DolCEO 1

1052 Words
Suara musik terdengar hingar - bingar di sebuah club malam yang memekakkan telinga. Alat musik yang dimainkan oleh disc jockey membuat siapapun yang mendengarnya ikut menggoyangkan tubuh mereka mengikuti alunan musik. Irama yang mampu membawa siapapun yang mendengarkannya seakan berada ke dunia lain, dunia tanpa mengenal waktu kemarin, dan esok. Seorang gadis muda berumur 23 tahun menikmati musik yang dimainkan disc jockey, ia menggerakkan tubuhnya sambil bergoyang mengikuti alunan musik yang membuatnya terlena. Minuman - minuman beralkohol terlihat berantakan di atas meja gadis itu. Jesslyn Valencia Agatha yang biasa dipanggil Valen bersama sahabatnya Regina menghabiskan waktu malam minggu mereka dengan bersenang - senang di Marquee club, salah satu klub malam paling terkenal di kota Sydney, Australia. Klub malam yang dikenal dengan suara mutakhir, pencahayaan, dan dekorasi futuristik membuat pengunjung betah berlama - lama di sana tanpa mengenal waktu. "Valen, ayo minum lagi," ujar Regina sambil menuangkan botol minuman beralkohol merk chivas di gelasnya. "Terima kasih sahabatku, kamu memang yang terbaik," ujar Valencia langsung meminumnya. "Kita nikmati malam ini Val, tanpa harus mengingat esok hari," teriak Regina. "Tentu Re, kita mabuk sampai pagi." Valencia terus menikmati malam ini tanpa menghiraukan hari esok. Malam semakin larut, Valencia dan Regina memutuskan kembali ke apartemen yang mereka. Jalanan yang tampak lengang membuat Valencia bisa sedikit bernapas lega. Rasa panas masih membakar tenggorokan, sisa masam alkohol masih mencengkram langit - langit mulutnya. Pandangan mengabur, membuat temaram lampu jalan sedikit lebur. Beruntung Regina tak semabuk dirinya, jika tidak, mereka mungkin tak bisa membawa pulang mobil kesayangan malam ini. "Val, aku aja yang mengemudi. Aku ga terlalu mabuk parah kaya kamu," ujar Regina yang tidak terlalu banyak minum. "Iya. Nih kunci mobilnya." Valencia merogoh tas dan memberikan kunci mobilnya pada Regina. Regina mengambil alih kemudi, ia dengan cepat mengemudi walau terkadang tak berarah. Valencia sempat terlelap sejenak, sebuah guncangan hebat dan suara decitan rem yang kencang menarik paksa kesadaran Valencia. Astaga, apa Regina menabrak sesuatu? Batin Valencia panik. Mobil mereka berhenti dengan oleng, nyaris menabrak pembatas jalan. Regina sangat terkejut lalu membuka pintu, keluar untuk memastikan semua baik - baik saja. Betapa terkejutnya ia saat melihat tubuh tak berdaya seorang gadis kecil terkapar bersimbah darah di aspal. Wajah Regina seketika memucat, mabuk yang tadi dideranya seakan menghilang. Seketika ia sadar apa yang dilakukannya, ia melihat ke arah sekitarnya memastikan tidak ada yang melihat apa yang telah dilakukannya. Setelah ia merasa aman, ia segera kembali ke dalam mobil, tanpa diketahui sebuah Closed Circuit Television atau CCTV merekam semua kejadian. Menjadi saksi bisu bagaimana seorang gadis kecil berusia 5 tahun meregang nyawa. "Tadi kenapa? Kamu nabrak apa?" tanya Valencia dengan setengah sadar. "Ga–ga ada kejadian apapun, a–ku hanya nabrak anjing," ujar Regina gugup. "Ooh yaa udah," ujar Valencia tanpa curiga dan kembali menutup matanya. Ia sangat mengantuk, ingin segera merebahkan tubuhnya di atas ranjangnya yang empuk. Jantung Regina berdegup dengan kencang, aliran darah yang mengalir ke dalam peredaran darah membuatnya merasakan efek panas yang membuatnya ketakutan. Ia segera mengemudikan mobil Valencia dengan secepat mungkin kembali ke apartemen. Keesokan harinya Valencia terbangun dalam tidurnya yang nyaman, merasakan sinar mentari yang menerpa wajah dan menyilaukan matanya menembus di balik tirai jendela. Ia sangat kesal hal tersebut membuatnya tak lagi dapat memejamkan matanya. "Aduuh kepalaku jadi nyeri ini," keluhnya sambil memegang tengkuk lehernya. Valencia turun dari ranjangnya dan merasakan pusing dibagian belakang kepalanya semakin menjadi-jadi. Ia menyesal tadi malam terlalu banyak minum - minuman beralkohol yang membuat ketidakseimbangan elektrolit dan dehidrasi menyebabkannya sakit kepala. Valencia mengedarkan pandangannya di sekeliling ruang tamu di apartemen kecilnya dengan dua kamar bersebelahan dengan kamar Regina. Ia berpikir mungkin saja Regina masih tidur. Ia menuju ke dapur membuat segelas teh hangat untuk meredakan sedikit nyeri yang menderanya. Regina keluar kamar dengan membawa koper besar seperti orang yang pindahan dengan terburu - buru. Valencia menyeritkan dahinya, merasa heran melihat kelakuan sahabatnya yang tidak seperti biasanya. "Re, mau kemana?" tegur Valencia. "Yaa ampun Valen, kamu mengagetkan aku aja sih," seru Regina sambil memegang dadanya. Valencia tertawa dengan reaksi Regina, tapi juga heran. Biasanya Regina seorang gadis yang tenang dan tidak panikan seperti sekarang. "Re, mau kemana? Kok bawa koper besar begitu?" tanya Valencia penasaran. "Hmm... aku mau pulang kampung." "Pulang kampung? Kenapa?" "Ayah dan Ibu sakit, udah dulu ya. Kamu jaga dirimu baik-baik yaa Valen dan sebelumnya aku minta maaf sama kamu," ujar Regina sambil berlalu pergi tanpa menunggu jawaban dari Valencia yang menatapnya dengan kebingungan. Suara pintu tertutup dengan kencang, membuat Valencia terkejut. Ia mengerjapkan mata dua kali dengan tak percaya. Ia menyerngitkan dahinya lagi saat mendengar alasan Regina yang tak masuk akal, sepengetahuannya gadis itu yatim piatu dan tak punya kampung halaman. Regina dibesarkan di panti asuhan. "Regina berbohong yaa. Tapi, apa alasannya berbohong?" ujarnya penasaran. "Akh, sudahlah aku mau tidur lagi. Lelah aku memikirkannya, tapi aku lapar." Suara perut Valencia terdengar krucuk - krucuk yang merdu, ia memegang perutnya. Bagaimana ia bisa tidur kalau dalam keadaan perut kosong. Dengan langkah malas ia membuka lemari pendingin dan melihat isinya. "Yaa ampun cuma ada telur doang nih, yaa udah deh buat telur dadar aja." Valencia menggoreng telur setelah selesai acara goreng menggoreng, ia makan sambil duduk di depan sofa menonton televisi. Ia melihat siaran di televisi menampilkan berita tentang meninggalnya seorang gadis kecil berusia 5 tahun cucu dari keluarga kaya nomor satu di Australia. Anak dari CEO Alaskar Company, pengusaha muda kaya raya di bidang properti dan perkapalan. "Yaa ampun kasihan banget gadis kecil itu," ujar Valencia dengan iba. Valencia mengganti saluran televisi, tapi ia melihat berita itu lagi dan menjadi headline di seluruh berita televisi di Australia. Gadis kecil meninggal dengan mengenaskan di malam hari akibat ditabrak sebuah mobil dan ditinggalkan begitu saja terbujur kaku dan bersimbah darah di jalanan. "Kenapa anak itu bisa ada dijalan saat tengah malam ya? Katanya dari keluarga Alaskar, tapi kenapa bisa pergi tanpa pengawasan," ujar Valencia. "Gimana sih keluarga Alaskar, bapak ibunya kemana juga itu. Kok aku jadi kesal sendiri sih, kenal juga ga." Mata Valencia kembali fokus menyaksikan berita tersebut lagi, ia merasa sedih saat foto gadis kecil yang berwajah cantik ditampilkan di layar kaca. "Sialan bener nih penabrak! Ku sumpahin yang nabrak membusuk di penjara. Untung ada cctv di sekitar situ jadi bisa diketahui oleh pihak yang berwajib," ujarnya puas. Setelah selesai menghabiskan telur dadanya, Valencia memutuskan untuk melanjutkan tidurnya yang tadi terganggu, ia menutup rapat - rapat tirai jendela apartemennya dan menjatuhkan dirinya di atas ranjangnya yang empuk. "Saatnya aku melanjutkan tidurku yang tadi bersambung bagaikan drama," ujarnya pelan lalu menutup mata dan terlelap dalam buaian bunga tidur.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD