Chapter 8

1050 Words
Surya hanya memandang Carmel tak suka, ia bukannya tak tahu dengan kedua orang didepannya. Surya sendiri tak yakin alasan yang diucapkan Bram. tapi ia tak mau repot-repot beradu argumentasi, ia hanya perlu membayar beberapa pengacara untuk menarik anak itu kepelukkannya. Surya hanya tersenyum miring dan pergi. Tapi sebelum pergi firasatnya mengatakan anak itu bukan miliknya, ia sama sekali tak merasa getaran saat megendongnya. alih-alih merebut ia malah menelpon orang suruhannya untuk menyeldiki asal usul anak tersebut. "Kenapa kau justru menyebut Calwa anak Surya?" Tanya Carmel tak suka. "Kenapa? Justru baguskan akhirnya anak itu berguna" Jawab Bram bangga. Carmel hanya menatap tak suka, tak tahukan bagaimana jahatnya Seto yang marah jika terjadi sesuatu dengan Calwa.. dan karena itu juga Carmel kekeh tadi.. ia tak mau dipukuli Seto lagi. Seperti memiliki radarnya, Seto sekarang telah berada dibalkon kamar Carmel, ia tadi juga melihat mobil Surya keluar, laki-laki yang masih mencintai Carmel itu tersenyum sinis. 'Haah.. jangan harap ia bisa mengambil Carmelku, bahkan se enaknya ia mengakui Calwa' tadinya Seto ingin menghukum Carmel tapi ternyata wanita itu masih ingat ancamannya dan berpihak padanya, jadi Seto memutuskan untuk mengikuti Surya saja. "Hai Tuan muda..." Sapanya, yang telah berhasil mengejar laju mobil Surya, karena memang tadi Seto mengebut dengan motornya. "Siapa kau?!" Tanya Surya tak suka jalannya dihadang dengan seseorang yang terlihat berandalan. "Kamu memang tak mengenalku, tapi aku mengenalmu dengan baik, karena kita pernah sama-sama terlibat cinta kilat dengan wanita yang sama" Adunya membuat Surya semakin bingung. "Aku ayah dari anak yang kau gendong tadi" Jawabnya angkuh. Seto begitu tak terima sampai ada orang yang mengakui Calwa, karena Calwa harta Seto satu-satunya. Tak menjawab Surya hanya tersenyum, ia pikir orang didepannya tengah menghalu, dari tampilannya ia memang tak meyakinkan masuk kategori Carmel. "Mungkin kau lupa anakmu lahir sekitar 6 tahun yang lalu, sedang anak itu berusia 5 tahun. apa kau justru berfikir Carmel hamil selama 2 tahun?" Seringai Seto menggoda Surya, percuma ia terlihat bersih, rapi dan kaya jika isi otaknya kosong. Surya hanya menarik nafas, ia tak menyangka dihina dengan orang baru ia kenal. Ia bukannya tak tahu hanya tak sadar berapa usia anak yang ia gendong tadi. tapi apa yang dikatakan laki-laki didepannya agaknya benar, karena Surya sama sekali tak merasakan ikatan batin bersama anak itu. "Apa lagi yang kau ketahui?!" Tanyanya tanpa basa-basi, ia sudah mengepal tangannya kuat karena kesal telah dibohongi Bram tadi. Seto berjalan mendekat, ia memegangi bahu Surya agar jauh lebih tenang, "Santai.. aku tahu semua, bahkan aku tahu apa yang dilakukan Bram terhadap anakmu, tapi aku minta padamu singkirkan lelaki tua itu, aku tak suka karena ia suka menyakiti Calwa" Mohon Seto, sebagai seorang ayah ia selalu terpikirkan keselamatan Calwa. Surya hanya tersenyum miring menyingkirkan Bram? hhhaahh.. bahkan sebelum dimintapun ia sudah berniat melakukan hal itu. ia juga sama tak suka dengan pria pengeretan macam Bram.. dan itu mudah bagi Surya yang kaya raya. "Kalau begitu pertemukan aku dulu dengan anak kandungku, setelahnya aku akan menyingkirkan Bram sampai tak ada satu orangpun yang tahu" setelahnya Surya memilih pergi, ia kembali menyalakan mesin mobilnya dan berlalu. Ia tetap pada niat awalnya untuk mencari tahu tentang anak itu, Surya tak mungkin percaya begitu saja dengan pria kusam yang ia temui dijalan. Ia tahu berurusan dengan Bram dan Carmel yang licik haruslah dengan hati-hati. Sebentar saja, orang suruhan Surya berhasil mencari tahu.. dan benar anak yang Surya temui dilahirkan setahun setelah Carmel melahirkan.. semua bukti rumah sakit sudah ada ditangannya. anak yang ia akui tadi memang bukan miliknya. Surya menggeram tak suka, kenapa saat tadi dirumah ia hanya menemui anak itu, dan tak ada anak yang lebih besar, pikirannya menerawang apa mungkin Carmel membuang anak itu. "Ra.. saya ada urusan, saya pergi dulu, kalau ada yang mencari saya, minta mereka untuk.kembali besok" Titah Surya ke sang sekertarisnya. Ia langsung melaju ke rumah Carmel lagi, hatinya terlalu panas telah dibohongi. "Tinggg tongg.. tinggg toonngg...." "Heeii.. apa kau rindu lagi pada anakmu, tenang ia ada sedang bermain" Sahut Bram setelah membuka pintu, ia seperti tak membaca wajah Surya yang dipenuhi kabut amarah. "Aku memang merindukan anakku, tapi bukan dia! Karena dia bukan anakku" Pekik Surya, tangannya bahkan telah mencekik kerah Bram. "Katakan dimana anakku?" Desisnya amarahnya sudah sampai diujung tanduk membuat Surya tak bisa berfikir jernih. "Hah.... hahh... lepasan..." Ucap Bram sekuat tenaga karena Surya mencekiknya kuat. Carmel yang mendengar suara gaduh diruang tamu langsung beringsut dari tempat tidurnya, setelah melihat Surya mencekik Bram buru-buru Carmel menuruni anak tangga. "Astaga.. apa-apaan ini?!" Pekiknya, seperti dejavu.. baru tadi pagi Surya datang sekarang ia datang lagi tapi begitu marah. "Apa yang terjadi" Sekuat tenaga Carmel melerai Bram dan Surya, ia tak mau ada pembunuhan di rumahnya. "Katakan.. dimana kau membuang anakku?" Kini Surya menghadap Carmel, wanita yang telah melahirkan anaknya itu begitu rendah dimata Surya. "Itu bukan urusanmu, lagipula kau juga sudah membuangnya, kenapa sekarang kau justru mencarinya?" Tantang Carmel "Plaaakkk...." Surya sungguh tak tahan dengan perkataan Carmel, jika saja dari awal ia tahu sikap Carmel, tak akan sudi ia menitipkan benih dirahim wanita itu. "Kau...." Desis Carmel sungguh kecewa, ia paling tak suka dengan laki-laki didepannya, menurut Carmel, Seto jauh lebih baik. setidaknya ia selalu ada untuk Carmel saat hamil. "Katakan dimana anak itu!!" Surya memandang rumah mencoba mencari sosok yang ia rindukan, ia bahkan melewati Carmel begitu saja. didalam rumah Surya hanya menemui Calwa dan Cio yang saling berpelukkan takut, dua anak itu begitu takut mendengar suara ribut-ribut diruang tamu. Surya tak menanggapi, karena ia tak tertarik dengan anak lainnya, Carmel mengikuti langkah Surya, ia tak suka laki-laki itu masuk lebih dalam lagi kedalam rumahnya. "Anak itu tak mungkin ada disini, ia sudah ku buang saat ku lahirkan" Suara Carmel mengatensi pencarian Surya, Surya mendengar semakin kalap. semudah itukah Carmel membuang darah dagingnya? Surya yang kalap mendorong Carmel sampai tersungkur dilantai. Ia siap mencekik wanita itu beruntung ada Bram yang melerainya. "Jangan.. jangan.. beri kami waktu untuk mencari anak itu kembali, tapi tolong jangan sakiti Carmel" Pinta Bram dengan suara seraknya karena ia masih kesakitan setelah dicekik tadi. Bram menolong Carmel bukan karena rasa cinta, tapi memang hanya Carmellah tambang emas satu-satunya. "Temukan anak itu 2 hari lagi, jika sampai belum ditemukan maka aku akan menghabisimu sampai kau tak bisa lagi bicara." Ancam Surya ke arah Bram. Ia pulang dengan rasa kecewa, hati kecilnya merasa bersalah karena telah menyia-nyiakan buah hatinya dulu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD