Bab 23 : Lebaran bareng mertua

1033 Words
Drama lebaran tidak sampai di situ saja. Saudara bapak yang ditunggu tak kunjung datang jua, malah yang datang malah saudara yang rumahnya di kampung sebelah. Dengan penuh kekesalan, bapak Kemala berjalan menuju rumah di samping tempat mereka berkumpul. Dan di sana malah melihat sosok yang ditunggu masih mengenakan pakaian partai yang minta di joblos lengkap dengan nama dan nomor partainya. Kemala yang tadinya ikut dengan sang bapak menjadi tertawa ngakak lantaran melihat penampilan uwak nya yang sangat jauh dari dugaannya. "Ya Allah, Wak. Belum ganti baju?" "Hahahah... Belum beres semua kerjaannya." Jawab sang wawak yang langsung ngacir begitu melihat keberadaan adiknya yang memandang dengan penuh kekesalan. Hal yang membuat Kemala heran adalah kenapa semua saudara bapaknya sangat takut dan malah terlihat sangat segan seolah bapaknya adalah anak pertama dan paling di tetuakan. Kemala kembali ke kediaman nenek nya sembari menunggu sang wawak bersiap, gadis itu melirik Abang sepupu yang datang dengan gaya kasual, hal yang membuat Kemala langsung bergerak mendekati sang Abang dengan cepat. "Abang... Bagi Mala THR dong..." Teriak Kemala yang membuat Abang sepupunya dengan spontan langsung berlari masuk ke dalam rumah mencari perlindungan. "Abang!!!! Bagi THR dong. Butuh duit ini." Kemala kembali berteriak dan tak lama wawak yang mereka tunggu sedari tadi hadir dengan wajah yang cengegesan. Kedatangan saudara ayahnya itu membuat beberapa sepupunya mengomel karena harus menunggu hampir satu jam. Hal ini akan membuat waktu makan bersama mereka akan berkurang dan terpaksa makan dengan terburu-buru . "Dah sungkeman dulu, baru makan kita." Celetuk saudara bapak Mala yang paling tua. Satu persatu anggota keluarga di mulai dari yang tertua saling meminta maaf, hingga tak lama waktunya makan bersama yang memang sudah menjadi tradisi keluarga besar mereka sebelum sholat idul Fitri. *** Sholat Ied sudah selesai beberapa menit yang lalu, Kemala dengan sepupunya yang lain bergerak memalak pada sepupunya yang sudah bekerja meminta THR. "Mal, mau duit gak?" Teriak Ucok yang berada di sudut rumah dan melihat ke arah Kemala yang sedari tadi hanya diam menyantap mie masakan wawaknya. "Mau lah kalau dikasih, tapi aku minta yang warna merah yah, paling enggak yang biru." "Kepala kau botak! Udah sini kalau mau." Kemala meletakkan piringnya yang berisi mie tersebut lalu menghampiri Ucok yang sudah dikerubungi anak-anak yang tak lain merupakan keponakan dan sepupunya. Ucok menyodorkan uang pecahan dua puluh ribu rupiah sebanyak dua lembar, namun tanpa Ucok sadari Kemala sudah menyusun siasat mengarah yang bergambar Ir. Soekarno yang berwarna merah di tangan sebelahnya. Hap ! Selembar uang seratus ribu sudah masuk ke dalam kantong gamisnya. Hal yang membuat ucok menatap Kemala dengan ngeri, mungkin di dalam hatinya ia bertanya-tanya punya salah apa sehingga tuhan menakdirkan dirinya sebagai Abang sepupu dari sesosok Kemala Sari yang kerjanya malakin dan ngerampok uang para sepupunya. "La, kok yang merah?" Tanya Ucok dengan melirik uang yang berada di tangannya. Kemala hanya tersenyum geli menatap Ucok dengan kasihan tapi juga geli lantaran wajah frustasi dari abangnya itu sangat kentara sekali. "Biar lah, ngasih adek itu jangan setengah-setengah gak boleh." "Gundulmu lah, La. Suka-suka kau aja iya." Kemala tertawa ngakak terlebih ketika melihat sepupu nya yang lain menyembunyikan dompet dan juga uang ratusan nya karena takut kena rampok. Kalau lebaran gini ia berasa menjadi perampok handal yang mengincar dompet para sepupu. Ponsel milik Kemala berdering dan terpampang nama mas yang membuat Kemala langsung mengangkat nya, takut jika saudara yang lain melihat maka ia akan menjadi ceng-cengan satu harian. "Mala udah ada doi woi, bentar lagi mang Samsir mantu." Teriak Ucok yang seperti ya sempat melihat panggilan tersebut . Mala tidak menjawab apa-apa, ia sedikit menjauh dari perkumpulan para perampokan itu. "Halo, Mas. Assalamualaikum..." "Waalaikumsalam, lagi apa yang?" Tanya Adi dari seberang sana. "Lagi ngerampok Abang." Adi tertawa ngakak mendengar jawaban dari kekasihnya. "Bisa-bisanya ngerampok, emang duit Abang banyak?" "Banyak dong, makanya Mala minta duit. Mas" Kemala bercerita debgab riang, meskipun kenyataannya hanya Abang sepupunya itu saja lah yang memberikan dirinya THR. Sedangkan keluarga yang lain menolak memberikan nya dengan alasan dirinya sudah dewasa dan sudah tidak masuk list yang berhak mendapatkan duit. "La, coba liat sini." Kemala melirik ke arah Adi dan ternyata pemuda itu tengah mengarahlan kamera video call nya ke arah mamak Adi yang berada di sebelah kanan nya. Dengan cepat Kemala langsung menyapa ibu kekasihnya itu dengan riang bahkan mengeluarkan jurus sok kenal sok dekat, padahal mah hanya sekali mereka saling berbicara, dan ini untuk kedua kalinya. "Assalamualaikum, Mak. Lagi ngapain?" Tanya Kemala ramah. "Waalaikumsalam, ini lagi keliling ke rumah keluarga, Mala lagi apa?" "Lagi nunggu pembagian zakat THR, Mak. Tapi Kemala udah gak masuk list lagi. " Sahut Kemala sedikit curhat dan berharap Adi peka untuk menambah THR yang pemuda itu berikan kemarin. Kemala sedikit terkekeh melihat wajah Adi yang sebenarnya sudah peka, tetapi memilih diam hahaha... "Semalam jadi dikasih sama mas nya?" Tanya ibu Adi. Kemala mengangguk semangat, Adi sudah memberikannya THR cukup banyak, dan untuk pertama kalinya ia menerima transferan uang dari orang yang berstatus sebagai kekasihnya. "Udah kok Mak... Ngomong-ngomong, mohon maaf lahir batin yah Mak," ujar Kemala yang sebenarnya sangat takut dikatain gadis matre lantaran menerima uang segitu banyaknya dari Adi yang statusnya bahkan baru menjadi kekasihnya. Sebab sedari dulu Kemala selalu diberitahu bapaknya untuk tidak meminta ataupun menerima pemberian laki-laki kalau statusnya masih merupakan kekasih. Kecuali sudah berumah tangga, barulah diperbolehkan, terlebih lagi mereka menjalani hubungan secara LDR. "Mohon maaf lahir dan batin juga, yaudah ini ngobrol sama mas nya." Ponsel itu tak lama menampakkan wajah Adi yang tengah kepedasan karena sedang makan. "Nanti aku video call lagi, aku mau makan dulu yah, btw cantik bajunya gemoy." Anjir, si buaya sekalinya muji bikin ketar-ketir jantung yah, tapi iya sih, baju yang ia gunakan memang sangat gemoy lantaran ada bahan tutu di bawahnya. "Tobat buaya tobat!" Pekik Kemala mengundang tawa Adi yang tak lama mematikan video call nya. Meninggalkan Kemala dengan segala efek dari ucapan kebucinan tadi. Dasar Kemala lemah! Masa baru digituin aja langsung kegirangan, jangan terlalu diperlihatkan yang jomblo setengah abad itu. Kemala melirik para sepupunya yang ternyata dengan kurang ajarnya menguping semua obrolan Antara dirinya dengan Adi dan ibu mertua. "MAK... KEMALA LEBARAN UDAH SAMA MERTUA..." Teriak sepupu nya yang memang memiliki sifat kepo dan ember. Al hasil karena teriakan itu suasana keluarga yang tadinya riang menjadi lebih lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD