Zia menawarkanku agar aku ikut bekerja di pabrik roti bersamanya. Tapi bukan itu tujuanku saat ini, aku ingin fokus mencari keberadaan Tante Ratih. Kabar yang kudengar dari Om Deri beberapa tahun lalu sungguh membuatku hancur. “Kan bisa sembari kerja, Ran. Biaya hidup sekarang mahal,” katanya, membuatku membenarkan ucapannya. Ya, memang sekarang aku punya banyak uang, terapi uang-uang itu akan habis juga pada akhirnya untuk operasionalku setiap hari. “Tapi aku tak bisa kerja di pabrik, Zi,” lemah aku mengatakannya. Kemudian kami berdua sama-sama berpikir. Hari ini hari Minggu, Zia libur kerja setiap week end. Jadi kami kembali menghabiskan waktu dengan mengobrol sambil guling-guling di kamar kost, merencanakan masa depan yang lebih cerah. Seketika aku ingat Andra. Katanya hari ini dia

