15 - Perpisahan.

1815 Words
Seperti kata Juan sebelumnya, Juan datang menjemput Anna, dan langsung membawa Anna pergi makan malam di luar. Anton memberi izin Juan membawa Anna pergi, karena Anton tahu jika mungkin hari ini adalah hari terakhir Juan dan Anna bisa menghabiskan waktu berdua sebelum besok Juan kembali ke New York. Makan malam sudah selesai, saat ini Juan dan Anna berada di sebuah taman, taman yang dulu sering keduanya kunjungi. Taman yang menyimpan banyak sekali kenangan indah antara Juan dan Anna. Awalnya Juan ingin mengajak Anna pergi jalan-jalan keliling kota, tapi Anna menolak halus tawaran Juan. Anna malah meminta agar Juan membawanya ke taman. Tanpa pikir panjang, Juan setuju. Anna sedang duduk di kursi taman, sedangkan Juan sedang pergi entah ke mana. Juan menghentikan sejenak langkahnya, menghela nafas panjang ketika melihat Anna melamun. Sejak tadi, Juan sudah memperhatikan Anna, dan Juan sadar jika sejak pertama kali mereka bertemu, Anna lebih sering melamun. Saat tadi makan malam bersama, Anna juga lebih banyak melamun. Anna terlihat sekali tidak bersemangat, dan sikap Anna mengusik Juan, membuat Juan bertanya-tanya, apa yang sebenarnya menganggu pikiran Anna? "Apa Kak Sean sudah mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya Kak Sean katakan?" gumam Juan penasaran. Juan kembali melanjutkan langkahnya dengan pandangan yang terus tertuju pada Anna. Anna benar-benar melamun sampai tidak menyadari kedatangan Juan yang kini sudah duduk di sampingnya. Juan meraih kedua telapak tangan Anna, menggenggamnya dengan erat. Apa yang Juan lakukan berhasil menyadarkan Anna dari lamunannya. Sebelum menoleh, Anna terlebih dulu menormalkan mimik wajahnya, tak lupa untuk tersenyum. Juan menatap lekat mata Anna. "Kamu kenapa, hm? Sejak tadi, Kakak perhatikan kamu terus melamun. Apa yang menganggu pikiran kamu, Anna?" "Aku tidak apa-apa, Kak." "Itu artinya kamu sedang tidak baik-baik saja, Anna." Juan teringat ucapan salah satu teman wanitanya. Katanya, jika seorang wanita mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja, itu artinya, wanita tersebut tidak sedang baik-baik saja. Anna terkekeh, tapi tidak dengan Juan yang malah memasang raut wajah serius. Tawa Anna terhenti begitu sadar jika Juan tidak ikut tertawa. Anna melepas tangannya dari genggaman tangan Juan, lalu balik menggenggam kedua tangan Juan, meyakinkan Juan jika ia baik-baik saja. "Kak, aku baik-baik saja, percayalah." Juan tahu, Anna tidak akan menjawab pertanyaannya. Juan memeluk Anna, lalu Anna membalas pelukan Juan, "Semuanya pasti akan baik-baik saja, Anna." "Tapi firasat aku mengatakan kalau semuanya tidak akan baik-baik saja, Kak," ucap Anna dalam hati. "Aku tidak mau kamu pergi, Kak, tapi aku juga tidak bisa melarang kamu pergi." "Iya, semuanya pasti akan baik-baik saja," lirih Anna sambil meremas kuat jaket Juan. Anna mencoba untuk meyakinkan dirinya sendiri kalau semuanya pasti akan baik-baik saja, pikiran negatif yang sejak kemarin bercokol dalam otaknya pasti tidak akan terjadi. *** Semalam Anna tidak bisa tidur pulas. Anna bahkan sempat terbangun ketika hari baru saja berganti, dan Anna terbangun karena Anna mengalami mimpi buruk. Untungnya, semalam Anna bisa kembali tidur, lalu pagi ini, Anna terbangun karena dering ponselnya. Masih dengan mata terpejam, Anna meraih ponselnya yang ada di nakas. Anna sedikit membuka matanya untuk melihat siapa orang yang pagi-pagi begini sudah menghubunginya. "Kak Juan," gumam Anna sambil merubah posisinya menjadi duduk. Anna meloudspeaker panggilan dari Juan. "Iya, Kak." "Baru bangun, hm?" "Iya, aku baru bangun." Anna menguap, dan saat itulah Juan tertawa. "Kamu yakin tidak mau mengantar kepergian Kakak ke bandara?" Anna ingin sekali mengantar Juan, tapi Anna takut jika kedua orang tua Juan, lalu Bella serta keluarganya juga mengantar kepergian Juan. Anna tidak mau bertemu dengan mereka, karena kehadirannya pasti akan mengundang banyak tanya dari mereka semua. "Enggak." Anna akhirnya menolak. "Kenapa?" Anna diam. "Tidak ada yang mengantar kepergian Kakak, Anna. Daddy dan Mommy tidak akan mengantar Kakak, jadi Kakak pergi ke bandara hanya di antar oleh supir." Juan seolah tahu apa yang Anna takutkan. "Kenapa bisa begitu?" "Daddy dan Mommy ada urusan penting yang tidak bisa diwakilkan, jadi keduanya tidak bisa mengantar Kakak ke bandara." "Bella dan orang tuanya tidak mengantar Kakak?" cicit Anna. "Tidak, mereka bahkan tidak tahu kalau Kakak akan kembali ke New York hari ini." Juan memang meminta agar kedua orang tuanya tidak memberi tahu Bella jika ia akan kembali ke New York hari ini. Perasaan Anna seketika berubah menjadi lega. "Jadi, kamu tidak mau mengantar Kakak?" Juan kembali bertanya, masih berharap jika Anna mau mengantar kepergiannya. Anna melirik jam di nakas, menghela nafas panjang ketika tahu kalau hari sudah akan beranjak siang. "Aku baru bangun, Kak. Belum mandi." Juan tersenyum lebar, bahagia karena Anna tidak lagi memberi penolakan. Bukankah jawaban Anna barusan sebagai isyarat jika Anna ingin mengantar kepergiannya? "Kakak berangkat 2 jam lagi, jadi kamu masih punya banyak waktu untuk bersiap." "Ta-" "Bersiaplah, Kakak akan menjemput kamu. Kamu tidak perlu khawatir, Kakak sudah mendapatkan izin dari Daddy Anton, dan Daddy mengizinkan kamu untuk mengantar Kakak." Juan menyela, tidak memberi Anna kesempatan untuk menolak. "Baiklah, Anna akan bersiap." "Ya sudah, Kakak juga mau bersiap dulu." "Ok." Setelah sambungan teleponnya dengan Juan berakhir, Anna segera pergi mandi. Hanya butuh waktu tak lebih dari 45 menit bagi Anna untuk bersiap. Ketika Anna sudah selesai, bertepatan dengan kedatangan Juan. Juan dan Anna sudah berada di dalam mobil yang kini melaju menuju bandara, keduanya duduk di bangku belakang. Sejak Anna memasuki mobil, Juan sudah memeluk Anna. Anna tidak menolak pelukan Juan, dan malah membalas pelukan Juan. Hari ini adalah hari terakhir Anna bisa memeluk Juan, jadi Anna tidak akan menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Anna tiba-tiba menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Juan. Juan tertawa pelan, tapi tawa Juan tak berlangsung lama, begitu merasakan bahunya basah oleh air mata Anna. Juan mengeratkan pelukannya, sudah menduga jika hal seperti ini pasti akan terjadi. "Kenapa menangis?" bisik Juan sambil mencoba menjauhkah wajah Anna dari bahunya, tapi Anna menolak. Anna juga menolak menjawab pertanyaan Juan. "Anna, Kakak pasti akan kembali." Juan seolah tahu apa yang Anna takutkan. "Ha-harus, Kakak harus kembali," lirih Anna disela isak tangisnya. "Iya, Kakak pasti akan kembali. Kakak janji," balas Juan sesaat setelah mengecup pelipis Anna. Juan tidak akan melarang Anna untuk menangis, karena mungkin dengan menangis, perasaan Anna bisa sedikit membaik. Juan terus memeluk Anna, membiarkan Anna menangis dalam dekapannya. Tak sampai 20 menit kemudian, Juan dan Anna sampai di bandara. Juan akan terbang ke New York menggunakan jet pribadi milik Alexander, jadi Juan membawa Anna ke ruangan tunggu khusus. Di dalam ruangan tersebut, hanya ada Juan dan Anna. "15 menit lagi, Kakak berangkat." Anna mengeratkan pelukannya, lalu menghirup dalam-dalam aroma tubuh Juan. Aroma yang pasti akan kembali ia rindukkan. "Lihat mata Kakak, Anna." Anna menggeleng, menolak untuk menatap Juan. Juan meraih dagu Anna menggunakan tangan kanannya. Juan menunduk, mengecup dalam-dalam kening Anna. Juan bukan hanya mengecup kening Anna, tapi juga mengecup pipi kanan dan kiri Anna. Tangan kanan Juan terangkat, membelai bibir bawah Anna menggunakan jari-jemarinya. "Boleh?" tanya Juan dengan suara memberat. Sejak tadi, Juan sudah menahan diri agar tidak mencium Anna, lalu sekarang, Juan sudah tidak bisa lagi menahannya. Anna tidak menjawab pertanyaan Juan, tapi pandangan Anna tertuju pada bibir Juan. Juan merangkum wajah Anna dengan tangan kanannya, lalu memiringkan wajahnya, menempelkan bibirnya pada bibir ranum Anna. Anna mengalungkan kedua tangannya pada leher Juan, sedangkan Juan mendorong tengkuk Anna. Ciuman Juan dan Anna kali ini jauh lebih santai dari yang sebelumnya. Keduanya bercium cukup lama, dan tautan bibir Juan dan Anna terlepas ketika sadar jika mereka butuh waktu untuk mengambil nafas. Nafas Juan dan Anna sama-sama memburu, bibir keduanya juga sama-sama memerah dan sedikit membengkak. "Kakak harus segera berangkat," ucap Anna seraya menyeka salivanya yang tertinggal di bibir Juan. "Kakak tahu." Juan juga melakukan hal yang sama, menyeka bibir ranum Anna menggunakan ibu jarinya. "Kakak tidak mau pergi, tapi Kakak harus pergi." "Aku tahu. Jadi, pergilah, Kak." "Jika ada apa-apa, tolong hubungi Kakak." Anna mengangguk. Anna segera melepas pelukan Juan dari pinggangnya begitu mendengar suara ketukan pintu yang dibarengi suara pemberitahuan jika Juan harus segera bersiap. "Pulanglah." "Kakak ngusir aku?" Anna menatap Juan dengan raut wajah masam. "Tidak, Kakak tidak mengusir kamu." Juan membelai punggung tangan kanan Anna yang ada dalam genggamannya. "Kakak hanya takut jika kamu akan menangis begitu melihat kepergian Kakak, jadi lebih baik Kakak yang melihat kepergian kamu." Sekuat tenaga, Anna menahan diri agar tidak kembali menangis, tapi kedua matanya tidak bisa berbohong. Mata Anna sudah memerah, bahkan kini air mata sudah menggenang disetiap pelupuk matanya. Ucapan terakhir Juan sukses membuat Anna kembali merasa emosional. Anna ingin memalingkan wajahnya, tapi Juan menahan pergerakan Anna. Anna memejamkan matanya, tidak sanggup menatap Juan yang kini menyeka air mata di pipinya. Sama seperti Anna, mata Juan juga sudah berkaca-kaca. Sejak tadi, Juan menahan diri agar tidak menangis, karena Juan tidak mau membuat Anna semakin menangis. Juan mengecup kening Anna, lalu mempelkan keningnya pada kening Anna. "Kamu harus tahu kalau Kakak sangat mencintai kamu, Anna." "Aku tahu, Kak." Anna memberanikan diri membuka kelopak matanya, dan di saat yang sama, Juan juga melakukan hal yang sama. Juan tersenyum tipis, begitu juga dengan Anna. "Bersabarlah, Kakak pasti akan segera kembali." Anna hanya mengangguk, tak mampu lagi berkata-kata. Anna takut jika yang akan keluar dari mulutnya adalah isak tangis. Juan kembali memeluk Anna, terus membisikkan kata-kata yang sama sekali tidak membuat perasaan Anna semakin membaik. Biasanya, kata-kata Juan mampu membuat perasaan Anna tenang atau lega, tapi kali ini, kata-kata Juan malah semakin membuat perasaan Anna kacau. "Ya sudah, Anna pulang," ucap Anna setelah cukup lama terdiam. Juan melepas pelukannya. "Langsung pulang ya, jangan pergi ke tempat lain." "Iya." Anna memang tidak berniat pergi ke tempat lain. Anna akan langsung pulang, lalu tidur, menenangkan hati serta pikirannya. Juan mengantar kepergian Anna, dan Anna menolak ketika Juan akan mengantarnya sampai ke tempat parkir. Juan dan Anna berpisah. Anna pergi ke tempat parkir, sedangkan pergi menuju apron, tempat di mana zet berada. "Anna!" Suara tersebut sangat asing, tapi Anna yakin jika Anna yang dipanggil atau Anna yang dimaksud adalah dirinya. Anna menghentikan langkahnya, lalu menoleh pada asal suara yang datang dari arah kanan. Terkejut, itulah yang Anna rasakan ketika tahu siapa orang yang baru saja memanggilnya. "Bella," gumamnya tanpa sadar. Ya, Anna tidak salah, orang yang baru saja memanggilnya adalah Bella, wanita yang berstatus sebagai tunangan Juan. Anna jadi bertanya-tanya, kenapa Bella ada di sini? Tadi Juan bilang jika Juan tidak memberi tahu Bella kalau hari ini Juan akan kembali ke New York, lalu kenapa Bella bisa ada di sini? Apa sejak tadi Bella mengikuti Juan, bahkan ketika Juan datang menjemput ke rumahnya? Ada banyak sekali pertanyaan yang bercokol dalam pikiran Anna. Anna tahu jika ia akan mendapatkan semua jawaban dari pertanyaan tersebut kalau ia bertanya langsung pada Bella. Bella tersenyum sinis, lalu mendekati Anna dengan kedua tangan bersedekap. Anna segera merubah mimik wajahnya, kembali datar. "Bisa kita bicara berdua? Tapi bukan di sini." Bella butuh tempat sepi, bukan tempat ramai seperti sekarang ini. "Bisa." Anna tidak akan menolak ajakan Bella. Anna ingin tahu, apa yang ingin Bella bicarakan padanya, meskipun Anna sudah sedikit bisa menebaknya. Bella mengajak Anna pergi ke sebuah restoran yang letaknya cukup jauh dari bandara. Anna memutuskan untuk menggunakan taksi, lalu meminta agar supir Juan untuk pulang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD