Leo a.k.a Elisa berjalan menuruni tangga, gadis itu berjalan mengelilingi rumah tersebut guna mencari letak kolam renang.
Setelah mencari kesana kemari akhirnya dia berhenti didepan sebuah pintu kaca yang jika ingin membukanya harus digeser dia yakin jika pintu itu terhubung langsung ke kolam renang, gadis itu menggeser pintu kaca tersebut dan mengambil ancang-ancang untuk melompat ke dalam kolam tetapi belum juga sempat dirinya melompat seseorang menarik kerah belakang bajunya, membuat ia hampir tercekik.
"Anjir Lo!" umpatnya kesal dan melirik kebelakang untuk mengetahui siapa yang berani menarik kerah bajunya.
Dia mendapati seorang pria yang mengenakan seragam sekolah tengah menatapnya datar. Leodra menepis kasar tangan yang menarik bajunya itu.
"Apaan sih Lo maen narik narik baju gue, kalau gue kehabisan napas terus meninggal Lo orang pertama yang gue gentayangin." ucapnya tetapi sedetik kemudian dia bergumam, "enggak deng, Lo orang kedua orang pertama itu si Bayu kampret."
"Mau ngapain Lo?" tanya cowok itu seraya menaikkan sebelah alisnya
"Ngapain kek, urusan idup Lo. Udah deh jauh jauh Lo, gue gak kenal ama Lo jadi Jan ganggu gue, gue tabok ntar." Leodra melanjutkan langkahnya dan bersiap untuk melompat
"Kalau Lo cuma mau caper gak usah disini, jembatan banyak." ucap cowok itu datar membuat Leodra menatap sinis padanya
"PD gila Lo, ngapain gue caper? kek gada kerjaan aja." decaknya, "udah deh kalau Lo cuma mo ngebacot lebih baik pulang sana, gak sopan bat masuk rumah orang sembarangan."
Cowok itu mengerutkan keningnya, dia merasa aneh dengan kelakuan cewek didepannya ini.
"Lo--" belum sempat dia menyelesaikan ucapannya gadis itu langsung berlari dan melompat ke kolam hingga,
Dukh
Bunyi benda terjatuh terdengar sangat jelas
"Anjeng! Siapa yang kosongin nih kolam!? Kurang ajar tuh orang." umpat Leodra karna saat dia melompat bukan air yang ditemui tetapi lantai kolam yang keras
Para pelayan datang menghampiri karna mendengar bunyi benda terjatuh
"Astaga! Nona, nona sedang apa disitu?" ucap Aisha
"Tidur gue, ya jatuh lah pinter, pake nanya lagi." decaknya kesal, "kenapa nih kolam dikosongin?" tanyanya
Para pelayan itu saling pandang dan beralih memandang cowok yang sedari tadi hanya diam, sembari menatap datar gadis yang sedang terduduk di dasar kolam renang itu.
"Itu bapak yang menyuruh, nona." ucap Mery
"Pinter bat tuh bapak ye," gumam Leodra
Leodra pun menaik ke permukaan dengan sigap para pelayan memapahnya
"Sakit bat pinggang gue, ck." ringisnya "kenapa pake dikosongin sih, ah."
"Bapak menyuruhnya supaya kejadian seminggu yang lalu tidak terulang lagi." jawab Mery
"Pokoknya gue gak mau tau, besok ni kolam kudu udah penuh." ucap Leodra tegas
"Tap--"
"Stt, gada tapi-tapian." Setelah itu Leodra masuk kerumah dengan tertatih karna pinggangnya sakit.
"Sialan." ringisnya
***
Malam pun tiba, Leodra berbaring di ranjangnya sambil menatap langit-langit kamar.
"Ck, kalau gini terus kapan gue baliknya? Gue tebak pasti si Laskar udah excited bat mo bikin anak cewek sama mamih, awas aja nih pas gue balik gue punya adek cewek, gue pintes palanya." ucap Leodra mengepalkan tangannya.
Berguling ke sisi kasur, saking bergulingnya jadi nyungsep.
"Gak bisa dibiarin nih, besok gue kudu lompat ke kolam renang titik." tekadnya
Tok tok tok
"Non, makan malam udah siap. Non udah ditungguin sama bapak." ucap seorang pelayan dibalik pintu
"Iya, nih gue otw." jawabnya
Leodra segera bangkit dan turun untuk makan malam. Dia terlihat sibuk mengoceh saat menuruni tangga.
Sampai di ruang makan dia langsung duduk tanpa menatap orang-orang yang tengah memperhatikannya.
Leodra menerima sepiring nasi yang diberikan oleh Mery, dan mengambil udang asam manis dan omlet.
Tindakan itu membuat semua orang disana mengernyit bingung, sedangkan Mery dia menatap dengan khawatir kearah Leodra
"Non, nona gak--" ucapan Mery terhenti karena Elbara mengangkat tangannya mengisyaratkan untuk diam.
Elbara memperhatikan putrinya itu dengan tatapan datar, apakah ini salah satu trik gadis itu untuk mendapatkan perhatian darinya?
Sementara gadis yang menjadi perhatian itu hanya menikmati makanannya sembari memikirkan rencana yang akan dilakukan kedepannya.
"Kamu kenapa makan itu?" tanya seorang cowok yang duduk didepannya membuat gadis itu mendongak
"Maksud?" tanyanya bingung
"Kamu--"
"Lo gak tau atau pura-pura gak tau?" ucapan sinis itu berasal dari cowok yang duduk disebelahnya, tak menghiraukan cowok itu Leodra menatap cowok yang bertanya padanya tadi
"Kamu apa?" ucap Leodra
"Kamu alergi sama seafood." ucap cowok itu yang mampu membuat gadis itu melototkan matanya dan segera melepehkan makanan yang masih berada di mulutnya
"Sialan! Kok Lo baru ngasih tau sih?" ucapnya kesal seraya mengelap mulutnya dengan tisu
"Lo yang salah malah nyalahin orang, sehat Lo?!" ucap cowok disebelahnya
"Lo diem. Gue gak ngajak Lo ngomong, Jan sampe ni garpu melayang ke pala Lo." ucapnya tajam membuat cowok itu terdiam.
Leodra mulai merasakan efek dari memakan udang itu, nafasnya mulai berat dan wajah putih pucatnya terdapat ruam-ruam merah.
"Damn it." umpatnya seraya menggaruk pipi dan lengannya yang gatal.
"Ck, Mae... Gatal bat hiss..." rengeknya. "ni cewek katrok bat dah gak bisa makan seafood," jengkelnya
Mery datang dengan kotak P3K dia dengan telaten mengolesi salep pada ruam-ruam merah ditubuh gadis itu, dan memberinya obat. Beberapa saat kemudian napasnya mulai teratur, Mery dengan sigap mengganti nasi dan lauk Leodra
Selesai makan semuanya kembali ke kamar masing-masing, terkecuali Elisa dia berniat menanyakan sesuatu pada Mery
"Muy?" panggil Elisa tetapi dihiraukan oleh Mery lebih tepatnya tak terdengar
"Mamuy Mery." ucapnya lagi
"Eh? Nona manggil saya?"
"Ha'ah. Mulai sekarang El bakal manggil mamuy, gak papa kan?" ucapnya ragu membuat Mery tersenyum hangat dan kemudian mengangguk
"Tadi non mau nanya apa?" ucap Mery sembari mengambil tempat disamping Elisa
"Tadi yang ngomong sinis ke El itu siapa? Terus yang tadi ngomong pake aku-kamu siapa? El alergi sama makanan apa aja?"
"Satu satu atuh non." ucap Mery
"Yang tadi ngomong sinis itu siapa?"
"Itu den Shura, kalau yang ngomong pake aku kamu itu den Raffa." jelas Mery membuat Elisa mengangguk paham
"Terus yang gak boleh El makan apa aja?"
"Emm seafood sama coklat."
"Cuma itu?" tanya Elisa yang diangguki oleh Mery
"Kacang-kacangan, enggak?" tanya Leodra yang dibalas gelengan kepala dari Mery
"Hmm, ok deh makasih ya muy. Leo-Elisa kekamar dulu, selamat malam."
"Malam juga."
Elisa pun bergegas masuk ke kamarnya.
***
Pagi tiba, matahari sudah terbit dan masuk melalui jendela dan mengusik tidur seorang gadis. Gadis itu terduduk beberapa saat untuk mengumpulkan nyawanya dan bergegas memasuki kamar mandi.
Tak butuh waktu lama dia keluar dengan kimono sembari mengeringkan rambutnya.
"Gue belum terbiasa sama ni tubuh, rasanya jadi ugh." gumamnya geli
Berjalan kearah lemari dan mengambil seragam sekolahnya, "gimana ntar kalau gue datang moon? Hiih najis."
Saat akan memakai pakaian dia agak kesulitan memakai bra, "ribet amat sih ni beha, susah juga ya jadi cewek. Untung gue dilahirkan jadi cowok jadi gak ribet, eh gak deng sama aja cowok juga ribet. Minta ditumbuk bijinya."
Menatap dirinya dicermin dan meraih ransel lalu turun kebawah untuk sarapan.
"Pagi muy," sapa Elisa pada Mery yang sedang mengambilkan sarapan untuk Elisa
"Pagi." ucap Mery tersenyum tipis
"Mamuy masak apa?"
"Bukan mamuy yang masak tapi Layla." Elisa hanya mengangguk kecil dan memilih untuk menikmati sarapannya tanpa menatap ketiga pria berbeda generasi yang sedang memperhatikan dirinya
"Ehem... Kok kamu pake seragam sekolah?" tanya Raffa
"Iya nih soalnya aku mau ngamen." ucap Elisa ngawur membuat Raffa mengerutkan keningnya
"Ya mau sekolah dong Jamal, kalau nanya yang bener dikit dong." omel Elisa membuat Raffa sedikit terkejut
Dia heran biasanya adiknya ini selalu bersifat dingin dan cuek.
"Kamu gak papa kan?"
"Pertanyaan macam apa itu?" ucap Elisa membuat Raffa tak lagi bertanya
Mereka menikmati sarapan dengan tenang, tak lama Elisa selesai dan berdiri dari duduknya
"Aku selesai." ucapnya menyandang ranselnya, "muy aku pamit ya."
"Eh, iya kamu hati-hati ya."
"Siap." Elisa pun meninggalkan ketiga orang itu tanpa pamit bahkan memandangnya pun tidak membuat hati mereka agak tersentil
Raffa mengejar adiknya itu, "El? Tunggu,"
"Apa?"
"Kamu kakak anterin." ucapnya
"Tapikan kampus kakak sama sekolahku gak searah."
"Gak papa, tunggu ya kakak ambil tas dulu." tak lama kemudian Raffa pun datang dan menggandeng tangan Elisa menuju mobil dan mereka melaju menuju sekolah
Tak lama kemudian mereka sampai didepan SMA ANTARIKSA, Elisa segera keluar setelah berpamitan dan mengucapkan terimakasih pada Raffa, Raffa mengawasi Elisa sampai gadis itu masuk kesekolah.
Elisa berjalan di koridor, banyak pasang mata yang menatap kearahnya dan berbisik-bisik.
Tak sengaja dia mendengar bisikan seorang kakak kelas.
"Liat tuh, pasti rambutnya diwarnain iuh udah kek jamet."
"Ihh masa masih muda udah ubanan hahahaha."
Elisa berhenti dan menatap kearah para kakak kelas itu, "dih, Lo dari kampung mana sih? Gak pernah liat orang rambut putih? Makanya kali-kali liburan lah keluar negri, biar tu otak kagak dangkal-dangkal amat pikirannya." balas Elisa pedas membuat para kakak kelas itu terdiam
"Rakyat jelata gak usah sok keras." sinisnya
Elisa melanjutkan langkahnya dan berhenti di depan kelas XI, Elisa meraih ranselnya sembari mencari informasi tentang kelasnya, setelah menemukan buku yang disampulnya tertulis XI IPA 2 gadis itu terbengong tetapi beberapa saat kemudian, "njing, kok masuk IPA sih."gerutunya
"Padahal gue pikir nih cewek bakal masuk bahasa atau IPS, woylah."
Disaat dia lagi misuh-misuh dua orang cewek berlari sembari berteriak memanggil namanya.
"El! Akhirnya Lo sekolah, kita berdua kangen tau." ucap salah satu dari mereka yang diketahui namanya Syakila
"Huum, seminggu tanpa Lo bagaikan neraka." ucap yang satunya lagi bernama Bianca
"Oh,"
"Kok oh doang sih?" protes keduanya
"Sorry nih gue kagak suka temenan sama penjilat." ucap Elisa pedas dan melewati keduanya memasuki kelas.