"Tanpamu aku hanya raga tanpa jiwa. Mati, namun masih bisa bernafas." Nara Lovata Edrea.
***
Mobil Nara melaju dengan kecepatan tinggi. Ia memecah keheningan malam dengan deru suara mesin mobil mewahnya itu. Ia menuju sebuah hotel yang tak jauh dari warnetnya.
"Hah, apa-apaan ini?"
Entah kebetulan atau sebuah kutukan, pemandangan dari gedung hotel tersebut mengarah pada warnetnya. Mengarah pada posisi Rei saat ini berada. Bagaikan jeratan yang sama sekali tidak bisa Nara lepaskan. Lagi-lagi ia di hadapkan dengan takdirnya akan kenyataan yang pahit.
Hotel tersebut memperlihatkan warnetnya dari pemandangan kamarnya secara kebetulan. Nara pun tak punya pilihan lain. Ia terlalu malas untuk meminta pindah kamar. Ia tidak punya cukup energi untuk mempermasalahkan ini dan itu.
"Apa yang s
