Kelompok Lang Buri pun melakukan diskusi, yang memegang kendali adalah adit.
“Gimana-gimana kalian ada ide mau kemana?” Adit.
“Aku juga masih bingung mau kemana!” Hera.
“Elmira gimana kamu yang orang sini pasti tau tempat yang bagus untuk jadi tujuan kita!” Adit.
“Sebentar aku ingat-ingat dulu ya!” Elmira.
“Iya-iya yang sekiranya ada permasalahan aja di masyarakatnya bebas masalah apa aja!” Adit.
“Ada tempat yang kebanyakan warganya kurang mampu, kira-kira kalian mau?” Elmira.
“Boleh tuh jauh engga tempatnya?” Hera.
“Lumayan sih cuma pemandangan tempatnya bagus, selama di perjalanan kalian pasti kagum, sedikit masuk ke pelosok desa” Elmira.
“Waduh harus waktu senggang kalau begitu, tapi boleh sih sekalian liburan juga kan sebulan ini sibuk terus kuliah!” Adit.
“Yaudah nanti hari sabtu atau minggu gimana?” Hera.
“Sabtu aja kalau minggu aku ada acara keluarga!” Adit
“Gimana yang lainnya?” Hera.
“Aku bisa kok!” Elmira.
“sabtu senggang kan Cuma ada satu matakuliah, habis Itu kita langsung berangkat!” Hera
“Iya boleh hera” Elmira.
“Lang Kamu gimana diem aja daritadi!” Adit.
“Iya bisa” Lang Buri.
“Eh sebentar berangkatnya pakai apa?” Hera.
“Dua motor aja aku sama hera, Lang Buri sama Elmira yah” Adit.
“Iya udah oke!” Hera,Elmira.
“Woi Lang gimana bisa gak?” Adit.
“Iya itupun kalau Elmira mau naik vespa!” Lang Buri.
“Iya mau (tersipu malu)” Elmira.
Sikap Elmira yang jelas kelihatan malu-malu itu membuat Hera dan Adit heran, mereka pun seperti memiliki pemikiran yang sama tentang Elmira, karena mereka berdua langsung senyum-senyum, namun lelaki aneh ini dengan muka datarnya terus menatap kaca jendelanya.
Hari sabtu pun telah tiba, kelompok 3 yang berisikan Adit,Hera,Lang Buri, Dan Elmira bersiap-siap berangkat ke tempat tujuan untuk menyelesaikan tugas yang di berikan oleh dosen ilmu sosial untuk terjun langsung melihat keadaan masyarakat sosial.
“Gimana temen-temen udah siap semua?” Adit.
“Udah dong” Hera.
Elmira.
“Mira itu kantong kamu tebal banget emang gak berat bawanya?” “ Hera.
“Engga hera engga papa cukup ringan kok!” Elmira.
Tidak ada inisiatif ataupun niat dari Lang Buri untuk menolong Elmira yang sepertinya membawa barang bawaan yang berat dia hanya diam saja dan mendengarkannya.
“Yasudah karena Elmira yang tahu tempatnya jadi kalian berdua duluan yah!” Adit.
“Oke” Lang Buri.
Perjalanan pun dimulai, Entah mengapa kalau dilihat-lihat Elmira dan Lang Buri adalah pasangan yang cocok, Lang Buri yang memiliki sifat kalem dan Elmira yang memiliki sifat yang anggun, mungkin bisa dikatakan mereka adalah pasangan elegan, apalagi ketika mereka berdua berboncengan dengan menggunakan kendaraan Vespa Super tahun 70 yang masih kinclong dan original.
Selang 20 menit perjalanan Elmira melihat seorang anak dan ayahnya yang sedang memungut sampai di pinggir jalan, Elmira langsung meminta Lang Buri menepi terlebih dahulu.
“Lang bisa berhenti sebentar?” Elmira.
“Iya sebentar!” Lang Buri.
Saat mereka menepi Elmira langsung turun dari motor dan menghampiri kedua anak dan ayah tersebut, Elmira tak ragu-ragu memberikan uang yang cukup banyak kepada mereka.
Lang Buri hanya melihatnya, Hera dan Adit yang dibelakang kagum dengan Elmira yang baik hati.
“Wah liat si mira gak tanggung-tanggung ngasihnya!” Adit.
“Iya baik banget ya dia, aku mau ngasih tapi Cuma cukup buat ditempat sana kayanya, gak kepikiran buat bawa uang lebih” Hera.
Mereka pun kembali berangkat menuju tempat tujuan, baru saja 20 menit perjalanan Elmira pun kembali meminta Lang Buri untuk berhenti karena melihat seorang nenek yang sedang berjualan daun pisang, Elmira memborong semua dagangannya dan memberikan bayaran yang lebih kepada nenek tersebut.
Sang nenek tersebut menangis terharu sepertinya sekaligus tak percaya karena mendapatkan uang yang begitu banyak, uang yang diberikan Elmira kira-kira cukup untuk makan sekitar 1 tahun nenek tersebut beserta cucunya.
Hera,Adit, dan Lang Buri pun menghampiri Elmira dan nenek tersebut, dan mendengarkan cerita nenek tersebut.
Nenek tersebut masih memiliki beban seorang cucu berumur 4 tahun, kedua orang tua cucu tersebut meninggal karena kecelakaan, dan posisi si anak tersebut sedang dengan neneknya, awalnya keluarga mereka baik-baik saja dan berkecukupan, akan tetapi karena sang nenek sendirian dan suaminya sudah meninggal perlahan harta sang nenek yang tidak seberapa terus berkurang dan juga karena sang cucu pernah mengalami sakit parah maka terpaksa sang nenek hampir semua harta bendanya, maka dari itu sang nenek harus mencari uang untuk menghidupi dirinya dan cucunya tersebut, anaknya pun sungguh malang karena ditinggalkan kedua orang tuanya dari umur 1 tahun 4 bulan, masih sangat kecil.
Sang nenek yang berusia 79 tahun tersebut terpaksa harus mencari daun pisang untuk di jual setiap harinya, dia pun menunjukan luka yang banyak di sekujur kakinya karena kadang terpelincir saat mencari daun pisang, nenek pun tinggal tidak di daerah yang banyak warga, dia tinggal di pinggir jalan, oleh karena itu tidak ada seseorang yang bisa memperhatikannya, setiap hari dia menggendong cucunya untuk mencari daun pisang sekaligus berjualan, sampai sekarang pun sang cucu dibawa kemana-mana karena memang tidak ada seorangpun yang bisa dimintai tolong untuk menjaga sang cucu, pernah sang nenek berpikir untuk menyerah saja dan bunuh diri, karena memang sulit diposisinya yang sudah tidak bisa berbuat banyak harus menanggung beban seorang cucu yang masih sangat kecil.
Akan tetapi sang nenek mengurungkan niatnya ketika melihat sang cucu tersebut, sang nenek kasihan kepada cucunya karena kalau bukan dia siapa lagi yang akan membesarkannya, meskipun sang anak bisa di titipkan ke panti asuhan namun nenek kasihan kepada cucu tersebut karena jika harus menjalani hidup tanpa sentuhan keluarganya, dan jika cucunya tersebut dibesarkan oleh keringat keluarganya sendiri diharapkan anak tersebut bisa menghargai hidupnya sendiri dan merasa dirinya berharga tidak merasa bahwa hidupnya dicampakkan, akhirnya sang nenek pun menjadi kuat kembali meskipun raganya sudah tua namun jiwanya kembali muda demi membesarkan cucunya tersebut, hingga sampai detik ini cucunya berumur 4 tahun itu adalah bukti perjuangan sang nenek membesarkan cucunya.
Mendengar cerita tersebut Hera,Adit, dan Elmira pun tak kuasa menahan tangis, Hera dan Elmira pun memeluk sang nenek dengan erat-erat.