4

1584 Words
Retha melangkahkan kakinya dengan kesal. Ia mendumel tidak jelas daritadi, sampai orang yang berpapasan dengannya menganggap Retha orang gila. Gadis itu membelokkan langkahnya menuju ruangan bertuliskan 12 IPA 7, kelas Retha.   Masih mendumel, Retha masuk ke kelas yang sangat ribut itu. Maklum saja ribut, tadi Retha tidak ada dan juga tidak ada guru. Retha mendudukan dirinya di bangkunya, teman sebangku sekaligus sahabatnya---Valerie, menatapnya heran.   "Tha, lo kenapa? Masuk telat, baru datang malah ngomel enggak jelas." Tanya Valerie, bingung.   "Dasar cowok gila, sinting, nggak punya otak, pembuat onar, sok ganteng, sok berkuasa!" Retha meremas-remas ujung roknya.   Valerie menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia menengok ke belakang, menatap penuh tanya ke arah Deva. Deva yang daritadi juga memperhatikan Retha, hanya mengangkat bahunya pertanda tidak tahu. Kemudian, bangkit dari posisinya, gadis itu berjalan mendekati Retha.   "Oi, kenapa lo?" tanya Deva.   "Gue kesel, pengen makan orang, pengen bunuh itu cowok rese, pengen gue tusuk-tusuk, pengen gue---"   "Shhh!" potong Valerie. Ia membekap mulut Retha dengan tangannya. "Ngomel mulu!"    Retha melepaskan bekapan Valerie dengan kesal. "Apa sih!"   "Lo tuh yang kenapa? Dateng telat, ngedumel. Lo bukan Retha, ya?" celetuk Deva. Cewek berambut sebahu itu menatap Retha penuh selidik, khayalan Deva memang tinggi, buktinya sekarang Deva sedang membayangkan kalau yang di hadapannya dan Vale ini bukan Retha, tapi agen CIA yang sedang menyamar.   "Khayalan lo semakin ngaco, Dev. Kurang-kurangin nonton sinetron india." balas Retha sinis.   Valerie kembali menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. "CIA kan dari Amerika, ya? Terus hubungannya sama sinetron India, apa?" kata Vale bingung.   "VALE, DEVA, LO BERDUA BIKIN GUE TAMBAH SETRES!" teriak Retha. Membuat perhatian seisi kelas tertuju ke arahnya, bukannya malu, Retha malah membalas tatapan teman-teman kelasnya itu dengan sinis. "Apa? Gausah liatin gue!" bentaknya.   Mereka segera mengalihkan pandangannya, Retha menyeramkan kalau lagi PMS. Padahal, Retha itu aslinya baik, tapi ya, gitu.   "Tunggu, deh. Kayaknya gue tau siapa yang lo maksud." Valerie menatap Retha penuh selidik. "Pembuat onar.. Farrel?"   Deva mengernyitkan dahinya menatap bingung ke arah Vale. "Kok Farrel?" tanyanya heran.   Valerie memutar bola matanya malas. "Dev, disekolah ini tuh ya, biang masalah itu cuman dia. Tadi Retha juga bilang cowok pembuat onar, siapa lagi kalo bukan dia."   "Elah, Val. Cowok lo, si Ocean kan juga kurang lebih kelakuannya sama si Farrel." Deva memutar malas bola matanya.   Valerie mencebikkan bibirnya, ia menjitak keras kepala Deva. "Namanya Samudra, Ocean itu panggilan kesayangan gue!" bentak Valerie.   Deva meringis pelan akibat jidatnya dijitak keras oleh Valerie. "Bucin, dasar!" ejek Deva.   "Biarin, yang penting gue enggak jomblo kayak lo. Lagian ya, Farrel sama Samudra itu sepupuan, wajarlah kalo sifat mereka mirip-mirip."    "Lo bedua bikin gue tambah pusing!" gerutu Retha seraya mengacak rambutnya frustasi.   "Lo yang bikin diri lo sendiri pusing, Tha. Lo terlalu muter-muter, coba lo langsung bilang ke gue sama Vale apa yang bikin lo se bete sekarang. Ini, lo malah dumel-dumel kagak jelas." kata Deva kesal.   Valerie mengangguk setuju. "Iya, Tha. Bener kata Deva, lebih baik lo cerita sekarang. Daripada bikin gue sama Deva jadi samsak amarah lo."   Retha menghela nafasnya berat. Ia menatap kedua sahabatnya yang juga sedang menatapnya, cewek itu meredakan amarahnya dan mulai menceritakan semuanya dari awal.   ***   Farrel melangkahkan kakinya menuju kantin sendirian, karena tadi ia meninggalkan Bimo dan Bima yang sedang bertengkar.   Dengan wajah datarnya seperti biasa, jaket boomber hitam yang selalu melekat pada tubuhnya, serta gaya jalannya yang khas dengan memasukan dua tangannya ke dalam kantong jaketnya.   Beberapa menit yang lalu, ia habis-habisan mengerjai Aretha, gadis cantik yang sudah membuat moodnya di pagi hari memburuk.   Aretha Maharani, cewek pertama yang berani tidur di kerajaannya. Cewek pertama yang menatap Farrel bukan dengan tatapan memuja atau kagum, tapi dengan tatapan tajam setajam tatapan Farrel.   Sudah lama ia tidak ditatap seperti itu, selama ini tidak ada yang berani menatapnya seperti itu. Biasanya, mereka yang di tatap tidak suka oleh Farrel akan langsung menundukkan kepala atau mengalihkan pandangan ke arah lain.   Namun, berbeda dengan Aretha Maharani. Gadis itu berani membalas tatapannya, berkata kasar padanya, disaat semua cewek di sekolah ini rela melakukan apapun hanya untuk di lirik Farrel.   Farrel terkekeh pelan saat mengingat dirinya yang meminta Retha dengan paksa untuk menjadi pacarnya, walaupun merasa sedikit hina, tapi Farrel menyukai itu.   Tentu Farrel tidak serius menjadikan Retha sebagai pacarnya, Farrel hanya ingin bermain-main dengan cewek itu. Farrel ingin melihat, sejauh apa Retha membencinya. Apakah gadis itu akan cepat luluh, atau sekarang gadis itu sudah luluh?   "Farrel!" teriak seseorang dari belakang, Farrel mengenali suara itu. Ia menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya.   Itu adalah Samudra.   "Apa?" tanya Farrel.   "Ntar malem jangan lupa." kata Samudra mengingatkan.   Farrel mengangkat sebelah alisnya. "Ntar malem?" tanyanya bingung.   "Jangan bilang, lo lupa?"    "Gue nggak lupa, cuman nggak inget."   Samudra menepuk jidatnya. "Sama aja, b**o!"   "Ntar malem ada apaan? Balapan?"    "Nanti malem itu acara ulang tahun sepupunya Valerie. Vanesha sama Valina, lo udah di undang secara khusus sama Vanesha. Yakali, lupa."    Vanesha, ah Farrel hampir lupa dengan cewek itu. Vanesha sudah lama menyukai Farrel, mereka bertemu saat ulang tahun Valerie. Dari saat itu, Vanesha suka menchatting Farrel di LINE, mengikuti akun ** Farrel, dan lainnya.   Sayang sekali, Farrel tidak memiliki perasaan yang sama dengan yang Vanesha rasakan. Ia menganggap Vanesha hanya sebagai teman, tidak lebih.   Vanesha terlalu polos untuk menjadi pacar Farrel, dunia hitam yang Farrel geluti sangat berbanding terbalik dengan Vanesha yang berada di dunia putih.   "Oi, lo dateng kan?" ucap Samudra.   Seperti tersadar dari lamunannya, Farrel mengangguk singkat. "Ntar gue dateng."   Samudra tersenyum senang, ia menepuk sekali bahu Farrel. "Oke, bro. Gue ke kelas lo dulu, mau nyamperin Vale."    Samudra kemudian melengos pergi. Sedangkan Farrel, ia memutar langkahnya menuju kelas, membatalkan niatnya untuk pergi ke kantin.   Karena, sekarang Farrel sudah menemukan fungsi dari pacar barunya. Aretha Maharani, akan menjadi boneka Farrel malam ini.   ***   "HAH?!" pekik Vale dan Deva bersamaan. Tepat saat Retha mengatakan bahwa Farrel memaksanya menjadi pacarnya.   "Udah gue bilang, jangan teriak!" kata Retha pelan penuh penekanan.   "Gue shock, astaga." ungkap Deva setengah berbisik.   "Apa lagi gue." tambah Valerie.   "Lo berdua yang cuman dengerin cerita gue, udah kaget. Apa kabar gue yang ngalamin?" ucap Retha dengan malas.   "Terus, sekarang status lo sam Farrel apa? Pacaran original atau pacaran KW?" tanya Valerie.   Deva memutar bola matanya malas mendengar pertanyaan Valerie, ia menoyor kepala sahabatnya itu dari belakang. "Lo kira sepatu, ada ori sama KW nya?"   "Ish, Deva! Kenapa sih, protes terus!" gerutu Valerie tidak terima.   "Udah, jangan berantem. Lo berdua mending bantuin gue!" sergah Retha. Telinganya panas karena tidak pernah absen mendengarkan kedua sahabatnya itu bertengkar.   "Bantuin apa? Gue nggak berani sama Farrel, Vale aja noh. Cowoknya kan sepupuan sama Farrel." ucap Deva seraya menunjuk Valerie menggunakan dagunya.   Valerie menaikkan sebelah alisnya menatap Deva. "Kok gue? Yang sepupuan sama Farrel kan cowok gue, bukan gue."    Deva memutar bola matanya malas. "Ya elo suruh Ocean bilangin ke Farrel, jangan gangguin Retha lagi."   "Siapa yang berani larang gue buat ganggu cewek gue?"   Deva, Retha dan Valerie refleks menengok ke sumber suara. Rupanya Farrel daritadi berdiri di belakang mereka bertiga, ada Samudra juga di sampingnya.   Valerie dengan refleks menunjuk ke arah Deva. "Nih, Deva." katanya tanpa dosa.   Deva menepis kasar tangan Valerie. "Bukan gue, Rel. Si Retha!" ucap Deva sedikit gugup seraya menunjuk Retha.   Retha memelototkan matanya ke arah dua sahabatnya yang nyalinya ciut ketika di tatap oleh Farrel. "Kok gue?!" tanyanya tidak terima.   "Wuts, tunggu-tunggu. Ini gue ketinggalan apaan?" tanya Samudra bingung. Ia menatap Farrel dan Valerie bergantian, meminta penjelasan.   "Farrel minta Retha jadi pacarnya." kata Valerie.   "Gara-gara Retha tidur di biliknya Farrel." tambah Deva.   "Dan, dia nggak terima penolakan. Meskipun gue udah bilang gue nggak mau!" ujar Retha kesal.    Samudra terbahak seraya menatap Farrel. "Sejak kapan sepupu gue yang di kejar-kejar semua cewek satu sekolah bisa jadi cowok rendahan, maksa cewek jadi pacarnya?"    "Sejak otak sepupu lo itu ketutupan sama jambulnya!" kata Retha ketus.   "Kosongin kelas, sekarang!" teriak Farrel. Beberapa murid yang ada di kelas itu langsung berhamburan keluar, takut kalau Farrel ngamuk jika mereka tidak menurut.   "Lo bertiga,"ucap Farrel seraya menunjuk Samudra, Valerie dan Deva. "Keluar, sekarang."   "Elah, bro. Beduaan di dalem kelas, kagak elit amat. Sewa hotel kek." ujar Samudra seraya terbahak.    Belum sempat Farrel membekap mulut Samudra, cowok itu sudah melengos keluar bersama Valerie dan Deva.   "Lo apa-apaan, sih?!" tanya Retha.   Farrel mendudukan dirinya di atas meja Retha, membuat posisi mereka berhadapan walaupun Farrel jauh lebih tinggi karena ia duduk di atas meja.   "Malam ini, gue mau ke party ulang tahun sepupunya Valerie."    Sepupu Valerie, itu berarti Vanesha dan Valina. Retha mengetahui itu karena ia juga di undang ke pesta itu.   "Gue nggak nanya." ketus Retha.   Farrel terkekeh pelan. "Iya, lo emang nggak nanya. Tapi gue cuman mau bilang, lo siap-siap nanti malem jam 7. Gue mau dateng ke sana sama pacar gue." kata Farrel dengan menekankan kata 'pacar'.   Retha membelalakan matanya. "Gila ya lo? Denger ya, Farrel Manggala Wdyatmaja. Pertama, gue bukan pacar lo. Kedua, gue nggak mau jadi pacar lo. Dan ketiga, gue nggak mau ke pesta itu sama lo!"   "Gue emang gila. Denger ya, Aretha Maharani. Pertama, lo pacar gue. Kedua, lo mau jadi pacar gue. Dan ketiga, nanti malem gue jemput lo." ucap Farrel seraya meniru gaya bicara Retha barusan.   "GUE NGGAK MAU!" teriak Retha frustasi.   "Iya, nanti gue jemput kok." kata Farrel seraya mengerlingkan sebelah matanya pada Retha.   Cowok itu kemudian beranjak pergi meninggalkan Retha yang berteriak-teriak memanggil namanya.   Farrel menghentikan langkahnya, membalikkan tubuhnya ke belakang, dan menatap Retha yang juga menatapnya.    "Ntar pulang sekolah sama gue aja, gue gatau rumah lo. Biar ntar malem gue jemputnya enak." ucap cowok itu.   Setelah itu, Farrel benar-benar pergi melengos entah kemana. Meninggalkan Retha yang sudah gondok setengah mati.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD