada yang pernah mengetahui siapa pernah bertemu dengan siapa, hanya diri sendiri dan petinggilah yang mengetahuinya." Wajah Ed berubah cemas. Ekspresi ketakutan kali ini nampak pada tampangnya. Ia merasakan perasaan gelisah yang hebat dan tubuhnya mulai bergetar. Melihat reaksi Ed, Mater hanya diam dan bangkit dari posisi jongkoknya. Ia meregangkan badannya yang pegal karena menahan beban untuk waktu yang cukup lama dengan berjongkok hanya demi mendapatkan informasi. Dan ia merasa puas karena telah mendapat informasi yang setidaknya lebih berguna. "Hah, baiklah. Kurasa informasi ini akan disukai oleh si Tua Baron," ucapnya sambil tersenyum dan berjalan menjauhi Ed. Ia menepuk bahu Mortis dan memberikan tanda bahwa Mortis harus mengikutinya. Sebelum mereka keluar dari bangunan itu, Mater sempat berkata, "Anak-anak! Bereskan sampah yang harus dibereskan. Dan jangan sampai meninggalkan sisa sedikit pun." Setelah mengatakan itu, ia dan Mortis kembali melanjutkan langkah kakinya keluar dari gedung itu. Terdengar suara Ed yang memanggil-manggil mereka berdua. "A–apa? Hey! Apa maksud ka—" Dor! Suara tembakan terdengar nyaring dan itu pula yang menandakan bahwa era dari sosok Man-Eater di bawah kendali Criminal City telah berakhir.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD