3

1610 Words
Enam tahun kemudian... Seorang wanita di dalam mobil menurunkan kaca matanya, ia melihat ke rumah megah yang saat ini terlihat jelas di matanya. Mobil yang wanita itu tumpangi memasuki gerbang rumah mewah itu, setelah seratus meter, mobil berhenti tepat di depan teras rumah yang di bagian sisinya terdapat dua pilar besar yang terlihat kokoh. Kaki jenjang wanita yang mengenakan stiletto berwarna merah keluar dari mobil saat pintu mobil telah dibuka oleh sopir. Pelayan laki-laki paruh baya menyambut kedatangannya. "Nyonya Alee, Tuan sudah menunggu Anda di dalam." Pelayan itu memberi tahu sang wanita yang berusia jauh lebih muda darinya. Wanita yang tidak lain adalah Alee itu melangkah masuk melewati dua daun pintu raksasa yang terbuat dari kayu terbaik di dunia itu. Benturan hak sepatu Alee dan lantai marmer mengkilat terdengar di dalam ruangan besar yang dilalui Alee. Beberapa pelayan yang dilewati oleh Alee menundukan kepala mereka memberi hormat pada Alee. Para pelayan ini belum pernah bertemu Alee sebelumnya, tapi mereka sudah diberitahukan oleh kepala pelayan yang sekarang menunjukan jalan pada Alee bahwa nyonya muda mereka akan segera datang hari ini. Setelah melewati beberapa ruangan dan koridor yang cukup panjang, Alee sampai ke sebuah ruangan yang tampak hangat. Di dinding ruangan itu terdapat banyak foto yang Alee tidak mungkin tidak kenali. Alee tidak begitu mempedulikan foto-foto itu, ia hanya terus berjalan menuju ke seorang pria dengan pakaian santai yang saat ini tengah berdiri menghadap ke luar jendela. Pria itu membalik tubuhnya lalu tersenyum pada Alee. "Selamat datang kembali di kota ini, Alee." Pria itu membuka kedua tangannya. Alee membalas senyuman itu, ia kemudian masuk ke dalam pelukan pria yang berumur hampir 50 tahun, tapi masih terlihat seperti berada di penghujung 30an tahun. Pria ini masih tampak muda dengan wajahnya yang aristokrat ditambah tubuhnya yang masih terlihat bugar. "Bagaimana perjalanan panjangmu? Melelahkan?" tanya pria itu setelah pelukannya dan Alee terlepas. "Aku hanya mengalami sedikit sakit kepala. Rasanya sangat jenuh berada di dalam pesawat selama berjam-jam." Alee menjawab seadanya. "Kalau begitu istirahatlah. Pelayan akan membangunkanmu saat makan malam siap." "Anda benar-benar pengertian. Kalau begitu saya akan ke kamar." "Ya." Alee membalik tubuhnya, sapaan singkatnya terhadap pria pemilik rumah sudah cukup untuk saat ini. "Ah, Alee." Pria itu bersuara lagi. Ia menatap Alee yang kini membalik tubuh. "Kau tidak akan menyesali keputusanmu ini, bukan?" Alee menggelengkan kepalanya. "Aku tidak akan ada di sini untuk sebuah penyesalan, Tuan Ingelbert." "Aku senang mendengarnya kalau begitu. Silahkan beristirahat." "Terima kasih." Alee kemudian membalik tubuhnya lagi dan pergi. Kepala pelayan melangkah di depannya, menunjukan di mana kamarnya berada. Untuk sampai ke kamarnya, Alee harus menaiki tangga. Ia melewati beberapa ruangan lainnya lalu sampai di depan sebuah pintu. "Ini adalah kamar Anda, Nyonya Alee. Jika Anda membutuhkan sesuatu, Anda bisa menghubungi saya. Tekan tombol satu pada intercom untuk terhubung dengan saya." Marcus, pelayan utama Tuan Ingelbert memberitahu Alee. "Baiklah, terima kasih." Alee lalu masuk ke dalam kamarnya. Saat pintu terbuka, nuansa putih dan cokelat menyapa Alee. Perabotan di dalam kamar itu jelas bukan barang-barang yang murah. Tentu saja, akan memalukan bagi Tuan Ingelbert jika perabotan di dalam rumah mewahnya adalah barang-barang murah. Terdapat sebuah lampu gantung di tengah ruangan besar itu. Ada ranjang berukuran besar yang sangat nyaman untuk Alee tiduri. Memeriksa bagian lain kamar itu, Alee masuk ke sebuah ruangan lain yang ada di sana. Ruangan itu berisi semua pakaian dan aksesoris yang Alee butuhkan. Alee melihat ke deretan pakaian yang ada di beberapa lemari dalam ruangan itu. Mulai dari pakaian santai, pakaian kerja hingga ke pakaian pesta ada di sana. Tuan Ingelbert telah menyiapkan segalanya dengan baik. Ukuran pakaian itu juga sesuai dengan yang Alee beritahukan pada pria matang itu. Setelah memeriksa semuanya, Alee memutuskan untuk membersihkan tubuhnya. Perjalanan yang panjang dan melelahkan membuatnya merasa tidak nyaman. Badannya tidak bau, juga tidak lengket, tapi tetap saja ia merasa risih jika ia tidak segera mandi. Alee berdiri di bawah pancuran air, kedua tangannya menyisiri rambutnya yang menutupi wajah. Wanita ini terlihat semakin menggoda dari sebelumnya. Enam tahun lalu, Alee masih berusia 20 tahun, penampilannya selalu santai. Alee terkesan tidak begitu peduli pada penampilannya. Namun, setelah ia pindah ke tempat baru dan bertemu dengan Tuan Ingelbert, ia mengubah penampilannya. Alee yang jarang mengenakan pakaian ketat kini hampir tiap hari mengenakannya. Ia yang biasanya jarang menyapukan make up ke wajahnya kini mengenakan riasan setiap hari. Alee yang dulunya sering terlihat polos kini tampak lebih memikat. Wajah yang cantik, riasan yang menonjolkan kecantikannya, serta pakaian yang menyempurnakannya. Pria mana pun tidak akan pernah bisa melewatkan Alee. Meski begitu, Alee masih tetap sama seperti dulu. Ia tidak pernah mudah untuk didekati. Ketukan dari luar membuat kegiatan Alee terhenti sejenak. "Sayang, Mom akan menghubungimu lagi nanti. Dengarkan apa yang dikatakan oleh Bibi Leonna, dan jadilah anak yang baik. Mom sangat mencintaimu, Sky." "Baik, Mom. Aku juga sangat mencintaimu." Alee menutup panggilannya, ia segera turun dari ranjang, kakinya mengenakan sandal santai yang tergeletak di lantai. "Ya." Alee bersuara sembari membuka pintu kamarnya. "Nyonya, Tuan sudah menunggu Anda untuk makan malam." Pelayan utama di kediaman itu memberitahu Alee. "Baik." Alee menutup pintu kamarnya lalu berjalan mengikuti pelayan menuju ke ruang makan yang lagi-lagi harus melewati banyak ruangan. Sampai di ruangan makan, terdapat sebuah meja panjang di sana dengan kursi yang lebih dari lima baris. Di salah satu kursi sudah ada Tuan Ingelbert yang mengenakan mantel cukup tebal. "Selamat malam, Alee." Tuan Ingelbert menyapa Alee. "Selamat malam, Tuan Ingerlbert." Alee membalas sapaan itu disertai dengan senyuman manisnya. "Duduklah, Alee." Tuan Ingelbert mempersilahkan Alee untuk duduk. Alee mengambil tempat duduk di sebelah sang pemilik rumah. "Terima kasih." Di meja terdapat beberapa jenis makanan yang Alee pikir terlalu berlebihan untuk dua orang saja, tapi ini tentang Tuan besar Ingelbert, tidak ada yang berlebihan untuk pria dengan kekayaan ratusan miliar dolar itu. Damian Ingelbert adalah pemilik Ingelbert Corporation, sebuah perusahaan perangkat lunak yang mengembangkan dan memasarkan teknologi dan piranti lunak database. Damian juga memiliki banyak saham di beberapa bisnis lainnya. Pria ini memiliki segalanya, tapi nasibnya tentang cinta sama seperti Alee. Tidak beruntung. "Aku harap kau menyukai makan malam ini, Alee." Damian merangkum jemarinya di meja sembari menatap Alee dengan tenang. "Bau makanan di depanku sangat menggoda, Tuan Ingelbert. Aku yakin rasanya tidak akan mengecewakan." "Kalau begitu selamat makan." "Ya." Kemudian keduanya menyantap hidangan di depan mereka dengan tenang. Tidak ada pembicaraan apapun, Damian tipe pria yang tidak suka makan sambil bicara begitu juga dengan Alee. Beberapa saat kemudian mereka selesai makan. Pelayan telah merapikan meja makan, dan kini yang tersisa di sana hanyalah anggur kualitas terbaik dengan dua cangkir yang sudah terisi oleh minuman yang disukai oleh kalangan atas itu. "Kedatanganmu mungkin akan menarik perhatian Ell." Damian memainkan cangkir di tangannya. Ia kemudian menyesap sedikit wine dari gelas itu. "Saat ini identitasmu sedang dicari-cari oleh media. Kau disebut sebagai penyebab retaknya rumah tanggaku dan Zara. Ell juga tengah mencari siapa wanita yang sudah membuat aku dan Zara bercerai. Putraku itu mungkin akan sedikit kejam padamu." Alee tertawa hampa. "Dari dulu dia sudah kejam padaku. Tidak masalah menghadapi sedikit kekejamannya lagi." Damian suka ketangguhan yang Alee miliki. Ia telah mengawasi Alee selama bertahun-tahun dan Alee tidak pernah meminta bantuan siapapun untuk membesarkan Sky, cucunya. Alee melakukan banyak pekerjaan demi mencukupi kebutuhan hidupnya dan Sky. Ditambah Alee juga harus membiayai biaya perawatan pengasuh Alee yang saat ini sudah tiada. Barulah setelah Sky menderita penyakit yang mengharuskan ia mendapatkan donor sumsum tulang belakang, Alee menerima bantuan dari Damian. Saat itu Alee tidak bisa keras kepala menolak Damian karena yang dipertaruhkan adalah nyawa putranya. Dan karena hal itu juga Damian bisa membuat Alee terikat padanya dengan perjanjian di atas hukum. Damian mungkin terlihat licik, tapi itu semua ia lakukan demi masa depan Sky. Ia ingin Sky menjadi penerusnya di masa depan, tapi untuk saat ini ia akan menyerahkan kepemimpinannya pada Alee. Sejak dua tahun lalu Alee sudah sedikit demi sedikit terjun di dunia bisnis, tapi tidak banyak orang yang tahu. Damian memang belum mengenalkan Alee pada orang banyak. Damian merencanakan akan mengenalkan Alee pada semua orang pada ulang tahun perusahaannya yang akan diadakan dua bulan lagi. Seharusnya Damian menyerahkan kepemimpinannya pada Ell, tapi Ell tidak tertarik pada bisnisnya. Ell membuat bisnisnya sendiri. Damian bangga pada putranya yang tidak ingin berdiri dengan bantuan orang lain, tapi tetap saja ia harus memiliki pewaris untuk perusahaannya. Setelah mengamati Alee selama bertahun-tahun, Damian menilai bahwa Alee adalah orang yang pas untuk mengelola bisnisnya. Sebelumnya Damian juga telah memeriksa latar belakang Alee. Mungkin selama ini tidak banyak orang yang tahu bahwa Alee sendiri bukan orang sembarangan. Nyatanya, Alee merupakan putri dari seorang pengusaha sukses yang juga terdaftar dalam seratus orang terkaya di dunia. Damian tidak heran jika Alee tidak begitu dikenal orang, karena ada sebagian pengusaha yang memang tidak ingin keluarganya disorot oleh orang banyak. Ditambah Alee juga tidak pernah menyebutkan asal-usulnya. Hal itu juga menjadi alasan Damian menyukai kepribadian Alee. Lahir dari keluarga kaya raya tidak membuat Alee menjadi manja dan cengeng. "Itu bagus. Aku mungkin akan merasa bersalah padamu jika kau mengalami kesulitan lagi karena Ell." Alee menyesap minumannya, ia mengelap bibirnya dan itu terlihat seksi di mata Damian. Entah bagaimana anaknya bisa menyakiti wanita seperti Alee. Damian memang tidak pernah ingin ikut campur dalam kisah cinta Alee dan Ell, jadi ia tidak pernah menanyakan apapun pada Alee tentang kisah wanita itu dengan putranya. "Apapun yang terjadi padaku itu tidak ada kaitannya denganmu, Tuan Ingelbert." Dan itulah jawaban Alee. Ia tidak mungkin menyalahkan orang lain atas semua yang terjadi pada hidupnya, kecuali untuk kematian ibunya dan patah hati pertama yang ia rasakan. Hanya ayahnya yang bertanggung jawab untuk itu. Alee bahkan tidak menyalahkan wanita yang membuat ayahnya meninggalkan keluarganya. Jika ayahnya memiliki sedikit saja kesetiaan maka godaan sebesar apapun tidak akan membuat ayahnya berpaling. tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD