Aluna membuang pandangan ke arah jendela samping. Bisa-bisanya ia kelepasan bicara. 'Bisa besar kepala dia sekarang,' batinnya. "Anda laki-laki. Memangnya ada laki-laki yang cantik?" kilahnya kemudian. Ervan hanya tersenyum. Tak lagi menanggapi. "Kembali ke topik pembahasan awal. Jadi, kenapa kamu gak terima tawaran ayah kamu?" "Saya ragu." Ervan mengangguk. "Kalau ragu memang sebaiknya jangan. Bisa jadi suatu saat nanti kamu akan menyesali semua keputusan yang kamu ambil dalam keraguan. Kadang niat baik tak selalu sejalan lurus dengan kenyataan yang terjadi." Aluna menoleh. Ada yang berbeda dari suara pria itu saat mengatakan kalimat itu. Kata-kayanya terdengar mendalam. Entahlah ia sendiri tidak mengerti, hanya terdengar tidak seperti biasa. Hanya merasa ada makna tersirat dari kalim

