Sofia berlari keluar gedung beruraian air mata. Dia duduk di sudut taman gedung sambil menutup wajah menggunakan kedua telapak tangan. Tubuhnya terguncang dan kedua tangannya masih gemetar. Perasaannya bagai dihantam badai, rasa cinta, kecewa dan sakit membaur dahsyat memporak-porandakan hatinya. Nuraninya merasa bersalah sudah menyiksa seseorang seperti itu, apalagi Aland suaminya, dia juga merasa sudah menyalahgunakan ilmunya yang seharusnya untuk menolong orang lain malah digunakan untuk membalas perbuatan Aland.
Apakah Sofia merasa puas? Tentu saja tidak! Rasa sakit dan kecewa tidak akan sembuh dan hilang begitu saja karena dia sudah balik menyakiti Aland. Separuh pemikiran Sofia dia berkata membantu para penyidik untuk mengungkap kasus ini, tapi separuh hatinya berkata bukan hanya it
