Chapter 9

1017 Words
"Sialan si Surya seenaknya ia mengancamku" Gumam Bram, otaknya segera memikirkan cara bagaimana bisa ia menemui anak yang telah ia buang 6 tahun yang lalu. Tak mau pantang menyerah Bram kembali mendatangi tempat ia pernah membuang Nena. Ia terlihat celingak-celinguk ke sekitar. bodoh memang jika Bram mengharapkan anak itu masih bisa ia temukan disekitar sana, pastinya anak itu sudah diambil oleh orang lain. apalagi ia sempat mencari tahu apakah ada berita ditemukannya anak, setelah ia membuang Nena waktu itu. dengan tak tahu malu Bram menanyakan ketetangga sekitar perihal anak itu. "Maaf.. apa sekitar 6 tahun yang lalu ditemukan anak bayi berjenis kelamin perempuan didaerah sini?" Tanyanya kepada seorang wanita yang tengah memangku anaknya, wanita yang baru pindahan itu hanya menggeleng tak tahu. "Terima kasih!" Sahut Bram..ia tahu dengan cara ini sangat sulit menemukan Nena, ia bagaikan mencari jarum ditumpukkan jerami. tak ingin putus asa ia kembali bertanya ke tetangga sekitar, pertanyaan yang terdengar aneh itu justru mendapat tanggapan sinis dari para ibu-ibu disana. "Pak, cari anak yang ditaroh 6 tahun lalu kok baru sekarang! baru nyeselyah?" Ledek seorang ibu. "Sialan...!!" Gumam Bram kesal, ia kembali pulang. bisa gila jika ia terus-terusan mencari seorang diri, untung saja Bram ingat ada seseorang yang terbiasa mencari orang bahkan anak yang sudah hilang 20 tahunpun masih bisa orang itu temukan. ---- 1 minggu kemudian. "Pak, saya sudah mendapati informasi tentang anak itu, ia sekarang sudah pindah ke Tangerang bersama orangtua asuhnya, sepertinya mereka memalsukan identitas, jadi anak itu tak terlihat sebagai anak adopsi" lapor orang suruhan Bram. Bram hanya menyeringai lebar, matanya berbinar sebentar lagi ia akan mengusai seluruh harta Surya. Baik terima kasih, biar itu jadi urusanku! siapa nama anak itu?" "Syena.. Syena Ilham...." Dengan berdasarkan informasi dari orang suruhannya, Bram mendatangi sekolah Nena, ia kangen juga dengan cucunya.. ooh.. salah! Ia hanya ingin melihat bank berjalannya. "Heii anak manis!" Tegurnya tiba-tiba saat melihat Nena sedang duduk ditaman, sedang disuapi oleh Bunga. Nena yang ditegur hanya diam, matanya meminta ijin ke Bunga. karena memang Bunga selalu mengajarkan Nena untuk tidak bicara sembarangam dengan orang yang tidak ia kenal. Maaf anda siapayah ? Sahut Bunga tak senang, ia bahkan menyeritkan alisnya dan memegangi bahu Nena, Bunga sudah menjadi seperti itu jika bersangkutan dengan Nena, ia bagi seorang induk ayam yang menjaga kawanan anaknya. Seharusnya saya yang bertanya anda siapa ? bukankah anak yang ada dipelukkanmu sekarang bukan anakmu sebenarnya ? Seringai Bram, menambah ketakutan pada diri Bunga. Apa maksud anda? Bunga sudah berdiri dari duduknya, sedang Syena ia sembunyikan dibelakang tubuhnya. aahk.. maaf! Maksud saya anda tak terlihat seperti ibu kandung anak itu, karena anda yang masih terlihat begitu muda, lagipula... anak itu sama sekali tak mirip dengan anda ? Bram memang berniat memancing amarah Bunga, ia kesal karena wanita itu seakan menutupi masa lalu Nena. Tolong anda jangan bicara sembarangan, saya tidak mengenal anda. Jadi jangan coba berbicara lagi dengan saya ! Peringat Bunga, ia segera pergi dari sana, Bunga pikir ia hanya dihadapi oleh orang gila yang berfikir random. kita memang tak saling kenal, tapi saya mengenal anak itu.! Kini Bram tak berusaha menutupi jati dirinya ia ingin melihat reaksi Bunga, benar saja Bunga sudah kalang kabut, ia menggendong Nena dan beruntung mobil Ilham sampai tepat waktu. "Mas.. ayok mas... cepet ada orang gilak mau ambil Nena" Cerita Bunga panik, ia terus-terusan memeluk Nena. "Orang gilak gimana maksud kamu gimana ?" Ilham justru semakin penasaran, ia tak suka melihat Bunga yang selalu panik setiap kali masalah Nena. "Mas.. cepet aku mohon !" Pinta Bunga yang sudah menangis sejadi-jadinya, hatinya berkata orang itu akan mengambil Nena darinya. --- "Mas.. kayaknya kita harus pindah lagi, disini udah gak aman, Mas" "Kamu kenapa sih! Dari tadi kok ngomongnya ngacok, gak segampang itu pindah sayang, Mas didisini juga ada kerjaan, lagipula Nena baru ajah masuk sekolah". Tanggap Ilham santai, ia bahkan sambil membuka jasnya. "Mas.. kamu lebih pilih kehilangan pekerjaan, apa kehilangan Nena?" Tanya Bunga serius, Ilham semakin bingung.. ia bahkan memegangi bahu Bunga, meminta wanita itu duduk agar jauh lebih tenang. "Sekarang ceritakan sama Mas, apa yang terjadi? apa yang orang itu bilang sama kamu?" Dengan cermat Bunga menceritakan tentang semua pertemuannya dengan Bram. Walaupun dengan airmata dan tubuh yang bergetar hebat, Ilham tahu.. Bunga sedang dilanda depresi yang tinggi, iapun sama.. tak kuat rasanya ia kehilangan Nena. Tapi ia juga tak ingin gegabah. "Mas akan urus semua! Ilham tak ingin ambil resiko kehilangan Nena" . Ia sudah mengurus mutasi kerjanya, kebetulan minggu lalu dikantornya sedang ada pemilihan mutasi karyawan ke Kalimantan. Awalnya Ilham tak setuju, karena ia yang sudah begitu nyaman disini, tapi sekarang ia harus memilih pergi jauh, bagi Ilham tak masalah jika seumur hidupnya harus disini dengan main kucing-kucingan dengan keluarga kandung Nena, asalkan ia dapat melihat senyum kedua perempuan yang ia cintai. “besok lusa kita akan pindah ke Kalimantan, masalah sekolah Nena.. nanti kita daftarkan kalau sudah sampai sana, kamu maukan Bunga? Iyah mas..!! aku gak masalah dimanapun.. bahkan kalau perlu hari ini juga kita pindah,Mas gak bisa sayang, mas masih ada urusan yang harus diselesaikan disini, lagipula.. disana kita juga belum tahu mau tinggal dimana,, karena rumah dinas yang disiapkan baru bisa ditinggali 3 hari lagi aku mah bodo amat mas mau tinggal dimana, lagi kita juga bisa tinggal di Hotel beberapa hari ini. Sahut Bunga. Setelahnya Bunga dan Ilham kembali kekamar, malam ini mereka memutuskan tidur bertiga dengan Nena yang sudah lebih dulu masuk ke alam mimpi, baik Bunga dan Ilham takut saat-saat bersama Nena cepat atau lambat akan berakhir, karena mereka tahu Nena bukanlah milik mereka yang sah. --- Pag hari Bunga tak menijinkan Nena pergi sekolah, ia tak mau kembali bertemu pria misterius itu. "Kenapa si Bu, aku kok gak sekolah?!" Protes Nena, anak itu memang sangat senang berangkat sekolah. "Gakpapa sayang, ibu cuma mau hari ini Nena nemenin ibu, Nena mau kan ?" Pinta Bunga dengan mata berkaca-kaca, ia menyentuh Nena dengan perlahan tak akan pernah ia bayangkan jika sampai hari itu ada, hari dimana Nena harus pergi bersama orangtua kandungnya. "Kok ibu nangis sih! Kan Nena ada disini ?" Sahut Nena melihat mata Bunga. "Iyah, Nak.. jangan pernah pergi tinggalin ibu,ya!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD