Sebuah Harapan

502 Words
  Part 2 : Pertanyaan dan Harapan   Happy Reading ^_^   ***   Kenapa Clara bisa koma?   Kalau seperti dugaan Mamanya, kenapa Clara bisa kecelakaan?   Laura sangat mengenal adiknya. Clara tidak bisa mengendarai mobil dan padatnya jadwal sekolah membuat Clara lebih sering menghabiskan waktu di asrama sekolah dari pada di luar. Atau bisa jadi kecelakaan itu terjadi di area sekolah. Tetapi benturan apa yang berbahaya di sekitar sekolah? Jenis sekolah Clara adalah sekolah formal, satu-satunya yang berbahaya hanyalah bidang olahraga. Tapi kalaupun Clara terbentur saat olahraga, bukankah seharusnya pihak sekolah memberitahu? Jelas ini bukan kecelakaan yang terjadi di area sekolah.   Oleh karena itu Laura menyimpulkan kalau kecelakaan ini terjadi di luar sekolah. Tentu saja. Laura yakin pihak sekolah –ditambah juga dengan title sekolah favorit- tidak akan main-main dengan sarana dan prasarana. Karena itu juga Mamanya yakin menyekolahkan Clara di sekolah itu.   Lalu yang menjadi pertanyaan sekarang adalah kenapa bisa Clara kecelakaan? Laura yakin adiknya itu cukup memahami rambu-rambu lalu lintas, kapan saat dia diizinkan menyeberang jalan atau kapan dia harus berhenti.   Lalu, kenapa adiknya tidak memberitahu kalau dia kecelakaan? Tidak ada yang salah ketika seseorang memberitahukan keluarganya kalau dia kecelakaan. Bukankah itu bagus? Dengan begitu dia akan segera diperiksakan dan tidak akan ada hal buruk yang terjadi. Tapi kenapa Clara tidak mengatakannya? Rasanya seolah-olah Clara menyembunyikan sesuatu yang mana sesuatu itu akan terbongkar ketika dia memberitahukan tentang kecelakaannya.   Lalu apa yang disembunyikan Clara?   Dan sudah menjadi tugas Laura untuk mengetahui apa yang disembunyikan Clara. Ya, dia akan melakukannya. Dia harus tahu apa yang disembunyikan oleh Clara.   ***   “Ma, kita harus memberitahu pihak sekolah kalau Clara sakit.”   “Astaga, bagaimana mungkin Mama melupakan hal penting ini.” Ivanna langsung bangun dari posisi duduknya dan mengambil ponsel. “Mama akan menelpon wali kelas Clara kalau begitu.”   “Ma...” Laura mengepalkan tangannya kuat-kuat. “Apa yang akan Mama katakan pada wali kelas Clara?”   “Tentu saja kondisi Clara yang sesungguhnya.”   “Jangan!” tanpa sadar nada suara Laura naik satu oktaf. Dia menelan ludah untuk mengurangi kegugupannya.   “Kenapa, Laura?”   Laura menggeleng. “Maksudku... sebaiknya Mama jangan mengatakan yang sebenarnya. Katakan saja Clara kecelakaan dan perlu di rawat di rumah sakit selama beberapa hari. Izin sakit normalnya tiga hari dan kalau dalam tiga hari Clara belum juga bangun, barulah Mama memberikan izin formal dengan mencantumkan keadaan Clara yang sebenarnya.”   Ivanna mengerutkan keningnya pertanda tak sepenuhnya memahami maksud anak sulungnya itu. “Kenapa Mama harus menunggu tiga hari untuk memberitahukan pihak sekolah tentang keadaan Clara yang sebenarnya? Bukankah lebih cepat lebih baik, sehingga pihak sekolah  tidak akan mempermasalahkan ketidakhadiran Clara?”   “Harapan.”   Ivanna semakin mengerutkan keningnya. Laura mengaitkan kedua telapak tangannya ke belakang punggung. Kedua telapak tangan itu saling meremas dengan kuat. Dalam hatinya Laura memohon ampun untuk semua kebohongan yang akan dia karang sebentar lagi.   “Aku hanya berharap Clara bisa bangun dalam tiga hari. Bukankah ucapan adalah doa, Ma?” Laura menelan ludah. “Aku berdoa semoga Clara bangun dalam tiga hari dan semuanya akan kembali normal seperti dulu.” Jawab Clara dengan sangat percaya diri walau dalam hatinya dia tahu semua itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat.    TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD