Bab. 22

1092 Words

Lama aku menyendiri di belakang gedung tua ini. Menangis hingga lelah. Hingga akhirnya langit di atas sana tertutup awan hitam. Gelap. Tuhan mendengar doaku! Aku kembali menangis, hari. Sebentar lagi hujan akan turun. Air akan kudapatkan sebentar lagi, ayolah, sedikit lagi! Dengan sabar aku akan menunggu, sambil menengadahkan ember kecil bekas cat dinding yang Kumal sebagai penampung. Benda ini milik Aulia, dia akan penuh hari ini melepas dahaga tuannya. Sudah satu jam aku menunggu. Hujan tak kunjung turun. Gerimis kecil pun tidak. Kenapa? Entahlah, aku kembali melihat awan hitam yang tadi terlihat sangat gelap kini berangsur menghilang terbawa angin, menampilkan langit biru cerah seperti sebelumnya. Siaaall! Aku mengumpat. Mungkin inilah yang dimaksud apa yang kita inginkan kadang ta

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD